BAB 34 Move On

70 16 42
                                    

Makan timun makan tomat, apa kabar kamu sobat?😁

Naik becak naik perahu, udah siap baca cerita aku?🤣

Nonton tv pegangan remote, jangan lupa setelah baca tolong di vote!😇

Wkwkwkw... happy reading semuanya...

Rania

"Kenapa masih di sini? Nggak pulang?" tanyaku kaget memandang Jonathan yang tengah berdiri di samping mobilnya tak jauh dari pintu keluar loker.

"Nungguin lo. Ayo masuk."

"Mau ke mana?"

"Udah ikut aja." ucap Jonathan berbinar membuatku tersenyum. Lalu sebuah bunyi klakson terdengar nyaring mengalihkan perhatian kami. Aku dan Jonathan serentak memandang ke arah sumber suara yang ternyata berasal dari mobil yang ada di belakang mobil Jonathan.

Tanpa sengaja, aku kembali bersitatap dengan seseorang yang akhir-akhir ini berusaha aku hindari. Ravi dengan tatapan elangnya terus mengintimidasiku dari balik kemudi. Didampingi Pipit yang duduk di sebelahnya sembari tersenyum.

"Sabar." sahut Jonathan singkat. Dia berjalan membuka pintu mobil kemudian masuk. "Ran, buruan naik." titahnya.

Aku menunduk dan mengikuti perintah Jonathan cepat. Buru-buru memutus kontak mata dengan Ravi yang masih menatapku lekat. Lagi, bertemu dengannya hanya akan membuka bongkahan luka yang belum sepenuhnya tertutup rapat. Perih dan memilukan.

Jonathan mulai menyalakan mesin dan menjalankan mobilnya menuju ke suatu tempat. Di sepanjang perjalanan, akupun lebih banyak diam ketimbang dirinya yang terlihat antusias. Hingga tanpa aku sadari, kami berdua sudah sampai di sebuah halaman parkir restoran mewah yang sebelumnya belum pernah aku kunjungi.

"Ini, kita serius mau masuk ke dalam?" tanyaku mengernyitkan dahi.

"Serius lah, Rania. Yuk,"

"Tunggu-tunggu, lo lihat penampilan gue kan? Ntar malah pada ngira gue tukang cuci piring lagi." kataku tidak percaya diri.

"Udah, ayo masuk! Lo cantik kok." tegas Jonathan tersenyum sambil mencubit pipiku gemas. Dia segera keluar mengitari mobilnya lalu menghampiriku, membukakan pintu untukku.

Aiss, ini cowok beda banget tingkahnya? Ada apa gerangan? batinku.

Tubuhku sedikit bergetar saat berjalan beriringan di samping Jonathan. Penampilanku yang ada apanya sangat berbeda dengan Jonathan yang masih dibalut kemeja kerja formalnya. Hanya memakai cardigan biru, celana jins abu dan sepatu flatshoes dengan kuncir rambut ekor kuda sedikit membuatku tidak nyaman berada di tempat ini.

Aku dan Jonathan duduk berhadapan dengan meja kecil dihiasi vas bunga yang berada di tengahnya. Meski pengunjung terlihat ramai, namun suasana dan nuansa yang di hadirkan cukup tenang dan hangat. Ditambah banyaknya hiasan bunga warna-warni yang membuat restoran berkonsep taman bunga serasa di negeri dongeng ini terasa sejuk dipandang mata.

"Jo, lo sehat?" tanyaku, Jonathan yang sedang membaca buku menu beralih memperhatikanku.

"Sehat." timpalnya dengan kening berkerut.

"Eem, lo gak berniat melamar gue kan?" tanyaku asal menebak maksud Jonathan. Sejak sampai di tempat ini pikiranku langsung dipenuhi oleh bayang-bayang romantisme karena banyaknya pasangan yang mendominasi.

"Mau banget gue lamar?" gumam Jonathan tertawa lirih.

Aku mendengus. Kesal dengan sikap dan pikiran Jonathan yang tidak bisa aku tebak.

"Makasih ya Jo, tadi pagi lo udah nolongin gue. Gue nggak tau lagi deh harus gimana ngadepin Deka kalau lo nggak datang." terangku membuka suara setelah beberapa menit hening. Jonathan sendiri masih sibuk memilih makanan pada buku menu. "Maaf kalau tadi siang gue justru marah-marah sama lo."

Baby, Please Be Mine! (Completed!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang