28. Masa lalu & kepanikan

2.6K 317 63
                                    

Jangan lupa vote and komen.
Komen nya brutal juga gak papa

"Ayah, bunda. Kenapa kalian begitu tega?"
Eza sedang sakit.

Satria menenangkan Mara, mencoba untuk meredakan tangis sang bunda. "Udah Bun," tangis nya tak kunjung reda. Mara menangis tersedu-sedu.

Sampai Ares datang, dia menerjang kokoh nya tubuh itu. Menyembunyikan wajah nya di leher sang Suami. Ares mengusap pungung sang istri, memberikan usapan kecil agar sang istri tenang.

"Dia ngehancurin acara nya, dia ngahancurin perasaan aku," gumma Mara dalam tangis nya. Ares mati-matian menahan isakan. Diri nya juga sama terpukul nya. Bukan prihal kue, namun perihal acara nya. Acara yang dinanti-nantikan oleh kedua nya. Disusun dengan sedemikian rupa, hancur karena suatu insiden.

Ares kecewa.

Mara juga, bahkan lebih.

Ya, tau sendiri lah wanita, ekspetasi nya sudah di hancurkan.

Mara menatap lekat Ares dengan air mata yang mengenang dipelupuk mata nya, "Dimana anak sialan itu?" nada mara terdengar dalam pertanyaan itu. Ares mengeleng, "Sudah aku hukum dia dikamar mandi. Biarkan saja!"

Mara mengeleng, "Dikurung dikamar mandi? Itu hukuman yang mudah sayan—"

Ares kembali mendekap Mara, membiarkan sang Istri menumpahkan  semua kesedihan nya. "Udah, itu sudah cukup." Kata nya, "dia juga masih anak ku,"

Mara melepas pelukan nya dengan cepat. "Masih bisa kamu ya!" Dia berteriak, menunjuk Ares. "Setelah dia ngehancurin momen bahagia kita!"

"Aku gak sudi ngangep dia anak!"

~°●°~

Sehari berlalu sejak kejadian itu, namun  Eza belum juga dibuka kan. Dia masih terkurung didalam kamar mandi belakang. Bahkan tak ada satu orang pun tau kalau diri nya menghilang ditengah peradaban.

Sampai, suatu ketika Ibram bertanya pada ayah nya. "Yah, kok Eza dari kemarin gak kelihatan ya?" Arga nampak nya berpikir, lalu tanpa menjawab pertanyaan sang anak dia bergegas meningalkan kolam.

Mereka sekeluarga besar memang menginap dirumah Ares untuk sementara waktu. Mengigat kacau nya acara itu, sebenar nya hal yang Eza perbuat tidak fatal sangat.

Arga melihat Ares yang menyeruput teh nya dengan santai, "Lo apain anak lo!" Nada nya terdengar membentak. Ares menoleh, lalu satu alis nya terangkat, "Maksud mu bang?" Tanya nya seolah-olah tak mengerti.

"Gak usah sok gak tau deh lo! Eza gak keluar dari kemarin, gue juga gak liat dia makan ataupun kekamar mandi. Lo sembunyiin dimana? Hah!"

Ares berdiri, lalu melangkahkan kaki santai menuju jendela dapur. "Perlu banget ya lo ikut campur urusan gue, bang?"

Pertanyaan itu membungkam Arga beberapa menit, sampai Ares tertawa pelan, "Lo cuman sekedar abang tiri gue, kita emang satu ayah tapi gak satu ibu."

"Lo ga tau apa yang gue rasain, jadi stop lo ikut campur urusan keluarga gue." Ares berbalik, menatap tajam Arga. "Cukup urusin diri lo sendiri, dan urusin anak lo yang gak nikah-nikah itu,"

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang