Chapter 8

27 6 3
                                    

Hari sabtu yang cukup dingin, terlihat dengan jelas langit yang mendung tanpa warna sedikitpun hanya hitam dan gerimis kecil yang dari tadi tak kunjung berhenti.

Aku tidak lupa besok aku akan ikut camping bersama bagas, tapi aku masih diam tidak mempersiapkan apa apa, ya bagaimana mau keluar cuaca juga tidak mendukung.

Alergi dingin, membuatku bersin terus menerus sangat tidak nyaman sudah memakai baju hangat apapun akan tetap menembus kulit dinginya kecuali pelukanya yang selalu menghangatkan.

"Loh masih disini aja bukanya siapin barang buat pergi besok" tanya ibu.

"Entahlah bu kayaknya cuacanya juga gak memungkinkan banget buat camping gimana kalau besok tiba tiba hujan" jawabku pelan.

"Ini cuman gerimis, ada baiknya siap2 saja jadi atau tidaknya besok kamu tidak buru buru"

Apa yang ibu bilang sepertinya benar juga, aku juga tidak ingin mengecewakan bagas karena sudah mempercayaiku untuk ikut dengannya.

"Ya udah kiran mau beli berapa barang dulu, ibu mau nitip apa?"

"Tidak ada, yang penting kamu baik baik saja"

Aku mengangguk pelan dan segera bergegas memakai pakaian yang simpel dan hangat tentunya setidaknya melindungiku dari kedinginan di luar sana.

Langkah pelan aku keluar dari gerbang halaman rumah yang begitu licin jika tidak hati hati siapa saja bisa terpeleset.

"Woy ran mau kemana gerimis begini?" Pak Rian

"Mau ke toserba pak, bapak sendiri mau kemana?" Jawabku.

"Saya mau ngutang di warung sebelah sampaikan salam saya sama ibu kamu ya"

"Iya pak" mengangguk pelan.

Bolehkah aku tertawa? Pak rian ini sangat moodboster semenjak aku tinggal bersama ibu aku jadi lebih dekat dengan tetangga sekitar salah satunya Pak Rian.

Entahlah hanya saja setiap aku berjumpa dengan Pak Rian, beliau pasti mau mengutang di warung kata ibu Pak Rian selalu jadi bahan gosip ibu ibu sekitar. Ah sudahlah lupakan Pak Rian dan dunia hutangnya semoga cepat lunas ya Pak.

Karena gerimis aku sengaja tidak membawa payung semoga saja gerimis tidak berganti dengan hujan deras.

Melirik teras rumah bagas yang sepi, hanya terlihat beberapa tanaman baru yang sengaja dia letakan di depan agar tersapu oleh gerimis.

Saat aku berbalik, panjang umur orang yang aku pikirkan datang dan berdiri tepat di depanku.

Sontak membuatku terkejut dengan payung yang sudah bertengger di atas kepalaku melindungiku dari gerimis.

"Kebiasaan bikin kaget kalo aku jantungan gimana?"

"Tinggal saya bawa ke rumah sakit terus kasih obat sembuh kan"

"Gak segampang itu, aku mau keluar nyari barang buat keperluan besok hmm kalo begitu mas bagas aditya boleh saya pinjam payungnya?"

Bagaimana menahan tawa di saat seperti ini, bukan tertawa karena bagas tapi karena payung yang dia bawa itu payung anak anak yang hanya muat 1 orang saja di tambah gambar pikachu menghiasi payungnya sangat menggemaskan bukan.

Entah dapat darimana, apa mungkin punya adiknya ah tidak mungkin kalau abim menyukai benda benda lucu seperti ini nuansanya nya dia kan selalu hitam tapi tetap cool.

"Kalau bisa pergi bareng kenapa harus pinjam?"

"Gas ini cuman muat satu orang, jadi percumah"

"Sini ikut saya"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Last Week [ Bagas ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang