Episode 3 Boss from hell

1.3K 151 4
                                    

Tepat pukul sembilan pagi, Shanika sudah menyajikan segelas kopi Americano dengan dua sendok gula dan sandwich bacon tanpa keju. Meskipun ia sedikit terengah-engah karena harus berlarian sepagi ini, paling tidak ia berhasil melakukan tugasnya. Shanika bertekad bahwa ia tak mau menjadi sekretaris ceroboh yang tidak becus melaksanakan tugas. Baginya untuk bisa menggoda sang bos, ia harus menjadi sekretaris yang kompeten.

Jadi ketika ia mendengar suara detak sepatu fantofel yang beradu nyaring dengan lantai, ia tersenyum bangga, karena ia berhasil melakukan tugas pertamanya dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jadi ketika ia mendengar suara detak sepatu fantofel yang beradu nyaring dengan lantai, ia tersenyum bangga, karena ia berhasil melakukan tugas pertamanya dengan baik. Matanya terarah pada lelaki bersetelan jas mahal dengan motif plaid yang kini berjalan menuju ruangannya. Shanika mengangguk dan tersenyum ketika lelaki itu melewatinya begitu saja dan masuk ke dalam tempat kerja yang lebih mirip griya tawang ketimbang kantor. Bahkan pintu ruangan Danta terbuat dari kayu jati yang tebal dan kokoh, dikelilingi dinding tebal. Bukan dinding kaca sama seperti kantor CEO yang Shanika lihat di drama Korea.

Shanika mengembuskan napas, kemudian bersiap duduk di kursinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Shanika mengembuskan napas, kemudian bersiap duduk di kursinya. Instruksi pak Wijayanto, ia tidak perlu repot-repot memperkenalkan diri kepada sang bos, karena hanya akan membuang waktu. Ia hanya perlu bersiap jika pak Danta memanggilnya melalui telepon extensi.

Benar saja, baru sedetik gadis itu duduk, pesawat itu telah berbunyi. Shanika berdeham sejenak sebelum mengangkat gagang telepon, "Ya, Pak? Ada yang bisa saya bantu?"

"Sekretaris, masuk ruangan saya sekarang."

"Nama saya Shanika ..." Namun telepon sudah ditutup. Gadis itu menarik napas panjang, karena merasa jengkel. Entah mengapa, setelah semua tugasnya selesai dengan sempurna, mengapa Bapak Ekadanta yang terhormat tidak mengingat namanya?

Tangan Shanika meraih agenda yang ia beli kemarin sebagai kenang-kenangan karena harus mengundurkan diri dari Omega Mart dan berpisah dari rekan-rekan kerjanya yang cukup kompak. Setelah itu, ia memasuki ruangan dan segera menggigil karena suhu dingin yang berembus menerpa wajahnya.

"Permisi, Pak. Saya Shanika Nadira, sekretaris baru Bapak."

"Berani betul kamu menggoda saya!" hardik sang bos, dengan wajah memerah menatap gadis itu dengan galak.

The Flirting Job (Pindah ke Cabaca)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang