30. Overthingking & Miris

2.7K 334 28
                                    

Yowepeee
Jangan lupa Vote dan komen.

Duduk di bangku sekolah saat murid-murid sudah keluar kelas untuk menuju rumah. Namun, berbeda dengan Eza. Laki-laki itu masih diam ditempat, perlahan tangan nya mengambil kotak bekal yang dia siapkan sendiri.

Oh ya, sekarang sudah pukul empat sore. Jam sekolah usai di jam itu. Eza kewalahan sebenar nya, berangkat pukul setengah tujuh, lalu akan pulang pukul empat. Terhitung 10 jam berada disekolah. Ngapain saja? Belajar? Yakin semua nya masuk?

Dia membuka kotak bekal itu. Nasi dan lauk terpampang nikmat, ya walaupun nasi nya tak lagi panas dan juga mungkin sayur nya sudah tak se fresh pertama dia menyendok kan kedalam mangkuk.

"Bismilah,"

Dia memulai dengan bismilah, suapan pertama masuk kedalam mulut. Cita rasa yang membuatt nya di lema. Memang benar ada nya perut nya sedang lapar-lapar nya. Saat istirahat dia tak sempat memakan nya, ya karna siapa lagi? Tentu Riko dan Bayu.

Saat dia sedang mengunyah, pikiran nya terputar di kata-kata pak Nio. Guru mapel biologi yang mengabarkan ada olimpiade tahun ini. Dan pak Nio mengajak siapa pun yang minat dikelas Eza.

"Gue bisa gak ya?"  Dia bertanya pada diri nya.

"Kalau gagal gimana?"

Belum-belum dia sudah berburuk sangka.

"Nanti kalau bisa, ayah pasti bangga sama gue,"

Pikiran nya berandai, memunculkan banyak perumpamaan dan juga hal apa yang akan terjadi apabila dia berhasil mengikuti dan bahkan sampai menang? Omg pasti dia akan diakui dalam rumah.

Pikir nya...

"Pokok nya gue harus ikut! Menang atau enggak nya urusan belakang. Yang penting berusaha!" Dia berkata dengan mengebu-gebu. Nasi dan lauk dalam kotak bekal nya sudah tandas termakan.

Menyisikan kotak kosong yang kotor. Dia minum dan membereskan kotak bekal dan beranjak pulang.
Saat kaki nya dibawa keparkiran motor nya lah menjadi satu-satu nya motor yang tersisa.

Eza berjalan sedikit cepat, saat menyadari sesuatu hal yang ganjil. Jantung nya bagaikan lepas dari tempat nya saat melihat motor nya sudah bocor dan juga penuh dengan warna cat.

Eza ingin marah! Tapi pada siapa?

Dengan perasaan dongkol di dalam hati. Eza mendorong motor nya untuk pulang. Kalian bertanya kenapa tak mencari bengkel terdekat? Ya karena tak ada uang, sudah habis untuk iuran kelompok.

Untuk sampai kerumah Eza membutuhkan waktu satu jam, karna jarak rumah dan sekolah yang lumayan jauh.

Banyak belokan sudah dia lewati akhir nya sampai di depan rumah. Walaupun dipertengahan jalan tadi sangat sulit rasa nya, sesak yang ikut mendominasi juga.

"Kenapa motor lo?" Eza menoleh kesumber suara, mendapati Satria berdiri dengan gelas di tangan nya.
"Bocor," kata nya. "Ga ditambal?" Satria bertanya kembali. "Ga ada duit."

"Kenapa gak nelfon?"

Langkah Eza terhenti, dia menoleh kebelakang. Tepat dimana Eza berada. "Ga yakin lo bakal bantu,"
Lalu dia bergegas menuju kamar nya.

Vlaeza Roman (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang