"Apa?"
"Ikut gue dulu."
Edgar tiba-tiba mengangkat tubuhnya yang dihadiahi pekikan oleh Shena. "Gar, turunin!"
"Edgar!"
Laki-laki itu justru melemparnya ke dalam kolam yang semula tenang dan kini sudah berbaur dengan Shena di dalamnya. Ia tertawa melihat raut kesal yang Shena tunjukkan padanya.
Dengan sekujur tubuh yang basah Shena masih menatapnya kesal. Tapi, rasanya tidak begitu memuakkan karena berada di dalam kolam lebih menyenangkan dari yang dibayangkan.
Edgar menarik kausnya ke atas sehingga sekarang memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang telanjang. Tidak ada banyak suara dari Shena, ia tetap diam menatap bagaimana Edgar perlahan ikut masuk ke dalam kolam.
Jantungnya sempat bergejolak saat Edgar dengan rambut yang basah serta bulir-bulir air yang ada di tubuh shirtless-nya bergerak mendekat. Menggapai tubuhnya dan Shena tidak menolak dengan juga menautkan kedua tangannya dengan lengan Edgar.
Shena memejamkan matanya saat merasakan tangan Edgar menelusup ke belakang tengkuknya. Membelai rambutnya yang basah. Ada semacam kupu-kupu yang menggelitik di dalam perutnya saat hidung mereka saling bersinggungan.
"Open your eyes," titahnya kemudian diiyakan oleh Shena.
Sorot hangat yang Edgar berikan mampu membuat Shena merasa ribuan kali lebih tenang ketika ditatap seperti ini. "Let me be one of your happiness," ucapnya kelewat tenang.
Seperti air laut yang bergerak tenang tapi mampu menghanyutkan Shena semakin terbuai. Ia mengangguk tidak punya alasan lain untuk menolak. Karena Shena hanya punya Edgar di sampingnya.
Hangat kemudian menjalar di wajahnya saat Edgar memagut lembut bibirnya. Perlahan semakin dalam saat Edgar menekan tubuhnya untuk mendekat. Laki-laki itu menuntun tangan Shena untuk berkalung di lehernya.
Edgar menyesapnya begitu lembut, membuat Shena semakin terbawa suasana. Memperdalam tautan bibir mereka. Membuat tubuh Shena serasa meremang, semakin terlena dengan ciuman memabukkan yang Edgar berikan. Shena menarik diri dengan terpaksa meski dengan ogah-ogahan memungkasi.
"Anjir!"
"Mata gue ternodai, Lex!"
Edgar menatap tajam ketiga manusia yang tiba-tiba memunculkan diri. Menganggu momen dan ketenangannya. Mengapa mereka bisa di sini?
Ia menahan Shena yang hendak menjauh. Tetap menahan pinggang Shena dengan satu tangannya. Masih berdiri di tempat yang sama di dalam air setinggi dada Edgar yang berarti sama saja dengan sebahu Shena.
Kedatangan ketiga temannya itu membuat Shena tidak nyaman sekaligus malu. Pipinya sudah memerah, yang ia sembunyikan di balik rambutnya. Edgar menyadari itu.
"Lo pada ngapain, sih, di sini?"
"Lo staycation nggak ngajak-ngajak, parah lo!"
Laki-laki itu menuntun Shena ke tepi untuk menyuruhnya naik terlebih dahulu. Menyuruh Alex mengambilkan handuk yang ada di atas sun lounger chair tidak jauh dari tepi kolam. Kemudian menyuruh Shena untuk masuk terlebih dulu. Meninggalkan Edgar bersama ketiga temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
STALEMATE
Romansa⚠️Harsh words, physical and psychological violence, verbal abuse, and some parts have adult scenes. Only recommended for readers 17 years and up⚠️ Apakah sebuah pengkhianatan masih bisa dimaafkan? Pertanyaan yang selalu menjadi bumerang ketika Edgar...