Pertemuan Pertama

7 0 0
                                    

Nadine berlari dengan gesit di sepanjang koridor rumah sakit seraya menangis sesenggukan.

"Pah,maafin Nadine. Nadine masih butuh papa" ucapnya dengan sesenggukan.

Nadine sungguh menyesal, seharusnya ia tidak boleh berkata hal bodoh kepada papanya, sungguh ia sangat menyesal.

'Aku ga akan pernah maafin diri aku sendiri kalo semisal nanti papa kenapa-napa'

Bruk!

Nadine menabrak seseorang.

Bukannya langsung beranjak berdiri, Nadine malah diam tak berkutik di lantai rumah sakit yang sangat dingin itu dengan terduduk lemas. Kenapa hari ini sangat berat untuknya?

"Are you okay?"

Suara seorang pria. Bukannya menjawab, Nadine terus saja terdiam.

"Saya bantu kamu berdiri"

Pria itu mengulurkan tangannya di hadapan Nadine. 

Bukannya menerima niat baik dari pria itu, Nadine malah semakin mengencangkan tangisannya, membuat pria di hadapannya itu jadi bingung sendiri.

"(Hiks hiks hiks)"

Tak tahan melihat gadis di hadapannya itu menangis tersedu-sedu dan ditambah juga tatapan-tatapan aneh dari beberapa orang yang berlalu lalang di sekitar koridor rumah sakit membuat pria itu kelabakan sendiri, ia jadi terlihat seperti seorang pria tak berperasaan jika ia masih tetap berdiri saja seperti sekarang. 

"Saya bantu kamu berdiri" ucapnya kemudian memapah Nadine ke arah kursi ruang tunggu di rumah sakit itu.

Nadine duduk dengan lemas, fikirannya sangat kacau. Namun sekejab ia akhirnya sadar, tujuannya pergi ke rumah sakit untuk menemui papanya.

Nadine sontak langsung beranjak berdiri namun langsung ditahan oleh pria di sampingnya. 

"Mau kemana? Tenangin diri kamu dulu"

"Gue mau ke papa gue, dia sekarang lagi di ICU"

"Kamu tidak bisa menemui beliau dalam keadaan seperti ini, tenangkan diri kamu dulu"

Nadine menurut dan kembali duduk di samping pria itu, ia mencoba menenangkan dirinya agar lebih leluasa nanti bertemu dengan papanya.

"Mau lebih tenang? Saya ada tempat yang sangat cocok untuk menenangkan pikiran. Mau kesana?"

"Ngga, thank you" tolak Nadine.

"Saya bukan orang jahat, kamu bisa pegang ucapan saya"

Entah apa yang membuat Nadine akhirnya meng-iyakan ucapan pria itu. Saat ini fikirannya sangat kalut, ia juga merasa pria di sampingnya itu adalah pria yang baik, tak ada salahnya jika ia meng-iyakan ajakan pria itu.

~

📍Rooftop rumah sakit.

Nadine tersenyum singkat seraya menatap jalanan yang ramai di bawah sana, ia sangat menyukainya. Dari mana pria di sampingnya itu tau kalau dirinya sangat menyukai rooftop?

"Gue banyak dosa ke bokap hari ini"

Ucapan gadis di sampingnya langsung membuat kedua alis tebal pria itu menyatu, "maksudnya?"

"Tadi pagi gue sempet marah ke bokap sampe ngeluarin kalimat yang ga seharusnya gue ucapin dan akhirnya jantung bokap gue kumat. Gue ga bakal maafin diri gue sendiri kalo nanti terjadi apa-apa sama papa"

"Hari ini hari yang berat banget buat gue, gue terus dihantam sama masalah yang bahkan gue ga tau cara nyeleseinnya gimana" tambah Nadine dengan suara yang bergemetar, ia akhirnya kembali menangis. 

My husband so PERFECT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang