22| Lead You Astray

38 6 0
                                    

"Ngapain mandi malem-malem?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ngapain mandi malem-malem?"

Itulah sapaan yang Edgar lontarkan seketika membuka pintu kamarnya. Mendapati Shena yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menyampir di bahunya. Berjalan menutup pintu kaca beserta tirai di kamarnya.

"Gerah aja."

Laki-laki itu membawa satu mangkuk besar berisi pop corn dan satu botol minuman soda dengan dua gelas kaca. Meletakkannya di atas nakas sebelum akhirnya melepas hoodie-nya. Shena mengernyit masih menatap Edgar yang berdiri di depannya.

Apa yang akan laki-laki itu lakukan? Semua masih mengabu sampai Edgar menyadarkannya untuk mendekat.

"Sini!"

Ia mendudukkan Shena di tepi ranjang. Menghadap tubuhnya yang berdiri menjulang di depan Shena. Edgar meloloskan hoodie hitamnya ke kepala Shena. "Gue bisa pake sendiri, Gar."

Shena merasa nyaman berada di dalam lingkupan hoodie ini. Rasanya sama seperti berada di dalam pelukan laki-laki di hadapannya itu. Aroma segar khas Christian Dior Eau Sauvage menyeruak menembus indera penciumannya. Shena bagai tenggelam karena mengenakan hoodie besar yang terlihat oversize di tubuhnya.

Edgar tersenyum melihat Shena. "Pengen nonton, gak?"

Edgar sudah beralih di atas tempat tidur. Duduk menyandar setelah menyamankan posisi duduknya. Ia menepuk sisi tempat tidur yang kosong untuk Shena. "Nonton apa?"

Shena mulai menaiki tempat tidur dan membawanya untuk duduk bersandar di dada Edgar. Membiarkan tangan Edgar memainkan rambutnya. Atau membiarkan aroma tubuh mereka berbaur menjadi satu karena tidak ada sedikit pun jarak yang mereka ciptakan.

"Lo maunya apa?"

"Up to you."

Shena sedikit mendongak untuk mencapai wajah Edgar, ia tiba-tiba mengingat jika mereka tidak hanya berdua di vila ini, melainkan ada ketiga sahabat Edgar yang tadi siang menyusul.

"Gar, temen-temen lo, gimana?"

"Biarin aja, mereka ke sini, 'kan, bukan kemauan gue."

Shena tidak habis pikir Edgar seenaknya sendiri memilih film yang hendak mereka tonton. Terserah baginya agar Edgar bisa memilih genre film action atau thriller, bukan romance, apalagi yang banyak adegan erotis seperti yang sekarang Edgar pilih.

"Gar," peringat Shena padanya.

"Katanya terserah."

Edgar tersenyum nakal mengunci tatapannya pada Shena, "Do we need to do it?"

Shena menggeleng cepat. "No, absolutely not."

"But, your little heart said yes."

Shena memilih untuk diam. Tangannya bermain-main di atas perut dengan pahatan yang terbentuk dari olahraga yang Edgar lakukan. Memilin ujung kaus Edgar. Meski demikian, rasanya seperti tanpa ada pembatas antara kulitnya dengan kulit Edgar ketika Shena tak sengaja menyentuhnya.

STALEMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang