[S1] - 03 | Menerima Kemarahan

113 8 208
                                    

Arzoo sudah menghilang ketika semua orang keluar. Gadis itu memang tidak pernah main-main dengan yang ia ucapkan. Bahkan siapa yang menyangka, dia akan langsung menghilang secepat ini?

"Kejar dia, Rishi," pinta Rhea khawatir. Tentu saja, adiknya itu masih sangat kacau akibat patah hati.

"Tidak, Rishi, biar aku saja," sahut Sonu ketika Rishi hampir melangkah.

---

Kebut-kebutan membawa motor bukan hal baru atau menakutkan bagi Arzoo. Orang-orang menyebutnya gadis tomboi karena pergaulannya. Teman-temannya saja kebanyakan terdiri dari laki-laki-yang dua di antaranya adalah Jai dan Sonu. Mereka bertemu di hari pertama menginjakkan kaki di sekolah, yang selanjutnya menjadi sahabat hingga detik ini.

"ARZOO ...! TUNGGU ...!"

Teriakan itu membuat Arzoo menoleh ke belakang. Rupanya Sonu berhasil mengejarnya. Namun, Arzoo tidak mau berhenti begitu saja. Tujuannya adalah ke rumah bibinya Shreya-tempat gadis itu bersama ayahnya dan Mia menginap.

"ARZOO, BERHENTI!" Sekarang motor Sonu sudah berhasil mengimbangi motor Sonu. Ya, motor mereka berdua melaju bersebelahan.

"Arzoo, berhenti, Arzoo! Kita ke rumah Shreya besok saja!"

Arzoo menggeleng. "Aku bilang aku akan ke sana! Kalau kau mau pulang, pulang saja sendiri!"

Tidak ada cara lain, Sonu mempercepat laju motornya hingga berhasil berada beberapa meter di depan Arzoo.

"SONU, APA YANG KAU LAKUKAN? MINGGIR! JANGAN HALANGI JALANKU!"

Sonu menoleh ke belakang dalam keadaan motor tetap berjalan. "AKU MAU KAU BERHENTI, ARZOO!"

"TIDAK! AKU HARUS BICARA DENGAN SHREYA DAN AYAHNYA! MEREKA TIDAK BOLEH MARAH PADAMU!"

"KITA BICARA PADA SHREYA BESOK SAJA, ARZOO! INI SUDAH MALAM!"

"TIDAK! AKU HARUS BERTEMU SHREYA SEKARANG JUGA!"

Arzoo kemudian mempercepat lagi laju motornya hingga berhasil menyalip Sonu. Kebetulannya, lalu lintas malam itu sedikit lengang.

Lengangnya jalan membuat Arzoo semakin bebas dan bisa sampai lebih cepat. Hanya dalam hitungan detik saja, jejaknya menghilang dari pandangan Sonu.

Sonu hanya bisa merutuk kesal. Tidak tahu sejak kapan Arzoo mewarisi sifat keras kepala kakaknya.

Di sisi lain, Arzoo sudah sampai di pekarangan sebuah rumah yang cukup mewah berlantai dua. Rumah itu tertutup rapat, meski lampunya masih kelihatan menyala.

Arzoo memencet bel sebanyak 3 kali. Tidak ada jawaban. Kemudian ia beralih dengan mengetuk pintu, yang mendapat hasil serupa.

"Shreya! Buka pintunya ...! Ini aku, Arzoo ...! Shreya ...!"

Sambil meneriakkan nama Shreya, Arzoo juga mengetuk pintu dan membunyikan bel. Ia tahu ini kurang sopan-karena hari yang sudah malam, tapi bagaimana lagi? Tidak ada cara lain selain ini.

Setelah hampir tiga menit menunggu di depan pintu dengan perjuangan keras memanggil, mengetuk, dan membunyikan bel, akhirnya pintu itu terbuka, menampilkan sosok Shreya di sana.

"Mau apa kau?" Shreya bertanya to the point dengan wajah datarnya-sangat berbeda dengan Shreya selama ini.

"Shreya, dengar, kau harus mengerti semua ini bukan salah Sonu. Pernikahan ini hanyalah ... hanya pernikahan pura-pura, maksudku, kami tidak sengaja menikah-Sonu hanyalah pengantin pengganti. Aku mohon padamu, mengertilah, dan jangan marah pada Sonu apalagi sampai mengakhiri hubungan kalian," mohon Arzoo seraya menyatukan kedua tangannya.

Our Impossible Love (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang