17. Berubah sikap

5 0 0
                                    


Matahari sudah kembali terbit, dan jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi.

Alena telat!. Dia telat karna habis nangis sampai subuh dan baru tidur. Dia kesal sama dirinya sendiri kok bisa nangis selama itu. Di luar nalar.

Di luar gerbang sekolah Alena pasrah bingung harus apa, karna hari ini juga dia gak niat sekolah. "Cape kalo harus di hukum" ucapnya entah bicara dengan siapa.

"Telat juga lo?", Alena langsung menengok ke belakang, dia menatap Elvano dengan sengak. Kenapa sepagi ini harus ketemu penyebab dia telat. "Gak usah kepo. Ini semua karna lo." Cetusnya.

Elvano sedikit berpikir, bagaimana mungkin salah dia. Kan dia gak tau apa-apa.

"Ikut gue kalo lo mau masuk sekolah", ajakan Elvano masih membuat Alena terdiam di tempat padahal gadis itu dengar.

"Yaudah kalo gak mau" Elvano main pergi gitu aja, dan Alena dengan cepat mengikuti langkah Elvano.

**

Alena sudah ada di tembok belakang sekolah, berdua dengan Elvano. "Lo dulu yang naik" suru Elvano.

"Enggak." Alena menolak cepat. "Cepet lo naik sebelum ada satpam yang liat" El tetap memaksa Alena untuk memanjat pagar setinggi satu meter setengah.

"Gue gak bisa manjat bego.", Ucapan Alena membuat Elvano menghela napas panjang dan langsung jongkok. "Injek pundak gue" surunya.

Seketika Alena melebarkan matanya. "gak. Nanti lo ngintip, gak usah cari kesempatan dalam kesempitan." Alena udah curiga duluan.

Elvano mendengus kesal. "Lo naik duluan, atau gue yang naik duluan dan lo gue tinggal disini. Biar satpam liat lo terus di hukum." Ancamnya. Alena segera melepas sepatunya. "Ngapain si lepas sepatu, ribet amat." Ucap Elvano.

"Dasar o dua n. Kalo gue pake sepatu, baju putih lo ini kotor." Jawab Alena dengan menaiki pundak Elvano. Pria itu sama sekali tidak merasa berat, badan Alena benar-benar ringan.

Alena benar-benar memanjat tembok. "Awas kalo lo ngintip, siap-siap gue tonjok palak lo." Ancam Alena dan melompat dari atas tembok.

"Hahhh..., Akhirnya" ucap Alena yang sudah mendarat dengan selamat segera memakai sepatunya kembali.

Alena melihat Elvano melompat dengan mudah. "Udah kebiasaan lompat pager. Dasar mau ngeclosplay jadi monyet." Gumamnya kesal.

"Mata lo kenapa?, Abis nangis?" Tanya Elvano dengan wajah yang sok cool.

"Kecolok jarum." Jawab Alena.

Elvano menghela napas panjang. "Susah ya ngomong sama orang aneh kaya lo., Bathewey. Gue nolong lo tadi cuman iseng doang, gak usah gr.", Elvano langsung pergi meninggalkan Alena dengan emosi yang membara.

"Hah,,,. Woy!. Gak ada juga yang mau di tolong sama lo!". Alena berteriak-teriak sendiri area belakang sekolah.

"Bisa ya gue sayang sama cowok tengil kaya Elvano. Najis!."

**

Alena menyusuri koridor dengan masih membawa tas ransel hitam yang dia gendong. "O. Ini adkel yang suka sama Elvano?". Tap!. Langkah kaki Alena terhenti waktu Saskia menghalangi nya.

"Permisi kak, gue mau lewat." Alena tidak mau meladenin Saskia. Cukup el yang buat di kesel sepagi ini.

Saskia kembali menghalangi langkah Alena. "Di tanya itu di jawab."

Alena menghela napas panjang. "Gue harus jawab gimana?",

"Lo deket sama Elvano?", Pertanyaan Saskia membuat Alena tertawa sinis. "dia yang ngedeket buka gue."

BAD BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang