Satu

1K 91 1
                                    

Sorakan penuh semangat begitu ramai memasuki indra pendengaran Jehan yang kebetulan baru saja keluar dari kelas. Dia menoleh bingung, "Anak hukum lagi ada acara? rame bener," Bertanya pada Nathan— Sahabat yang kebetulan satu jurusan dengannya.

"Paling ada yang tepe-tepe itu," Sahut Nathan sembari mengutak-atik handphonenya.

"Sampe heboh gitu?"

Nathan memutar bola mata, "Lo baru keluar goa apa gimana dah? Si Samudra itu, cowok tercaper kata lo." Ucapnya, "Banyak fans dia."

Kemudian raut wajah Jehan berubah malas, melanjutkan langkahnya dengan cepat menuju kantin, hingga lupa dengan Nathan dibelakangnya yang kini mengumpat sebab ditinggalkan begitu saja.

"Jehan sialan, jangan tinggalin gue monyet!"

Begitu sampai di kantin, Jehan dan Nathan dapat melihat Kezi melambai heboh, mereka berdua saling memandang satu sama lain sebelum terkekeh lucu.

"Udah lama lo?" Tanya Nathan pada Kezi.

Kezi menggeleng, "Baru aja, tuh makanan gue aja masih di pesenin sama Abim." Tunjuk Kezi kearah stan mie ayam, Jehan dapat melihat perawakan Abim dan satu gadis mungil disebelahnya.

"Lah si Edna udah keluar juga? tumben amat cepet." Kata Jehan.

"Dosennya lagi sakit, jadi cuma ngajar bentaran doang." Jelas Kezi menyeruput teh kotaknya. "Kalian kaga makan? gih pesen dulu."

Nathan mengangguk, "Mau makan apa lo? biar gue pesenin." Anak itu berdiri, menatap Jehan penuh tanya.

"Samain aja dah,"

Tanpa bertanya lagi, Nathan lantas berlalu dari sana menuju stan nasi goreng, sedangkan Jehan hanya mengambil satu krupuk untuk dia makan sambil menunggu Nathan datang.

"Jee," Edna datang dengan membawa semangkuk mie ayam, gadis itu mengambil tempat di sebelah Jehan. "Baru keluar lo?"

Anggukan Jehan berikan, membiarkan Edna mengambil krupuk miliknya. "Engga makan? mau gue pesenin." Tanya Edna menoleh pada Jehan dengan kedua tangan sibuk memasukan kecap, saus dan sambal kedalam mie ayamnya.

"Udah sama Nathan, lagi ngantri dia."

Edna hanya membulatkan bibirnya, "Kezi teh kotak gue mana anjir?"

"Lah iya mana ya?" Menaruh handphonenya Kezi menoleh kesana kemari, "Eh... nih, gue masukin tas ternyata hehe," Cengenges Kezi menyodorkan teh kotak milik Edna.

"Si monyet korupsi," Abim akhirnya menyusul, membawa makanannya serta Kezi, menyeletuk ketika tak sengaja mendengar ucapan Kezi. "Geser dikit," Perintahnya pada Kezi.

"Sabar bangsat!" Pekik Kezi sebab Abim mendorong badannya begitu saja, sampai membuatnya hampir nyusruk kesamping, sedangkan cowok itu hanya tertawa mengejek.

"Loh udah disini aja lo bocah, kapan nyampenya?" Abim baru menyadari keberadaan Jehan disebelah Edna.

"Bacot lo, makan aja sana." Edna menyahut melirik jengkel Abim.

"Dih gue nanya kembaran lo bukan lo," Sahut Abim berdecak malas.

"Kelahi mulu lo berdua, tiati jodoh." Jehan terkekeh lantas melakukan tos dengan Kezi.

Abim dan Edna sama-sama bergidik ngeri, tidak bisa membayangkan bagaimana jika mereka benar-benar sampai berjodoh, bisa-bisa hancur rumah.

"Amit-amit jabang bayi." Gumam Edna mengusap lengannya.

"Gue maunya lo Je bukan kakak lo," Ucap Abim dengan nada bergurau, mengundang geplakan Edna. "Sakit nyet!"

"Engga bakal gue restuin lo," Gadis itu menatap malas Abim.

𝐒𝐡𝐞𝐮𝐭𝐬𝐯𝐥𝐞𝐥𝐢 | 𝐉𝐚𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang