Waktu berlalu begitu cepat. Kini Naufal kembali setelah 1 bulan lamanya berada di kampung. Masalah orang tuanya pun sudah selesai secara kekeluargaan dan perceraian. Kini ibunya pun menjanda untuk kedua kalinya. Naufal semakin khawatir karena ibunya benar-benar sendiri.
Berbagai pemikiran pun terlintas di kepalanya, membuat cabang-cabang dan berakhir dengan overthinking.
Sekembalinya ia di kosan, ia heran kenapa Jevano tidak ada. Ia sempat bertanya pada Reihan. Reihan bilang Jevano sedang mengunjungi kampung halaman nya. Tapi sampai saat ini lelaki itu belum juga kembali.
Kenapa Jevano tidak memberitahu nya? Bagaimana dengan kerjaan nya? Apa lelaki itu sudah tidak bekerja di Jakarta lagi?
Naufal memutuskan untuk memesan kopi kesukaannya secara online. Ia pusing jika setiap hari harus memikirkan banyak hal. Naufal membutuhkan tempat untuk healing, tapi dengan minum kopi saja ia rasa sudah cukup untuk mengalihkan pikirannya.
2 bulan pun berlalu. Naufal benar-benar sendirian di kamar kost nya setiap hari. Naufal merasa kesepian semenjak kepergian Jevano. Walau terkadang Naufal mengajak Reihan untuk menginap, tapi rasanya seperti ada yang kurang.
"Sebenernya lo kemana sih Jev?"- gumam Naufal sambil mengerjakan tugasnya dengan malas.
Naufal terus mengetikkan huruf per huruh pada keyboard laptop nya. Tidak ada gairah sedikitpun dalam dirinya saat ini, benar-benar malas, jenuh, bosan dan lainnya.
Naufal menelungkupkan wajahnya diatas meja kafe. Ia memang sedang berada di kafe tempatnya bekerja hanya untuk menyelesaikan tugasnya. Beberapa menit kemudian ia membereskan semua barangnya lalu berniat pulang ke kosan.
Sesampainya dikosan, belum sempat ia memegang knop pintu, pintu sudah terbuka lebih dulu menampilkan sosok Jevano yang terlihat cuek dengan wajah dingin tidak bersahabat.
Naufal ingat ucapan Reihan, Reihan bilang 3 hari setelah Jevano pulang kampung, Jevano sempat mengirim pesan pada Reihan bahwa ia sedang berkabung atas meninggalnya keluarga tercinta di kampung. Mungkin Jevano masih sedih atas kepergian keluarga nya.
Ngomong-ngomong, Reihan memberitahu Naufal soal keluarga Jevano baru sekitar 1 minggu yang lalu karena Reihan sendiri baru ingat dengan pesan itu. Namun Naufal heran kenapa Jevano tidak memberitahu nya. Setelah Naufal mengecek ponselnya, ternyata banyak panggilan tidak terjawab dari Jevano tapi tidak ada pesan satupun. Mungkin Jevano ingin memberitahu nya lewat telpon—pikir Naufal saat itu.
"Jev, udah balik lo?.. Gimana keadaan disana? Lo yang sabar ya, ini ujian buat lo. Tuhan sayang sama keluarga lo. Lo gak sendiri, ada gue sama Reihan yang siap nemenin lo kapan aja"- ucap Naufal panjang lebar. Namun Jevano tidak merespon nya sama sekali.
Jevano justru mengeluarkan rokok dan pemantik api miliknya. Ia menyalakan sebatang rokok lalu menghisap nya.
Naufal hanya diam memperhatikan lelaki yang masih menghisap rokok itu. Namu setelah beberapa menit Naufal merasa ada yang aneh. Biasanya Jevano hanya menghisap 1 batang, tapi kali ini sudah terhitung 3 batang hanya dalam beberapa menit saja.
Tanpa pikir panjang Naufal segera menarik rokok tersebut dari tangan Jevano lalu menginjaknya. Naufal menatap tajam ke arah Jevano.
"Udah gue bilang jangan kebanyakan ngerokok! Lo paham gak sih?!"- bentak Naufal.
Jevano terkekeh pelan dengan wajah sinis nya, "kapan lo bilang kek gitu ke gue?"- tanya Jevano yang kembali terkekeh.
Naufal mengernyitkan dahinya saat mencium bau alkohol dari mulut Jevano, "sekarang lo minum Jev?"- tanya nya sambil mengecek mulut Jevano dengan sedikit mencengkram pipinya.
"Ck! Lepas!"- seru Jevano sambil menghempaskan tangan Naufal. "Cih.. Ternyata lo bodoh, Naufal Andreas"- desis Jevano dengan senyum miring nya diakhir kalimat.
Naufal terkejut mendengar, belum lagi senyum miring yang dilemparkan untuknya. Ah, alkohol membuat Jevano tidak sadar dalam bertindak. Naufal segera menyeret Jevano ke kamar mandi.
Byurrr
Menyiram Jevano beberapa kali dengan air dingin yang bertujuan untuk mengembalikan kesadaran Jevano. Baru kali ini Naufal melihat teman sekamarnya mabuk. Sifat Jevano jadi berubah karena minuman haram itu.
"Harusnya lo lampiasin kesedihan lo ke hal positif, Jev. Lo bukan satu-satunya manusia paling sengsara dimuka bumi ini! Gak harus kek gini, Jev"- ucap Naufal sambil sesekali mengguyur Jevano dengan air.
Jevano mendongakkan kepalanya, menatap Naufal tajam dengan netra hitam legamnya yang entah mengapa terlihat penuh kebencian. Jevano menegakkan tubuhnya, menarik kerah baju Naufal lalu tanpa aba-aba.
Hugh
Jevano meninju rahang Naufal hingga tubuh Naufal terhoyong kebelakang. Jevano kembali melemparkan senyum miring untuk lelaki didepannya. Ia melangkah maju lalu kembali menarik kerah baju Naufal dan meninjunya beberapa kali.
"Gak usah ikut campur urusan gue, sialan!"- bentak Jevano lalu keluar dari kamar mandi meninggalkan Naufal yang menatapnya heran.
Naufal merasa Jevano benar-benar berubah. Apa karena kepergian keluarganya? Karena ucapannya tadi yang memang menyakitkan? Tapi Naufal rasa ada yang berbeda dari Jevano kali ini.
"Lo kenapa, Jev?"
-🐰🐶-
Jevano lagi pms gaes makanya marah² terus😭😂
Btw, kalo anak rantau udah end, kayanya saia bakal lanjutin bulol—markno dulu yang udah saia lantarkan beberapa bulan🥲👍 nah, baru deh abis itu saia publish story baru😌 ada 2 story baru yang rencananya mau di publish, tapi masih mikir yang mana dulu. Jadi nanti siapapun kapal nya, tolong hargain ya, jangan dihujat, dan mohon dukungannya ygy wkwk. (Di publish kalo gak mager nulisnya).
Jan lupa vote comments.
Oke bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAK RANTAU | JAEMJEN √
Fanfic"sekilas doang sih..."- ljn "...tapi berkesan"- njm . . >cerita ini berhubungan sama Rival With Benefit, jadi biar ngga bingung harus baca RWB dulu baru baca ANAK RANTAU< ----- ⚠️bxb area⚠️ Copyright ⓒ wtfftttt 2022