BAB XXIV : Kau Berharga Untukku

201 31 3
                                    

Sebelumnya Lynch tak pernah berpikir bahwa berjalan-jalan di hutan akan terasa menyenangkan seperti ini.

Tentu saja semua itu berkat kehadiran Preticia.

Kehadirannya seperti mengobati semua kesepiannya. Saat bersama dengan Preticia, tak ada hal lain yang Lynch pikirkan. Ia hanya berpikir, bagaimana caranya untuk bisa menghentikan waktu.

Sebab Lynch tak ingin momen indah ini cepat berlalu.

"Kau tampak hafal dengan jalannya, apa kau sering kemari?" tanya Preticia.

"Ya. Saat aku tidak bisa tidur, aku akan pergi keluar dan berjalan-jalan di hutan," jawab Lynch.

Hening kembali tercipta di antara mereka. Kini pemandangan hutan tak lagi menarik perhatian Lynch, kali ini sosok gadis di sampingnyalah yang menjadi pusat perhatiannya. Ia berjalan disebelahnya, menggenggam erat tangannya sambil terus menatap sekitar. Padahal, keadaan di sekitar mereka gelap, hanya ada cahaya obor yang Lynch bawa di tangan kirinya. Entah apa yang sedang Preticia lihat.

"Kau sedang melihat apa?"

"Tidak tahu," jawabnya.

"Apa kau lelah?"

"Tidak Lynch. Tidak sama sekali!"

"Lalu apa yang sedang kau pikirkan?"

"Aku berpikir, aku tidak takut lagi. Biasanya aku selalu takut kegelapan yang pekat, aku membayangkan monster-monster datang dari kegelapan lalu menyerangku, tapi anehnya aku sama sekali tidak takut."

"Tentu saja. Kau 'kan bersamaku, jadi apa yang harus kau takutkan?"

"Kau percaya diri sekali kalau aku tidak takut karena aku bersamamu. Siapa tahu aku sudah mulai menjadi gadis yang pemberani," kilah Preticia.

"Aku tidak percaya, sudah pasti karena aku berada di sampingmu."

Preticia berhenti melangkah, lalu menarik tangan Lynch yang digenggamannya untuk ikut berhenti juga.

"Lynch," panggilnya.

"Ada apa?"

Preticia tampak memikirkan sesuatu, namun terlihat enggan untuk mengutarakannya. Wajahnya menunduk sedih serta Lynch merasa Preticia menggenggam tangannya semakin erat.

"Ada apa? Katakan saja!"

Tepat setelah itu, Preticia mendongak menatap Lynch.

"Aku lapar," ujarnya.

Mendengar hal itu Lynch jadi terkekeh dibuatnya.

"Kau membuatku khawatir," ungkap Lynch jujur yang justru malah menghadirkan senyuman jahil dari Preticia.

Lynch memperhatikan sekitarnya, berusaha mengingat tempat ini agar ia mengetahui apakah di sekitar mereka ada pohon yang menghasilkan buah.

Namun saat ia menyadari keberadaan mereka saat ini, wajah Lynch mengeras. Ia mengumpat dalam hati saat tahu mereka sedang berada di mana.

"Ada apa Lynch?" tanya Preticia saat mengetahui perubahan raut wajah dari Lynch.

Namun Lynch tak ingin membuat gadisnya merasa khawatir, itu sebabnya ia menoleh ke arah Preticia sambil tersenyum, seakan mengatakan semua baik-baik saja.

Kali ini Lynch menautkan jari-jari mereka, lalu berbalik arah.

"Ayo kita cari makan!" Preticia menurut dan mengikuti kemana pun Lynch pergi.

Sepanjang perjalanan, Lynch terus berharap tak akan terjadi sesuatu pada mereka. Ini keteledorannya, sebab terlalu sering memandangi Preticia hingga ia tak sadar bahwa mereka berada di tempat yang tak seharusnya mereka pijak.

I Want To Be With You [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang