Dancing with Our Hands Tied | Chapter 2

3K 220 59
                                    

"Berapa kapasitas dari refinery unit yang akan terpasang di sini?" tanya Theodore saat masuk ke dalam kantor sementara milik sepupunya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Berapa kapasitas dari refinery unit yang akan terpasang di sini?" tanya Theodore saat masuk ke dalam kantor sementara milik sepupunya itu.

Karena tidak mendapatkan balasan dari sang sepupu, Theodore berdecak. "Gabriel Axel Gallagher."

Gabriel menoleh mendengar nama panjangnya dipanggil. Tetapi bukannya membuka suara, Gabriel justru membalasnya dengan deheman.

Theodore menghela napas kasar. Menghadapi sepupunya yang satu ini memang harus menggunakan kesabaran yang ekstra, dan untung saja Theodore sudah terlatih karena adiknya yang memiliki sifat yang mirip dengan Gabriel.

"Gabe, answer the fucking question."

"700." jawab Gabriel.

Theodore mengangguk paham, "Sudah bersama unit RCC?"

Gabriel menggeleng. "Alexander Gallagher baru saja meneleponku semalam untuk mengatakan bahwa dia menginginkan kilang minyak ini untuk subsidi bahan bakar kendaraan."

"I'll handle the RCC unit." balas Theodore, "Semalam kau pulang pukul berapa?"

Gabriel mengedikkan kedua bahu. Theodore bersedekap, "I got home at five this morning."

"I bet Kaiden is absent today. He passed the fuck out last night, I saw him at the dance floor." lanjut Theodore. Gabriel hanya mengangguk, Kaiden memang tidak masuk ke kantor hari ini.

"Gabe, come with me tonight."

Gabriel mendongak, menatap Theodore dengan bingung. Sementara Theodore yang tahu bahwa sepupunya itu tidak akan membalas perkataannya, pria itu memilih untuk melanjutkan ucapannya. "Semalam aku bertemu dengan seorang pria, he's a British. Dia mengundangku ke acaranya malam ini di salah satu bar yang berada di Down Town Caracas."

"Aku tidak ikut."

Theodore berdecak, "You should come, with me."

"I have a meeting tonight with my Father and Gerald." jawab Gabriel dengan jujur.

Selain pria itu yang memang tidak minat dengan ajakan Theodore, malam nanti yang merupakan malam Sabtu merupakan malam yang selalu digunakan oleh Alexander Gallagher untuk melakukan perbincangan serius dengan kedua putranya.

Theodore mengangguk paham, karena pria itu pun memiliki rutinitas yang sama seperti keluarga Gabriel, bedanya Theodore beserta ayah dan adiknya melakukannya di setiap hari minggu pagi.

"Aku akan senang sekali apabila kau datang, even for only a shot." ujar Theodore.

Saat akan keluar dari ruangan Gabriel, Theodore menyempatkan diri untuk berbalik menatap si pemilik ruangan. "Gabe,"

Gabriel menaikkan satu alisnya, sementara Theodore tersenyum menyeringai. "Aku harap kau akan datang, di sana akan ada banyak sekali wanita."

"I'll tell Gemma about what you just said."

Dancing with Our Hands TiedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang