AWAL MULA

239 15 0
                                    


“Ndra, jadi apa yang membuat lo setuju untuk meneguk minuman oplosan ini. Bukannya biasanya lo selalu nolak?" tanya cowok berkulit masam dan berambut kribo.

Cowok yang duduk di sampingnya itu mengangkat bahunya acuh. “Gue mimpi aneh semalam, Bim. Kayak dejavu, tapi anehnya gue gak pernah ngalamin.

“Aneh lo,” celetuk cowok bertindik yang hadir di sampingnya, Yuda namanya.

“Ya memang." Cowok dengan sapaan Ndra itu terkekeh pelan.

“Ceritain dong makanya, kepo gue.” Bimo – cowok berambut kribo itu menepuk bahu Ndra yang sedang mabuk minuman itu.

Ndra menyipitkan matanya, mencoba mengingat kembali memori yang tersimpan diotaknya. Menimang gambaran apa yang berhasil ia tangkap lewat mimpinya malam lalu. Ia berusaha mengingat hingga kepalanya pening ditambah dengan pengaruh minuman oplos yang berhasil ia teguk sampai sepuluh kali itu.

“Gue mimpi kayak ...sssttt..” Ndra menjeda ucapannya sambil memegangi bagian kiri kepalanya.

“Anak kecil dibawa ke hutan sama orang bersetelan serba hitam. Lalu anak itu memberontak, berlari hingga tepi jurang, lalu terpleset. Kemudian suara tembakan datang, dan selanjutnya...”

‘Wiiuuuuu...wiiuuuuuu...wiiuuuuu...’

“Yaps. Lo dengar kan? Suara sirine polisi datang..” Ndra terkekeh pelan.

Bimo dan Yuda menatap Ndra bingung, cowok beraroma alkohol itu tertawa lepas layaknya orang gila. Kemudian keduanya segera menepuk-nepuk pipi Ndra untuk menyadarkannya, namun atensinya terganggu karena suara sirine petugas keamanan yang semakin terdengar jelas.

“Ndra, sadar. Ayo kita pergi.”

“Kenapa panik? Itu cuma mimpi. Petugas keamanan belum datang kan?” ucap Ndra yang berada dibawah alam sadarnya.

“Ndra, ini suara sirine petugas keamanan. Ayo bangun kita harus kabur,” teriak cewek satu-satunya yang berada disana. Farah namanya.

Farah, ia kalangkabut sendiri melihat para anak jalanan yang lainnya yang sudah berhamburan pergi. Menstater motor Vespa yang menghasilkan suara nyaring pada telinga dan pastinya tak kalah bising dari suara sirine petugas keamanan, namun berbeda dengan yang dilakukan Galen cowok itu asyik akan posisinya sekarang.

Ndra menepuk-nepuk alas trotoar di sampingnya. “Bentar, ceritanya tinggal dikit. Duduk..duduk..”

“Ckckck..” Bimo, Yuda dan Farah berdecak kesal.

Ketiganya semakin panik setelah melihat bayangan sosok berseragam coklat yang berlari dari arah selatan dari tempatnya.

Bimo mengacak rambutnya frustasi sebelum sekarang ia menarik tangan Yuda dan Farah untuk menaiki Vespa yang terparkir di area trotoar. Mereka meninggalkan Ndra yang masih duduk disamping Vespa tuanya itu.

“Ndra cepet lari,” teriak Farah hingga terlihat urat dilehernya.

Cowok yang masih diam tempatnya kini mengerjapkan matanya berkali-kali, memantau keadaan sekitar yang sebenarnya.

Ndra mulai bangkit dari duduknya sebelum kini ia berusaha berdiri dengan susah payah, kemudian melangkahan kakinya dengan sempoyongan hingga ambruk dalam rangkulan seorang gadis yang sedang berdiri ditepi trotoar.

“Tolong .... ” lirih Ndra.

Namun pikiran cewek itu Ndra adalah cowok mesum yang ingin mencabulinya, permintaan tolong yang berkedok modus.

Tanpa segan cewek itu mendorong Ndra sampai ambruk di trotoar, ia melambaikan tangannya dengan seseorang diseberang. “Ayah ... tolong. Cowok ini berbuat tidak-tidak,” teriak cewek berambut sebahu itu.

GALEN KALENDRA (COMPLETED)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang