03. "Saya laper."

39 7 0
                                    

Jangan lupa vote komen❤️
----

Hema berkali-kali mencari posisi nyaman untuk dirinya tidur namun ia tak kunjung bisa merasakan kenyamanan itu, gadis itu memilih bangkit dari tidurnya lalu mengucek mata dengan raut kesal.

"Kaki gue pegel-pegel!" Ucapnya dengan bibir yang sudah maju dan alis menukik.

Ia turun dari singel bad yang ia tempati, lalu berjalan keluar kamar dan memilih duduk di meja pantry.

Hema menguap, gadis itu sesekali memejamkan matanya karena mengantuk. Matanya menjelajahi rumah yang interiornya nampak sangat mahal di mata Hema yang hanya anak kost biasa.

"Ah! Coba aja gue tajir." Gumamnya, ia menoleh saat mendengar langkah kaki yang beradu pada granit rumah, ia memicingkan matanya menelisik pada kegelapan.

"Kamu ngapain jam segini belum tidur? Mau nyuri di rumah saya?" Hema memutar bola matanya malas, gadis itu berniat beranjak pergi ke kamar lagi namun langkahnya di tahan oleh cekalan tangan.

Hema menatap pada tangannya yang di cekal, lalu mendongak menatap datar dengan raut bantalnya pada Gandi.

"Maaf, gak sengaja." Ujarnya lalu melepas cekalan tangan Hema, pria itu menarik kursi yang sempat Hema duduki lalu menyuruh gadis itu agar duduk lagi.

"Ngebabu kamu di mulai malam ini." Hema yang menampakkan wajah ngantuk dan malas seketika melotot lebar.

"What?! Ngapain saya kerja tengah malem gini? Gak waras." Hema kembali bangkit namun ia dipaksa duduk kembali, gadis itu sedikit memberontak namun akhirnya diam saat Gandi memelototi dirinya.

"Buatkan saya makanan, saya laper." Hema membuka mulutnya selaras tangan yang terkepal kuat di lengan Gandi.

"Aw aw! Hema sakit!" Ujar Gandi sambil menepuk tangan mungil di lengannya.

"Gila ya kamu? Lengan saya sampai luka." Ucap Gandi setelah berhasil melepas tangan Hema, lengannya seperti tegores kuku panjang milik gadis itu.

"Salahin diri Bapak sendiri, saya mau tidur! Bye!" Hema kembali beranjak namun lagi lagi ditahan, namun Hema malah sedikit kaget dengan tarikan halus dari Gandi.

"Ayo buatkan dulu, saya gak pandai masak."

"Terus selama hidup, Bapak makan apa sama Genta kalo Bapak gak bisa masak hah?" Gandi menampakkan raut berpikir membuat Hema sedikit terkesima.

Gadis itu membuang mukanya, menunggu lontaran kata dari Gandi lagi.

"Pesan online, tapi jam segini resto kesukaan saya sudah tutup, kamu saja cepat." Hema mendengus.

"Resto di online banyak Pak, jangan nyusahin orang." Balas Hema sarkas, Gandi malah tersenyum kecil lalu tangannya mempersilahkan Hema untuk masuk ke kamar.

"Silahkan, kembali ke kamar kamu." Dengan senang hati Hema langsung melangkah, namun ia langsung berhenti saat suara berat Gandi menginstrupsi.

"Ambil tas kamu, sekalian keluar dari rumah saya, dan kamu jadi menikah dengan saya."

Hema langsung menuju kulkas, membuka kulkas dua pintu itu sambil mengamati isi di dalamnya.

"Cuma ada sayur mentah sama buah-buahan. Bapak gak ada gitu stok nugget atau makanan siap saji lainnya?" Tanya Hema yang fokus menelisik lemari pendingin itu.

"Ada, itu di sana." Balasnya sambil menunjuk satu lemari dengan kepala.

Hema menoleh, menatap lemari tinggi yang membuatnya menghela nafas, gadis itu bangkit lalu menuju kesana beberapa kali ia berusaha membuka lemari itu, namun karena tubuh pendeknya yang tak menjangkau lemari ia malah nyaris terjengkang.

FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang