1. Beautiful You.

469 15 2
                                    



|| ☆  HAPPY READING  ☆ ||

Seorang gadis tengah tertidur nyaman di kasurnya. Kesunyian malam itu tidak berlangsung lama saat tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Bukan pintu kamar, melainkan pintu balkon.

Hingga munculah siluet laki-laki jangkung di sana. Di balkon kamar gadis itu. Dengan langkah tegas tapi hati-hatinya, sosok itu berjalan menuju ranjang tidur si gadis.

Setelah duduk tepat di samping gadis yang sedang tidur itu, tanganya terulur untuk mengusap lembut rambut hitam kecoklatanya. Mengusap rambutnya, lalu turun perlahan ke pipi. Di usap lagi pipi sedikit gembil itu dengan tangan besarnya. Hingga sampai ke bibir merah alami si gadis yang masih saja nyenyak dengan tidurnya. Ibu jari besar si sosok laki-laki mengusap pelan bibir tipis gadisnya.

Why, you so beautiful, Little Bunny?”

Suara beriton sedikit serak milik si lelaki terdengar begitu dingin dan kelam. Sekelam tatapan matanya yang sekarang tengah memandangi gadis cantik itu.

Tangan sosok itu kini turun ke leher jenjang gadisnya. Mengusap dengan lembut leher si gadis sebelum mendaratkan satu kecupan basah di sana.

Cup.

Always mine.”

•••

“Pagi Mom!” Sapa seorang gadis pada wanita setengah baya yang sedang menyiapkan sarapan pagi di meja makan.

“Pagi juga sayang. Rapih sekali pagi-pagi begini. Mau kamana?”

“Migel mau olahraga bareng, Mom. Lari keliling taman, nanti lanjut main.”

“Main bersama siapa? Kemana?” Pertanyaan kali ini bukan terlontar dari wanita itu, tadi dari seorang pria setengah baya juga yang masih gagah dengan setelan jas kebanggaanya. Rajendara.

“Main sama Sara dan Mika. Terus mainya di rumah Mika, Dad. Boleh?”

“Boleh. Tapi, jangan sampai lupa waktu.”

“Oke! Terima kasih Daddyku sayang...”

“Dasar. Ada maunya saja manis begitu mulutnya.” cibir sang Ibu. Roselline.

“Bilang aja Mommy iri karena gak di bolehin ke luar rumah sama Daddy.”

“Heh! Ngomongnya, suka bener.”

Tak lama keduanya tertawa bersama. Memang seperti itu kenyataan. Roselline sangat di larang keras keluar rumah oleh Rajendra. Sang suami. Memang pada dasarnya Rajendra orang yang sangat posesif, di tambah lagi kejadian masa lalu yang masih menghantui kehidupannya sampai sekarang.

“Masih mau berisik di meja makan?”

Pertanyaan tegas terlontar dari sang kepala keluarga. Rajendra sanggat tak menyukai adanya perbincangan berisik di meja makan. Itu sama saja seperti tak menghargai makanan yang sudah tersaji di sana.

“Sekarang, makan.”

Hanya cukup dua kata, kedua orang yang tadi sedang tertawa itu langsung menurut.

ZERGION DANGEROUS BROTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang