Inara, primadona kelas tiga yang angkuh dan naif berdiri memojokkanmu di tembok, meng-kabedon dirimu dengan satu tangannya. "Aku akan kasih kamu waktu, (name). Satu minggu. That's enough, right? "
Itulah kalimat terakhir yang ia ucapkan setelah negoisasi sepihak denganmu. Tentang Hinata Shoyo, kekasihmu. Kamu dipaksa untuk memutuskan hubunganmu dengannya.
Mau tidak mau, kamu harus menuruti ucapannya lantaran ayahmu berhutang sebanyak 50 juta yen dengan ayah Inara, tapi ayah Inara tidak pernah meminta ganti atas uang yang diberikan. Jadi, untuk menjaga martabat keluarga setidaknya kamu harus menghormati keluarga mereka. Dan Inara memanfaatkan kesempatan itu dengan baik.
Sebuah alasan yang klise untukmu supaya bisa menjauh dari Hinata. Berhubung dirimu juga sudah bosan dengannya.
Beberapa saat kemudian kamu sudah duduk didepan Hinata, sebuah rutinitas bagi kalian ketika istirahat dimulai kalian akan bertemu di rooftop.
"Aaa.. " Hinata menyodorkan sesendok bento, berharap kamu membuka mulut.
"Aku tidak lapar. "
Hinata menatap lesu, "apakah aku membuat kesalahan? " ia cukup peka, bahkan terlalu peka. "Senpai sedikit berbeda akhir-akhir ini. "
"Ne, Hinata... Bagaimana jika aku menyukai pria lain? Apa yang akan kau lakukan? "
Hinata tertegun kemudian meletakkan sendoknya, tatapan matanya lebih tajam, rahangnya mengeras. "Pertama, apa yang membuat senpai menyukai pria itu? " ia menatap dalam kearah matamu. Kata-katanya terdengar serius.
Kamu gelagapan, tidak menyangka Hinata akan mengatakan hal seperti itu. "E-em entahlah, mungkin karena dia lebih bisa menyenangkanku. " kamu melontarkan jawaban ngawur.
"Apakah dia benar-benar menyenangkan hatimu, sampai kamu gugup seperti itu, senpai? " ucap Hinata dalam hati.
"Apa dia lebih tinggi dariku? " tanya Hinata kemudian.
Kamu memalingkan kepala, tidak tega membohongi Hinata lebih dari ini. "Iya. "
Alis Hinata terpaut, "jika aku lebih bisa menyenangkan senpai, apakah senpai bisa lebih menyukaiku? "
"Kau tidak perlu melakukan itu, aku sudah bahagia memilikimu! " kamu berteriak dalam hati.
"Tidak. Karena aku memang sudah tidak menyukaimu, Hinata.. " ucapmu keemudian.
"Kalau begitu, izinkan aku melakukan sesuatu untuk terakhir kalinya padamu. "
Kamu terdiam sesaat, bukan apa yang akan Hinata lakukan padamu. Tetapi, apakah hubungan kalian akan benar-benar berakhir?
"Lakukan saja, tidak akan berdampak apapun juga padaku. "
Hinata mendekat, mengikis jarak diantara kalian. Ia kemudian memejamkan mata lalu menempelkan bibirnya pada bibirmu. Kamu terjingkat, ingin menjauh namun dengan cepat Hinata memegang pinggang dan tengkukmu.
Surai Hinata bergerak terkena hembusan angin. Raut wajahnya terlihat gelisah, tapi bibir lembut dan ranum Hinata terasa nyaman di bibirmu—manis sekali, kamu tidak ingin mengakhirinya. Kamu ingin waktu berhenti untuk saat ini.
Waktu berjalan, bibir Hinata bergerak memberi lumatan lembut, selembut kapas, semanis karamel. Kamu memejamkan mata dan saat itulah Hinata membuka matanya.
Hinata tau saat melihat wajahmu, bahwa kamu masih menyukainya. Hinata tau, bahwa kamu menikmati hal ini. Dan dia masih memiliki pemikiran bahwa dia bisa membuatmu semakin menyukainya jika dia dapat menyenangkanmu.
Hinata melepas pagutannya, memberi jarak. Saat itulah kamu melihat wajah Hinata yang merona, "apakah pria yang kamu suka sudah melakukan ini padamu? "
Kamu mengangguk. Benar, karena Hinata—laki-laki yang kamu suka yang melakukannya.
"Jadi, senpai belum senang dengan ini? "
Kamu mendongak, menghindari kontak mata dengan Hinata, "sudah kubilang, apapun yang kau lakukan tidak akan berpengaruh apapun padaku. "
Hinata memiringkan kepala, "sou desuka? " ia kemudian meraih tanganmu dan menempelkan di pipinya.
Ia menatap dalam ke arahmu sembari tersenyum, "tidak masalah jika senpai mau mengakhiri hubungan kita. Karena selama ini senpai lah yang selalu membahagiakanku. Jika aku tidak bisa membahagiakanmu, maka senpai berhak bahagia bersama pria lain. " tatapan matanya tidak bisa berbohong, ia pasti sakit hati.
Kamu menatap wajah Hinata lekat. Tanpa sengaja sebulir air mata menetes, mengalir di pipimu. Kamu tidak bisa melakukannya, masa bodoh dengan martabat keluarga. Kamu tidak akan pernah melepas Hinata untuk orang lain. Kamu bergerak untuk memeluk Hinata.
"Tidak! " tangismu pecah, "aku tidak akan pergi! Aku hanya bahagia saat bisa bersamamu, Hinata! Tidak pernah ada orang lain!" ucapmu sembari terisak.
Hinata tersenyum sembari memelukmu, menyalurkan kenyamanan, "untuk hari-hari berikutnya, aku berjanji akan membuat senpai lebih bahagia.. "
Kamu mengeratkan pelukan, "aku sudah bahagia. Tidak perlu melakukan hal yang lebih dari ini! Denganmu saja sudah cukup! "
"Ha'i ha'i.. Berhenti menangis, senpai.. "
Kamu melepas pelukan, membiarkan Hinata menghapus jejak air matamu.
TBC! ...
maaf ya cuman pendek untuk chap ini, kalo sama karakter kaya hinata vibesnya sweet² gini enaknya ya? jadi ga tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot's Haikyuu Chara x Reader🔞
FanfictionHALU RANDOM WITH HAIKYUU CHARA BUT STILL DIRTY JANGAN LUPA VOTE YA CINGTAHH BACA DOANG LU TINGGAL SEKALI KLIK AE SUSAH AMAT VOTE KOMEN JUGA GAUSAH DIFOLLOW GPP DAH EH BOONGAN, FOLLOW YA MANIEZZZ😙❤