23. Hadir nya membawa luka

2.2K 259 19
                                    

Yowepe...
Aku balik lagii
Jangan lupa Vote dan komen ya :)


Ares menarik tangan Eza, membawa nya kedalam ruang kerja nya. Menatap intens mata nya dengan penuh intimindasi.

"Kenapa waktu diajak kerumah Paman Arga kamu mau? Sampai sebulan lebih disana? Hah? Kamu lupa sama tangung jawab kamu yang udah dikasih bunda?  Eza?!" Ares membentak, untung ruangan ini kedap suara jadi tidak ada yang mendengar.

Eza menunduk, "kan diajak Paman, Ayah. Aku gak enak nolak nya, lagipun ayah ngizinin ka--" sebelum kata terakhir terucap, dengan cepat tangan Ares menampar pipi nya.

Panas Eza rasa menjalar di area pipi nya. Kepala nya sampai sampai tertoleh, pelan tangan Eza menyentuh pipi nya.

"Bodoh! Mana ada ayah ngizinin kamu!"

Ares menoyor Eza, "Dipikir nya ngasih makan kamu itu gratis! Dikira nya hidup gak butuh uang! Kamu buang air besar, kamu mandi, kamu minum dan lain nya itu bayar Eza! Jangan buat susah orang deh!"

"Diusia sekarang kamu itu seharus nya sudah bisa membantu menghasilkan uang! Liat Satria! Dia sudah mencoba membantu ayah! Sedangkan kamu?" Alis nya terangkat. "Suruh bantuin bunda aja ngeluh."

Eza tetap menunduk, tak berani menjawap sekata pun.

Ares terlarut dalam Emosi, "Kalau orang berbicara itu! Tatap mata nya! Bodoh!" Tangan besar nya mencengkram dagu Eza sampai rasa nya kuku nya ada yang ngecap.

Manik mata nya beradu, keduanya terdiam sesaat. Manik mata Eza memancarkan tatapan kekecewaan,
A

res menyadari tatapan itu, namun dia memilih abai. Eza sendiri menatap guratan kekecewaan dalam manik ayahnya namun disinilah dia yang sangat kecewa.

"Kemarin Ayah yang nyuruh aku pergi dan sekarang Ayah nyuruh aku untuk tinggal, maksud nya gimana yah? Aku bingung."

"Mulut kalian memang berkata untuk aku tetap tinggal tapi perlakuan kalian padaku membuatku untuk cepat-cepat pergi,"

Eza terhempas kedingin nya ubin, kepala nya terhempas dengan kencang. Ares menghempaskan Eza sampai terjerambab.

Dia bersedekap dada, "Kamu masih kecil berani lawan orang tua, Gedenya mau jadi apa?"

"Kalau dibilangin tuh dicerna pakai otak bukannya malah ngelawan! Kayak orang nggak tahu dia ajarin sopan santun."

Eh jangan coba bangkit, memegang kepalanya yang terasa sangat pening. "Jadi mau ayah sekarang gimana?" Tanya nya, nada berbicara nya terdengar bergetar.

Menahan isakan tangis yang siap meluncur. " Ayah mau kamu bilang sama paman Arga dan suruh Ibram pulang ke rumahnya. Kamu bilang sama mereka bahwa kamu mau tinggal di rumah ini lagi. Kalau mereka tanya kenapa kamu jawab karena keinginan sendiri, dan Ingat jangan berani-beraninya kamu ngadu sama mereka Atau kamu akan tahu akibatnya."

"Paham!?"

Eza mengangguk samar, daripada nantinya urusan ini bertambah panjang dan berbelit-belit dia anggukan kepala saja.

"Keluar, dan ini terakhir kali nya kamu buat masalah! Kalau sampai ada lagi! Ayah pastikan kamu akan ayah hukum!"

Eza mengeret kaki nya keluar ruangan, Satria mendekat, menanyakan kabar sang adik. Namun adik nya mencoba menghindar, Satria menghela nafas gusar. "Za? Bang ibram nungguin tu."

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang