Epilog

2.3K 251 17
                                    

Epilog

Haruto melangkahkan kakinya di koridor remang-remang lantai 6 gedung asrama AIN. Dengan sebuah box di tangan dan ransel di pundak, Haruto memulai kepindahannya. Haruto lihat sebelah kiri dan kanan, hanya ada pintu-pintu kamar tanpa jendela luar. Lorongnya lumayan lebar dan sepi. Jelas, katanya penghuni asramanya jarang pulang. Banyak misi katanya.

Di setiap pintu ada papan nama masing-masing pemilik kamar. Haruto lihat ada nama Park Jeongwoo diantara banyak nama yang Haruto ga kenal. Hal itu jadi membuatnya agak tenang. Sedangkan kamarnya sendiri berada sekitar tiga pintu dari kamar Park Jeongwoo. Haruto menaruh box di tangannya ke lantai, lalu ia membuka pintu.

Kamar yang bagus. Walaupun nantinya agak sepi karena harus tidur sendiri. Setidaknya ini nyaman buat ditinggali sesekali. Soalnya nanti kan banyak misi yang dikerjakan. Kamarnya cukup sempit sih, ranjangnya juga single bed yang cuma cukup buat tidur sendiri. Kalo tidurnya agak urakan masih bisa sih, tapi kalo dipake tidur berdua besoknya badannya pasti pegel banget. Selain ranjang ada lemari dan meja kerja. Udah. Itu aja. Kamar yang bagus buat mata-mata pemula kayak dia.

Setengah jam pertama Haruto habiskan buat nata barangnya yang ga seberapa banyak itu, sampai akhirnya Jeongwoo tiba-tiba datang menghampiri.

"Hai?"

"Jeongwoo!!!!" Haruto langsung mendaratkan dirinya di pelukan Jeongwo. Keduanya berpelukan erat. Udah lama ga ketemu, sekitar enam bulan.

"Gue baru tau tadi lo pindah ke sini. Seneng banget!!!" Jeongwoo dan Haruto pindah duduk di ranjang. Jeongwoo seneng banget, antusias banget nyambut Haruto.

"Hehe."

"Kok bisa pindah ke AIN?"

Hari ini agendanya ngobrol santai dan temu kangen antara Jeongwoo dan Haruto. Asik ngobrolnya walaupun di kamar sederhana.

"Ditawarin Kak Jihoon. Sebenernya hampir ditolak sih masuk sini. Jadi ya masuk sini murni karena orang dalam."

"Bener. Gue sebenernya rada kaget pas lo masuk sini. AIN gapernah mau nerima agen yang bukan dari akademi mereka."

"Iya sebenernya udah mau pasrah aja. Tapi Kak Jihoon ngeyakinin mereka banget. Entah kenapa mereka akhirnya mau."

Jeongwoo tersenyum. "Kak Jihoon lumayan berpengaruh tau di sini."

Haruto mengangguk-angguk.

"Airi kemana?" tanya Jeongwoo.

"Ikut kerja sama Kak Yoshi."

Ooh.

Iya betul. Airi kerja di kantor berita TwentyFour/Seven. Mereka berdua udah ga mau balik ke orang tua mereka. Karena ya itu sedikit banyak mereka punya hubungan dengan organisasi Kupu-Kupu Biru. Haruto dan Airi ga mau ikut campur lagi.

"Sebenernya gue kaget pas lo ke sini.  Padahal gue udah ceritain seberapa menderitanya gue di akademi."

"Yet you still stay..."

Kali ini Haruto sambil mainin ujung belakang rambutnya Jeongwoo. Itu yang deket leher itu. Dipelintir-pelintir, biar ada kerjaan. Tapi lucu mereka.

"Ya karena gue bukan siapa-siapa di luar AIN." Jeongwoo membuang napasnya. "Setidaknya gue bisa makan tiga kali sehari, punya kamar di asrama, digaji, ya walaupun nyawa gue terancam sih." Akhirannya mereka berdua tertawa.

"Nanti kalo tekad dan uangnya udah cukup mungkin gue bakal keluar. Ga tau deh, masih lama." Jeongwoo males mikirinnya. Masih lama.

"Oke deh, semangat!!! Gue udah dateng juga jadi lo harus tambah semangat. Oke?" Haruto bilang gitu sambil senyum. Terus bahunya Jeongwoo diguncangkan sedikit, kasih semangat.

"Iyaaaa...."

Terus Jeongwoo mendadak tiduran di ranjang Haruto. Ga permisi ga apa main tiduran aja.

"Hari pertama tidur di asrama mau ditemenin ga??"

Haruto langsung senyum-senyum sendiri. Dah bisa flirting juga ya ternyata. Yaaa kalo udah tidur di ranjangnya gini gimana bisa bilang engga sih.

Hehe.






Lanjut di season 2, "Dua Kupu-Kupu" , September 2022.

Kupu-Kupu Biru  || hajeongwoo/jeongharu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang