Bab 15 - Kenyamanan yang tercipta

755 206 15
                                    

Begini aja keliatan gantengnyaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begini aja keliatan gantengnyaaa....



-------------------------------


Aku akui, terkadang cinta belum tentu merasa nyaman dan aman. Namun jika sudah aman dan nyaman, maka lebih mudah untuk memunculkan perasaan cinta.

"Jadi boleh cerita sama ibu, kenal dari mana nak Dani dengan putri ibu, Dara?"

Percakapan makan malam perlahan dimulai. Seperti orangtua pada umumnya, ibu Dara mulai mempertanyakan asal usul perjalanan sosok laki-laki bernama Gusti Dani Syakier yang diakui putrinya, Dara, adalah teman kostnya pada saat di Jakarta.

Namun disaat seharian ini ibunya Dara mencuri-curi info mengenai kedekatan Dani dengan Dara, ada rasa mengganjal yang sering kali dirasakan oleh orangtua ketika anak perempuannya didekati oleh seorang laki-laki.

Dari tatapannya saja, cara Dani menatap Dara sudah teramat sangat berbeda bila dibandingkan saat laki-laki itu menatap orang lain. Maka rasanya tidak mungkin kedekatan mereka hanya sebatas teman kost saja.

Meletakkan sepiring muntung nasi di hadapan Dani, Dara berusaha menahan tawa disaat Dani meminta bantuannya untuk menjawab pertanyaan dari ibunya itu.

"Karena tadi pagi, sewaktu ibu-ibu berdatangan ke sini, Dara mengakuinya bila kamu calon suami putri ibu itu. Apa ibu salah dengar?"

"Bu ...."

"Kenapa toh, Nduk? Ibu hanya bertanya. Seperti pertanyaan yang kemarin ini ibu pertanyakan juga kepada nak Natta. Tidak ada maksud mengintrogasi. Ibu sama bapak hanya ingin berkenalan dengan teman-temanmu. Cukup lama tinggal berjauhan, ibu benar-benar tidak tahu satupun temanmu. Dan baru nak Natta kemarin yang secara terang-terangan kamu kenalkan kepada ibu."

Hanya bisa menunduk, dan membungkam, tentu saja, Dara benar-benar menyerahkan semua jawaban ini di tangan Dani. Setidaknya Dani paham, perkataan calon suami itu tidaklah benar. Hanya sebuah pembohongan publik, dimana kondisinya tadi pagi Dara sangat membutuhkan bantuan tersebut.

"Saya mohon maaf, Pak, Bu, dan dek ...."

"Udin, Mas."

"Dek Udin," sambung Dani mengoreksi kalimatnya. "Mohon maaf kalau belum sempat menjelaskan secara detail. Kedatangan saya pagi tadi, terasa bukan diwaktu yang tepat untuk berkenalan. Ekspresi takut dan cemas yang bisa saya lihat di wajah Dara, benar-benar memanggil saya untuk mendahulukan permintaan tolongnya lebih dulu. Karena itu, baru saat ini saya sempat memperkenalkan diri secara resmi."

"Seperti penjelasan singkat yang siang tadi ibu tanyakan kepada Dara, saya memang benar teman kostnya. Kebetulan kami tinggal di rumah kost yang sama. Singkat cerita, saya juga tahu dia bekerja di perusahaan yang kebetulan berhasil saya rintis sejak kurang lebih 10 tahun lalu. Jadinya saya ...."

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang