"Tugasnya telah selesai"
Sudah berminggu-minggu Jihoon menunggunya di rumah sakit, Hyungseok koma dikarenakan sayatan sayatan pada tangannya itu. 90% penderita Skizofrenia jika ada benda-benda tajam, ia akan memakainya untuk melampiaskan kemarahannya.
Jihoon yang melihatnya tertidur lelap, kini menoleh ke alat bantu untuk pernafasannya. Masih aman, dan alat detak jantung itu pun masih berjalan.
Semoga saja, mimpinya akhir-akhir ini tak terjadi dalam dunia nyata.
Jihoon yang hendak turun mencari-cari makanan untuk mengisi perut kosongnya bertemu dengan teman Hyungseok, Hong Jay Yeol. Pemuda bersurai pirang itu, ada di bawah dan melambaikan tangan ke arah Lee Jihoon.
Dia menghampirinya, "Jay lo kok disini?"
"... .... ...?" Ucap Jay. Jihoon mengangguk sebagai jawaban.
Jihoon menyahut kembali, "oh iya Jay, ruangannya sebelah atas, udah di pindahin ke ruangan VVIP soalnya. Nomornya nomor. 101." Jelas Jihoon Jay mengangguk sebagai jawaban.
••🎗️••
Beberapa bulan kemudian, Hyungseok kembali tersadar dari komanya. Tubuh laki-laki itu kurus kering serta pucat, hampir saja Zin menampolnya karena tak memberi tahu kepada nya tentang kondisi sebenarnya.Zin mengajak jalan-jalan Hyungseok ke luar menggunakan kursi roda.
Gue pingin banget cari angin, hari ini gue diizinkan sama suster di rumah sakit. Walaupun gue cuma duduk doang di kursi roda, tapi melihat-lihat angin berhembus membuat perasaan yang tadinya lesu jadi agak— emm agak seneng gitu.
"Lo harus makan yang banyak. Biar lo cepet sembuh, Seok." Zin menyuapi Hyungseok layaknya anak kecil.
"Iyaaa deh Zin. Kalo gue udah sembuh, gue mau nemenin lo ke warnet. Gue juga pingin banget gendong Yena anaknya Janghyun. Gue pingin ... Cepet cepet sembuh biar gue bisa menghirup udara segar lagi. Gue pingin ... ketemu sama Kak Gun, kak Shinwoo, sama Kak Junggoo, lagi." Omongan Hyungseok tulus, kemudian senyumannya mengambang.
Zin yang melihatnya, dia langsung berdecak sebal. "Lo serem anju! Orang lagi sakit, senyum-senyum kaya gitu."
Hyun yang berada di taman menimpali. "Yaelah Zin, emang apa salahnya Seok senyum?"
"....?" Jay ikutan bertanya.
Zin menjawab. "Wahaha, Lo gila Hyun? Hyungseok itu umurnya ngga lama lagi. Terus senyum-senyum kaya gitu?"
Hyun berdebat dengan Zin, sementara itu Han Shinwoo, Seo Seongeun, dan Kim Gimyung menghampiri mereka bertiga. Han Shinwoo memberikan satu kotak makanan bertuliskan 'martabak pak Bambang, dijamin enak puol'
Seok yang melihatnya langsung ceria. "Wuahh makasih kak Shinwoo!!" Serunya, Shinwoo hanya berdehem sebagai jawaban.
"Jihoon dimana?" Tanya Shinwoo, Hyungseok yang sedang mengunyah itu berhenti. Dengan mulut penuh dia menjawab, "kwak Jihoon lagwi sama kwak Jonggun." (Kak Jihoon lagi sama kak Jonggun)
"Terus, kak Junggoo dimana?" Kali ini yang bertanya bukan Shinwoo melainkan Gimyung.
Hyungseok menelan martabak itu dengan cepat tapi pasti, terus ia tersedak. "Uhuk! Uhuk!" Hyungseok menutupi bagian mulutnya menggunakan tangan, namun, saat dilihat tangan itu ada darahnya sendiri yang keluar dari mulut saat tersedak.
Jihoon yang datang dengan Jonggun langsung menatapnya tajam, dia berucap dengan logat sinis. "Siapa yang berani ngapa-ngapain adek gue?!"
Tak ada jawaban. Justru, mereka semua menoleh kearah Hyungseok yang memegangi kepalanya dengan kedua tangan, dan menangis saat itu juga. Jihoon yang melihatnya, langsung memeluk tubuh Hyungseok.
