Raut wajah Jaemin menaut melas, saat tangannya memegang sebuah tes kehamilan untuk pemeriksaan bahwa ia benar mengandung atau tidak.
Namun ternyata Tuhan memang belum memberikannya rejeki tahun ini. Dimana ia benar-benar sangat menanti buah hati yang tak kunjung tiba.
Suaminya mengira jika Jaemin mual-mual karena tengah mengandung, namun hasil tespack itu mengatakan negatif. Jaemin menaruh alat kehamilan itu di atas nakas, dan di lihat pula oleh Jeno suaminya.
Runtuh perasaan Jaemin sekarang, "Sayang.."
"No problem, babe. Maaf terlalu memaksa, maaf kan aku." Sesal Jeno kepada dirinya sendiri, karena sudah menyuruh Jaemin untuk menggunakan alat pemeriksaan itu.
"Jangan bersedih, aku tidak suka bila kesayangan ku ini menangis. Kemari, peluk lah aku."
Jeno merentangkan tangannya dan membawa suami kecilnya untuk masuk kedalam dekapan dadanya yang erat. Sembari menangis sedu, Na Jaemin juga menggumam kata maaf beribu-ribu kali.
"Sayang sudah ku katakan, jangan menangis." Jeno mengelus pucuk kepala Jaemin begitu lembut, penuh sayang.
Jaemin sedikit terisak. "Aku gagal ya, sebagai suami mu, bahkan aku tidak bisa memberikan mu keturunan. Padahal usia pernikahan kita sudah tujuh tahun berjalan."
Si dominan menggeleng keras, mengelak ucapan si manis yang tengah menangis. "Usst! kau tak pernah gagal untuk menjadi pendamping ku, Na. Bahkan kini aku yang seharusnya berkaca, apakah aku pantas menjadi suami mu."
"Kita berusaha lagi ya, bila takdir berkata tidak pun tak apa-apa. Aku tak memaksa, begitu juga kau jangan berpikir terlalu keras." Lanjut pria dominan itu.
"Kita menikah terlalu muda Jeno, itu pun karena insiden dimana aku mengandung anak mu. Tapi kebodohan ku membuatnya pergi."
"Hei, jangan menyalahkan diri mu ya sayang? sudah ku bilang jangan di pikirkan. Tak apa, masih ada metode lain seperti mengadopsi anak?" Usul Jeno demikian.
Lee Jeno membawa Jaemin duduk di pangkuannya, memeluk si manis begitu erat. "Aku tidak bisa hidup tanpa mu, Na. Bagaimana pun, nyawa mu lebih berharga dari apapun di dunia ini."
Lelaki manis itu ingat betul, bagaimana ia hamil di umur yang sangat muda. Hamil saat ia masih bersekolah, dan Jeno suaminya siap bertanggung jawab. Namun hal tak terduga terjadi, dimana Jaemin harus kehilangan janin yang belum sempat ia gendong karena mengalami kecelakaan di saat kandungannya menginjak umur tujuh bulan.
Di situ lah para dokter berkata, jika kemungkinan kecil bagi Na Jaemin untuk bisa hamil kembali.
Umur mereka masih muda, sekitar dua puluh empat tahun sekarang. Dan kini usia pernikahan mereka yang ke tujuh tahun. Masih ada waktu untuk Jeno, bila pria dominan itu mau membuka hati kembali kepada orang lain.
"Bagaimana jika kau menikah saja Jeno, ceraikan saj-"
"Cukup Na, cukup kau saja! aku tak menginginkan apa lagi selain diri mu. Cukup kau di samping ku, mengikuti setiap langkah ku, dimana pun aku berada. Aku hanya membutuhkan mu dalam hidup ku Na."
Hati kecil Jaemin sakit, dalam benaknya tak menyangka bila Jeno jatuh cinta sejatuh-jatuhnya kepada dirinya sendiri.
"Aku tak tahu bila kau begitu mencintai ku." Ucap si manis kemudian.
"Aku sangat mencintai mu, sungguh mencintai mu." Sahut Jeno dengan cepat.
Jaemin kemudian memeluk erat tubuh Jeno, dan mereka menangis bersama. Kedua insan yang berdoa, menginginkan rapalan terkabulkan, agar di dengar oleh Tuhan, kembali menangis mengikuti nasib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hadiah Termanis || NOMINSUNG
FanfictionBahkan sebelum kelahiran buah hatinya, Na Jaemin maupun Lee Jeno selalu mendambakan anak yang akan di kandung oleh Jaemin sendiri. "Jie adalah hadiah termanis yang pernah ayah miliki." "Buna sayang jijie melebihi apapun di dunia ini." Note; "BXB...