Hal Yang Usai Sebelum Dimulai (Cermin)

Hal Yang Usai Sebelum Dimulai

Ada banyak hal rusak yang bertebaran di dunia. Semisal masa depan yang kiranya indah sebelum ia pergi meninggalkan luka. Atau mimpi-mimpi yang cerah sebelum hari-hari tanpanya menjadi hampa. Dan, aku merupakan salah satu bagian dari kerusakan itu.

Dua hari kemarin, aku mencoba untuk kembali menemukannya. Sepasang baut dari bagian tubuhku yang rapuh. Ia sudah menghilang semenjak beberapa bulan yang lalu. Namun, seusainya pamit hari itu, ia tak pernah lagi kembali.

Aku yang tengah kebingungan bertanya pada awan, "Bolehkah engkau rintikkan rindu pada hatinya yang tandus?" Lantas, ia pergi mencari-cari kepingan gersang yang kumaksud. Namun, nihil. Tak juga hati itu ditemukan.

Aku yang perlahan lelah bertanya pada semut, "Bisakah kau antarkan manisnya rasa pada dirinya yang mungkin tengah mengulum pahitnya kehidupan?" Kompak, mereka segera pergi dengan sekantung harapan bahagia. Namun, juga nihil. Tak ada kepahitan sedikit pun yang mereka jumpai.

Entah ke mana perginya.

Ia seakan hilang bersama samudra yang kian surut. Ia seakan hancur saat bersentuhan dengan ombak yang riuh. Ia benar-benar pergi saat kisah kita baru saja hendak bermulai.

Aku menatap jam. Menghitung waktu. Merangkai hari. Berharap temu.

Ingin rasanya bisa melupakannya. Mengobati luka yang makin lama makin berdarah. Akan tetapi, setiap kali aku mencobanya selalu saja tak bisa. Ada hati yang terlanjur remuk jika harus menghapus nama yang telah menjadi napas bagiku.

Kembali hari ini.

Aku terbaring tak berdaya pada salah satu ranjang rumah sakit di kota. Tak ada penyakit fisik yang terlihat. Bahkan, seutas senyum masih dapat kurangkaikan.

Namun, rasaku seakan komplikasi. Tak lagi bisa sembuh. Sebab, aku akhirnya bisa berjumpa dengannya. Berjumpa saat ia ternyata telah bahagia dengan lainnya.