Tapi, tanpa ia sadari Hyungseok tak kunjung membukakan kelopak mata.
••🎗️••
Hyungseok dibawah ke unit gawat darurat, semua orang yang menjenguknya—Shinwoo, Gimyung, Seongeun, Zin, Jay, Janghyun, Jonggun, Junggoo mengikutinya sampai sini.Di sana, Jihoon duduk di ruang tunggu menundukkan kepalanya. Dia berucap lebih tepatnya ngelantur, "gue nggak bisa jadi kakak yang baik buat dia. Gue—" mulut Jihoon di bekap dengan tangan dari Junggoo dan Jonggun secara bersamaan.
Junggoo menyanggah ucapannya. "Lo itu perfect brother Hoon, ngga usah ovt deh lo."
Jonggun ikutan berucap, "iya Hoon. Lo jangan overthinking, lo berdoa aja, semoga Seok bisa sembuh dan beraktivitas seperti semula. Dan kita-kita juga bakalan berdoa kok buat Seok," timpal Jonggun. Junggoo mengangguk kemudian secara bersamaan mereka melepaskan tangannya yang membekap mulut Jihoon.
"Bodoh. Iya juga omongannya lo pada, daripada gue galau-galau mendingan gue berdoa buat keselamatan Hyungseok"
••🎗️••
Kini mereka semua yang menjenguk Hyungseok telah pulang ke rumah masing-masing. Hingga akhirnya, Petir menggema untuk pertama kali di musim ini. Suaranya nyaring. Jihoon bangkit. Dia menutup gordeng. Tau bahwa Hyungseok tak mungkin menyukai suara nyaring petir.Kilat telah berhenti, namun masih ada suara nyaring disana.
Suara nyaring dari alat pengukur jantung yang tersambung. Isak tangis Lee Jihoon tak dapat terbendung lagi, saat melihat tubuh sang adiknya. Hyungseok, bocah itu terbaring lemah di ranjang rumah sakit, dengan selang-selang di hidungnya.
Ketika Lee Jihoon memandang ke salah satu alat penanda detak jantung di sebelahnya, alat itu menandakan garis lurus. Tak lagi bergerak.
"Berani-beraninya lo ninggalin gue, dasar Hyungseok jelek!!"
Jihoon tersenyum, namun juga menangis disaat yang bersamaan. Dia mendekat, lututnya lemas, di genggamnya tangan itu.
Tangan yang semakin mendingin per detiknya.
"Kakak nggak bakal jadi anak tiri, kok. Kakak jangan nangis ya, Seok bakalan jadi adek yang nurut sama kakak."
Jihoon kembali mengingat nya, pertemuan pertamanya dengan Hyungseok. Sehingga ia menangis kembali bersamaan dengan tubuh Hyungseok yang semakin mendingin.
"Kalo udah gede, aku mau jadi pilot!!"
Itu hal yang dia ucapkan dengan sangat amat ceria, dan satu lagi, saat dia mengucapkan ini.
"Selamat atas debutnya kak!!"
Dan yang terakhir, adalah ini. Saat-saat omongannya di alam mimpi Jihoon.
"Kak Jihoon maaf ya, tapi, tugas gue udah selesai kak. Gue harus pergi."
Dan Jihoon terus-terusan memegangi tangannya, dia tak memanggil dokter. Karena takut perkataan yang mengecewakan dari dokter itu.
Walaupun tak memanggil dokter pun Jihoon tau bahwa Hyungseok telah tiada.
Dia menghilang bersamaan matahari yang tenggelam.
Jihoon menangis tanpa suara, sejak mengetahui kondisi Hyungseok yang terkena skizofrenia ia tau akhirnya adalah ini.
Sambil memegangi jari kelingkingnya, kemudian di tautkan dengan jarinya sendiri. "Makasih Hyungseok, udah ada di kehidupan gue." Jihoon terisak, di tangan mayat itu.
Disatu sisi dia merasa berterima kasih kepada Hyungseok, satu sisi lagi dia kehilangan Hyungseok untuk selama-lamanya.
Tanpa pamit, bersamaan dengan matahari yang tenggelam. Telah kehilangan sinarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sun [✓]
FanfictionTentang Hyungseok, sang matahari yang kehilangan sinarnya. © lookism : park taejoon 🏅 : #1 in webtoonfanfic 21 Agt 22 #1 in phs 2 Okt 22 #2 in webtoonfanfic 4 Sep 22 #2 in phs 7 Juli 22 #2 in hyungseok 23 Juli 23 #3 in hyungseok 22 Juli 23 #3 in ph...