Beomgyu merengek, menolak ajakan yang lebih tua untuk pergi meninggalkan rumah besar milik keluarga Choi Yeonjun. Entah kenapa anak ini mendadak rewel. Bertingkah layaknya anak kecil.
"Engga deh kak, mau bolos aja. Boleh yaa?"
"Kok gitu sih baby bom? Saya gak mau ya nanti nilaimu jelek karena sempet bolos. Saya juga tidak mau tak dapat restu orang tuamu karena dianggap bawa pengaruh buruk ke anaknya." Tentunya kalimat akhir hanya terucap di dalam hati. Untuk saat ini belum sampai ke tahap restu, makanya kata itu harus ditahan terlebih dahulu supaya tidak membebankan si manis.
Beomgyu mencebik kesal. Dia terlalu nyaman bermain di rumah Yeonjun jadi malas ngampus. Lagian dia mulai bosan kuliah, apa yang diinginkannya tak mudah tergapai. Lagian salah satu tugasnya lupa dikerjakan.
"Kenapa?" tanya Yeonjun lembut, mencoba sebaik mungkin memahami si manis yang tingkahnya suka berubah-ubah.
"Eung? Apanya?" Beomgyu memiringkan kepala, menatap dalam ke arah Yeonjun. Bertingkah bodoh supaya keinginan membolosnya terlaksana.
"Kenapa gak mau kuliah hmm?"
Beomgyu melirik ke segala arah, mencari alasan terbaiknya agar ucapannya dapat dipercaya. Namun alasan apa yang dapat dibenarkan untuk membolos?
Akhirnya dirinya pasrah dibawa paksa menuju kampus.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Pulang nanti saya jemput ya. Belajar yang benar," ujar Yeonjun sembari mengacak surai yang lebih muda. Senyum menawannya tak lupa diikutsertakan.
"Hmmm... Aku pulang sendiri aja kak, aku dijemput orang rumah kok."
"Beneran? Kakak pengen anter loh padahal, sekalian kenalan sama camer," goda Yeonjun. Senyumannya berubah tengil.
"Ish kakak apa-apaan sih, pede banget bakal disukain ortu aku."
"Kalau calonnya cakep dan tajir kaya saya, siapa yang nolak coba?"
Iya juga sih, tidak ada poin minusnya dari sosok pria gagah disamping Beomgyu ini. Hampir kesempurnaan dimilikinya. Tapi mau bagaimanapun hubungan ini masih sangat baru dan tidak meyakinkan untuk kelanjutan kedepannya. Siapa yang tau kan?
"Udah sana, cepat ke kelas!"
Setelah pengusiran dari sang pemilik mobil, Beomgyu turun dan melambaikan tangan. Jarak beberapa meter dari melajunya mobil tersebut, dirinya berjalan memasuki gedung kampus.
Hufh kuliah. Tidak ada yang menarik dari kampusnya ini. Hal yang sangat ingin ia dapatkan sangat sulit untuk ditaklukkan. Bagaimana bisa perkuliahannya menjadi menyenangkan?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Meskipun sudah diberitahu, Yeonjun tetaplah keras kepala. Dirinya masih meyakini bahwa ajakannya adalah mutlak dan si manis hanya merasa tak enak padanya.
Pulang lebih awal dari hari biasanya menjadi salah satu hal yang harus mulai ia terapkan. Selain perusahaannya sudah cukup maju, dirinya tak perlu repot karena seluruh karyawan serta sekertarisnya adalah pekerja profesional. Tak ada yang perlu dikhawatirkan jika dirinya pulang lebih cepat dari biasanya.
Berdiam diri didalam mobil, sesekali memeriksa ponselnya sembari melirik ke luar kaca jendela.
Menanti.
Saat ini yang dilakukannya hanyalah menanti sosok manis yang dalam kurun waktu beberapa detik mampu meluluhkan hatinya. Sosok yang amat berpengaruh dalam permainan perasaan. Anggap saja dirinya bodoh karena menyukai sesuatu yang belum cukup ia kenali dan pahami keseluruhannya.
Tak beberapa lama seorang pria manis dengan surai hitam legam sebahu terlihat keluar dari gedung kampus, melewati gerbang dan berjalan ringan.
Hendak keluar dari mobil tapi diurungkan, sebab melihat Beomgyu yang sudah berjalan menjauh. Lebih baik menghampiri dengan mobil.
Agak bingung juga karena tadi pacarnya ini mengatakan akan dijemput orang rumah, mungkin orang tua ataupun saudaranya tiba-tiba punya kesibukan lain. Bisa jadi.
Yeonjun hanya mengikuti pelan-pelan dari belakang, mengambil jarak yang agak jauh agar tidak ketahuan. Entah kenapa ia membatalkan keinginan untuk mengantar pulang, kini tujuannya adalah membuntuti si manis sampai rumah. Ingin tau alamat Beomgyu supaya kapan-kapan bisa jemput dan membuat kejutan.
Tak lama bus yang ditunggu tiba, setelah Beomgyu dan penumpang lainnya memasuki bus tersebut dan melaju secara perlahan, disitu pula Yeonjun mulai menyalakan mesinnya kembali. Mengambil kecepatan yang sama dengan kendaraan besar didepannya.
Membayangkan bagaimana raut wajah si manis jika pagi-pagi dirinya sudah didepan rumah dengan membawakan buket bunga. Pastinya Beomgyu akan menangis haru dan langsung memeluknya. Uhhh menggemaskan.
Tak lama bus berhenti, turun di halte yang sebelumnya menjadi titik temu antara Beomgyu dan juga Yeonjun.
Masih dengan mesin yang dijalankan pelan, Yeonjun mengikuti Beomgyu dari belakang. Melihat perjalanan sang pacar langkah demi langkah hingga tak sadar dirinya sudah dekat dengan tempat tujuan.
Yeonjun masih memantau dari jauh, melihat bagaimana Beomgyu membuka gerbang besar itu sendirian. Jika dilihat dari jauh pun rumah itu bak mansion megah.
Apa karena status keluarganya yang kaya raya makanya Beomgyu selalu menolak untuk diantar pulang?
Hey, tapi Yeonjun juga orang yang berada. Perusahaannya termasuk perusahaan terbaik di kota ini. Jadi tak mungkin ada halangan untuk meminta restu.
"Ya setidaknya pikirkan saja dulu kapan moment bagusnya dateng kesini untuk ngelamar baby bom," ujar Yeonjun pada dirinya sendiri sebelum memutuskan untuk kembali ke rumah.
_________________
TBC
_________________
Series : YeonGyuChapter Code : L
Yeonjun X Beomgyu
__________________Salam kecup cinta manjah
Bie
KAMU SEDANG MEMBACA
L.O.V.E Series ☑️
RomansaCuma kisah cintanya Beomgyu yang penuh variasi. TXT BL STORY L=YeonGyu O=KaiGyu V=TaeGyu E=SooGyu Ini lapaknya BL guys, yg ga suka menyingkir ae. Jangan salah alamat yaw. Jangan lupa vote dan commentnya untuk mengetahui kapal siapa yang paling dici...