Waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Saat ini Haechan tengah berjalan-jalan di sekitar rumah nya.
Dirinya terlalu bosan berada di dalam rumah, dan tidak memiliki kegiatan apapun. Jadi Haechan memutuskan untuk berjalan-jalan.
Haechan berhenti di taman, mendudukkan tubuhnya di bangku. Tangan kanan Haechan mengambil bungkus rokok yang berada di dalam sakunya.
Mengambil satu Puntung rokok, setelah itu menyalakannya menggunakan korek api yang ia bawa.
Haechan menghisap rokok tersebut, lalu mengeluarkan asapnya.
Sedangkan di tempat lain, seseorang tengah mengawasi Haechan dari kejauhan.
Di tangan kanannya terdapat sebuah pisau. Dengan perlahan orang itu mendekat ke arah Haechan.
Saat Haechan tengah menginjak puntung rokoknya. Dia merasa bahwa di belakang nya ada seseorang.
Secepat mungkin Haechan membalikan tubuhnya. Orang itu mengangkat pisaunya tinggi siap menusuk Haechan.
Saat pisau itu akan mengenai bagian dada Haechan, Haechan langsung memegang tangan orang itu.
"LU KENAPA MAU BUNUH GUE BAJINGAN? GUE ADA SALAH SAMA LU?!" Tanya Haechan kesal.
"Ada?" Jawab orang itu.
Orang yang berada di depan Haechan mengenakan topeng, sehingga Haechan tidak dapat mengenali orang yang berada di depannya.
Mendengar jawaban orang itu, Haechan memasang raut wajah bingung.
"Emang apa salah gue ke lu?"
"Salah lu yang udah berani deketin milik gue,"
"Milik lu?? Emang siapa yang jadi milik lu? Gak jelas banget bajingan!"
Haechan yang marah karena di tuduh, akhirnya menonjok orang itu. Hingga orang itu mundur beberapa langkah ke belakang.
"Sialan,"
Orang itu membalas tonjokan Haechan, hingga terjadi perkelahian di antara mereka.
Untuk beberapa saat Haechan dapat menghindari serangan orang itu. Namun tanpa di duga, orang itu mengeluarkan kembali pisaunya yang tadi ia sempat masukkan kedalam saku, sebelum berkelahi dengan Haechan.
Pisau tersebut mengenai lengan Haechan sehingga membentuk garis panjang sekitar 10 cm. Karena pisau tersebut mengenai lengan Haechan cukup dalam, darah langsung keluar.
Haechan memegang lengannya sambil meringis. Kemudian menatap orang yang berada di depannya nyalang.
"Sialan Lo,"
Orang tersebut langsung pergi meninggalkan Haechan tanpa bertanggungjawab.
Haechan kemudian melangkah untuk pulang, sesekali ia meringis merasakan sakit pada lengan nya.
••••
Jeno datang ke sekolah pukul tujuh kurang. Biasanya ia tiba di sekolah pukul setengah tujuh. Namun karena tadi ia sedikit bangun kesiangan, jadi Jeno agak terlambat masuk sekolah. Untung nya saja bel masuk belum berbunyi.
Jeno melangkah masuk kedalam kelas, berjalan menuju bangkunya.
"Haechan lengan Lo kenapa??" Tanya Jeno panik saat melihat lengan Haechan yang terbalut perban.
"Gak papa Jen, cuman luka kecil doang,"
"Gak papa gimana, ini lengan Lo sampai di perban gini," ucap Jeno, tangannya memegang lengan Haechan sedikit menekannya hingga membuat Haechan kesakitan. Ingatkan kalo Jeno mempunyai tenaga yang sedikit kuat.
"Anjing.. Jeno jangan di teken,"
"Eh sorry-sorry," Jeno kemudian mengelus lengan Haechan yang di perban.
"Maaf ya Chan, gue gak sengaja tadi," Jeno terus mengelus lengan Haechan, bahkan mulutnya mendekat ke arah lengan nya. Untuk meniup lengan Haechan yang terluka.
Perbuat Jeno barusan, mengundang emosi Jaemin yang sedari tadi menatap interaksi mereka dari tempat duduknya yang berada di pojok.
Jaemin menggebrak meja, sehingga menimbulkan bunyi keras. Setelah itu melangkah pergi keluar dari kelas.
Semua siswa termasuk Jeno dan Haechan, menatap ke arah Jaemin yang berjalan keluar kelas.
"Mantan lu kenapa Jen?"
"Gak tau," jawab Jeno dengan cuek. Ia segera mengalihkan pandangannya ke arah Haechan.
•••
Jaemin masuk kedalam gudang sekolah yang sudah tidak dipakai. Tempat itu adalah tempat berkumpulnya Jaemin bersama teman-temannya.
"Oi muka lu kenapa tuh??" Tanya Eric saat melihat raut wajah Jaemin yang terlihat kesal.
"Gue lagi kesel bangsat!"
"Kesel kenapa?"
"Si keparat itu terus deket-deket sama milik gue!!"
"Haechan maksud Lo?" Tanya Haruto.
Jaemin menganggukkan kepalanya sebagai jawaban nya.
"Katanya kemarin lu mau bunuh dia Jaem," ucap Hyunjin.
"Gak jadi,"
"Kesel banget gue liat bajingan itu terus nempel-nempel ke Jeno,"
"Yaelah Jaem, lu sama Jeno udah putus. Ngapain lu masih ngurusin tentang Jeno?"
Jaemin mencengkram kerah Haruto, lalu menatap nyalang ke arah nya.
"Inget ya anjing sampai kapanpun gue gak bakalan putusin Jeno. Sekalipun dia bilang kalau dia udah putus dari gue, Jeno tetep milik gue," Jaemin melepaskan cengkraman tangan nya.
"Mending lu kurung Jeno aja Jaem, kalau gak mau milik lu di sentuh orang lain," usul Hyunjin tiba-tiba.
"Kurung?"
"Iya.. lu kurung Jeno biar di gak bisa pergi kemana-mana. Kalo perlu Lo rantai dia juga. Jadi Lo gak usah takut lagi kalo milik Lo di sentuh orang lain,"
Jaemin tersenyum mendengar ide Hyunjin.
"Bener juga ide lu, thanks ya Jin. Nanti gue traktir Lo di club,"
"Yoi,"
"Tapi emang gak bakalan ada yang laporin ke polisi tiba-tiba aja Jeno hilang?" Tanya Eric.
"Untuk masalah itu tenang aja, gue bakalan bawa Jeno ke tempat yang sedikit jauh dari sini," jawab Jaemin.
Mereka semua mengangguk serempak.
TBC
Aku lagi gak ada ide, tapi pengen update. Jadinya maaf kalau agak aneh ceritanya.
Tapi semoga suka ya (ㆁωㆁ)