TIGA PULUH SATU

5.2K 368 12
                                    

Tangan Andra bergerak meraba sisi yang ditempati Jeana semalam. Mereka semalam akhirnya tidur ditempat yang sama, lebih tepatnya Jeana mengizinkan Andra tidur dikamar yang sama. Meski diantara mereka harus tersekat sebuah guling, ini lebih baik setelah berhari-hari tidak tidur bersama Jeana.

Tubuhnya menegak saat sisi yang ditempati Jeana telah kosong dan dingin. Itu artinya Jeana sudah bangun sejak tadi. Semalam Andra kesulitan memejamkan mata, Ia masih belum mempercayai bahwa saat ini Ia bisa tidur dengan menatap Jeana meski hanya punggungnya.

Sudah Andra bilang, bagaimana pun keadaanya sekarang, Andra tetap memilih seperti ini dari pada harus berpisah dengan Jeana.

"Pukul enam kurang?" kening Andra mengernyit. Ia mengira dirinya bangun kesiangan. Ternyata Jeana yang bangun terlalu pagi. "Apa Jean tidak nyaman tidur sama Aku?" tanya Andra pada dirinya sendiri.

Menarik tubuhnya, Andra menyeret langkahnya masuk kedalam kamar mandi. Ia membasuh wajah dan menyikat gigi sebelum bergegas menyusuri setiap sudut rumah Eyang untuk mencari Jeana.

"Apa Jean ikut Eyang ke pasar?"  gumam Andra saat tidak menemukan Jeana diruang keluarga dan ruang makan yang hanya tersekat partisi kayu.

Langkah Andra terhenti saat mendengar suara percakapan. Ia mengenali suara Jeana dan Ian yang tengah berbincang dengan suara lirih. Andra menyeret langkahnya perlahan dan berhenti dengan jarak aman saat melihat Jeana tengah menatap kedepan dengan sorot mata menerawang.

"Aku.. beberapa waktu tadi sempat memikirkan hidup Aku yang tiba-tiba bergerak terlalu cepat dan tidak terkendali. Aku yang belum terpikirkan untuk menikah tiba-tiba harus menikah, pregnant- ah I immediately had a daughter after just getting married. Be a mom. What a crazy life? My life is moving too fast."

"You're amazing J. You know it."

"Dunno. Am I?"

"Yes, You are!"

"Apa Kamu menyesali 'your life that moving too fast'?" suara Ian kembali terdengar. Ada jeda cukup panjang sebelum Jeana menjawabnya.

"Of course not. I love them." entah sejak kapan Andra menahan nafas, mendengar pengakuan Jeana berhasil mengembalikan kemampuanya untuk kembali menghirup oksigen.

"Really I do." kali ini suara Jeana terdengar lirih.

"You know what, Andra is luckiest bastard I've been know cause having you being his wife and mom for Gisel."

"Yes I Am." bisik Andra. Kepalanya menunduk lesu. "Maaf, karena si brengsek ini belum bisa memberikan yang terbaik buat Kamu Jean." Andra menatap Jeana yang tengah mengusap pipinya dari kejauhan. "Please, stay with me."

¤¤¤

Kepala Jeana celingukan mencari sosok Andra yang belum Ia lihat sejak pagi tadi. Terakhir kali melihatnya, Ia meninggalkan Andra yang masih terlelap dalam tidurnya pagi buta. Saat kembali, Ia pikir Andra masih tidur. Jeana yakin Pria itu memiliki pola tidur yang kacau akhir-akhir ini hanya dengan melihat kantung matanya yang tebal serta sorot matanya yang kuyu. Ia akan memaklumi jika Andra bangun kesiangan.

Namun, Jeana hanya menemukan ruang kosong. Kamarnya masih berantakan dan Andra tidak ada disudut mana pun. Sampai Ia selesai mandi dan berganti baju, Andra belum juga kembali.

I Take YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang