Bab 14 - Mulai dari nol

797 201 79
                                    

Yuhuuuu.. Balik lagi.

Sumpah demi apapun, mau ngucapin makasih banyak buat kalian semua yang udah dukung aku. baik di wattpad ataupun di karyakarsa. Apalagi sampai ngasih tip. Jadi ngerasa bersalah kalau telat update.

Tapi serius, 2 hari ini aku lagi down banget. Banyak masalah yang enggak bisa aku detailkan. yang jelas aku lagi dalam kondisi yang serba salah dan terjepit banget. Jadi satu kata semangat dari kalian aja itu ngaruh banget ke mood aku. 


-------------------------------------------------


Kalau tidak bisa menutupi berbagai macam sindiran, kamu bisa membuat sindiran itu sebagai nyanyian dari awal kebahagiaan.

Kembali dalam kondisi percakapan seperti dulu lagi, Dara mulai merasa bebas menceritakan banyak hal kepada Dani setelah mereka berdua saling mengikhlaskan atas kejadian dibeberapa waktu belakangan ini. Bahkan tidak tanggung-tanggung Dani mengoda Dara disaat perempuan itu mengungkapkan betapa syoknya dia harus diresignkan secara tidak hormat oleh pak Agus, atasannya pada saat itu.

"Jujur gue juga enggak mau lo resign."

"Masa sih?" ucap Dara tidak percaya. "Tapi lo kan yang acc gue diPHK!!"

"Memang. Pada akhirnya."

"Maksud lo?"

Bersandar nyaman pada kursi rotan, Dani terlihat sangat menikmati keberadaannya saat ini. Hidup di pedesaan seperti ini adalah impiannya sejak lama. Namun entah kenapa ada saja masalah setiap dia ingin memulai.

"Ya begitulah."

"Begitu gimana sih? Kalau ngomong jangan setengah-setengah. Maksud lo apa ngomong gitu?"

Menunggu tak ada respon, Dara menggoyangkan lengan Dani, supaya laki-laki itu sadar bila ia sedang mati penasaran atas kalimat yang baru saja Dani ucapkan.

"Dan ...."

"Yang mau lo di PHK itu Tari, gue cuma minta pak Agus untuk pindahin lo ke departemen lain. Tapi ... pak Agus enggak siap ditinggalin sama lo. Dia panik pas gue bilang gitu. Terus minta Tari buat ngerjain apa yang lo lagi kerjain. Maksudnya biar si Tari belajar, setelah lo enggak ada, Tari udah bisa handle pekerjaan yang sebelumnya selalu lo kerjain. Tapi ...."

"Tapi apalagi nih?" tanya Dara gemas. "Tapi si Tari mau gue di PHK, kan?"

"Hm. Dia yang atur rekayasa lo di PHK. Awalnya gue nolak, karena ngerasa keterlaluan. Dan untuk ukuran performance karyawan, jelas lo masuk salah satu terbaik. Tapi ya gitu, lo paham kan gimana hubungan gue sama tuh cewek. Akhirnya dengan alasan lo bakalan lebih notice gue kalau diPHK, gue approve."

Menjelaskan dengan sangat terbuka, Dara diam-diam memerhatikan gerak gerik Dani. Walau ekspresinya dingin dan datar, namun Dara bisa mendengar dari nada suaranya saat menjelaskan bila dia memang tidak baik-baik saja.

"Udah, kan? Sekarang lo udah tahu."

"Udah tahu pun percuma, kan? Toh gue udah enggak di Jakarta lagi."

Melirik Dara, Dani menatapnya seolah sedang menilai sesuatu. "Mau sampai kapan emangnya di sini? Lo pikir kabur dari masalah adalah solusi terbaik? Enggak, Dar. Kemarin gue sebulan kabur ke Bali, rasanya kayak hampir gila. Setiap hari gue pengen bener-bener terbang buat nemuin lo dan minta maaf. Tapi kalau gue kayak gitu, gue takutnya hal buruk akan gue lakuin lagi ke lo. Karena sejujurnya minta maaf itu mudah. Dan lo tahu, maaf itu hanya sebuah kata. Namun bagi gue, pembelajaran atas masalah yang terjadi, sampai berhasil mengucapkan kata maaf dari hati lah yang paling susah."

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang