Chapt 34 - Drama

44 3 0
                                    

Laki-laki yang berdiri di rooftop apartemen itu adalah Alvin Prayoga. Sering kali dia mendatangi tempat ini, lebih tepatnya saat hatinya tengah hancur. Gedung apartemen yang memiliki lantai lima belas ini milik ayahnya Alvin. Apartemen dengan tarif permalam termahal di Jakarta. Oleh karena itu tak ada seorang pun yang dapat mencegah kedatangannya, karena tempat ini milik ayahnya. Alvin berhak datang sesuka hati.

Saat kepalanya menengok ke bawah ia dapat melihat seluruh bangunan kota berdiri dengan kukuh, megah nan indah. Apalagi di waktu malam hari seperti sekarang ini. Momen yang tepat untuk melihat indahnya pemandangan.

Niatnya yang ingin mencari udara segar dan mencari ketenangan di tempat ini seketika rusak. Tiba-tiba Alvin teringat kejadian di mana sang ayah melontarkan kalimat hinaan untuknya. Penyebabnya pun selalu sama. Alvin tak dapat menduduki posisi pertama sebagai siswa terpintar, ia hanya bisa menduduki posisi kedua setelah Rayhan.

Sudah sekuat tenaga Ia belajar mati-matian sampai mengorbankan jam tidurnya namun tetap saja Rayhan tak bisa dikalahkan. Alvin sampai stres memikirkan kemauan ayahnya.

"Sepertinya sudah saatnya aku mengakhiri hidup." Lalu, kaki satunya diangkat dan segera ia jatuhkan telapak kakinya dengan pandangan mata lurus ke depan. Sampai benar-benar pria tersebut melanjutkan langkahnya, Alvin akan tewas karena tubuhnya akan terjatuh dari apartemen yang memiliki lima belas lantai.

Flashback on.

"Nak, dalam hidup kita wajib menjalaninya dengan penuh semangat, tekad kuat, serta pantang menyerah."

"Tapi kan, Bu, hidup berputar, kita gak akan selamanya hidup bahagia. Kalau misalnya kebahagiaan kita suatu saat di ambil sama Tuhan bagaimana? Apa mungkin aku bisa meneruskan hidup?"

"Sesulit apapun dan sekeras apapun cobaan  yang akan menimpa hidup kita nanti, kita tidak boleh putus asa apalagi berhenti semangat. Kita harus yakin pada diri kita kalau kamu bisa melewatinya dengan cara kuat dan sabar. Kalau bukan diri sendiri, siapa lagi yang mau bantu. Ibu aja bisa melewati tantangan itu masa anak ibu gak bisa?"

Tangis isak Alvin akhirnya reda setelah sang ibu memberi nasihat serta motivasi. Shena mengusap lembut kepala sang buah hati dengan posisi pelukan. Pemilik iris mata berwarna coklat pekat itu menyudahi pelukannya.

"Alvin harus janji sama ibu. Kalau Alvin harus jadi orang yang kuat dalam menjalani hidup," ujar Shena sambil memberikan jari kelingkingnya kepada Alvin, "janji juga sama ibu kalau Alvin akan selalu jadi orang yang ikhlas dan selalu tersenyum meski hati dalam keadaan terluka."

Alvin mengikat jari kelingkingnya dengan kelingking ibunya. Lalu mengatakan janji pada ibunya.

Flashback off

Tanpa sadar Alvin mengatakan kalimat janji yang pernah dia katakan pada ibunya dulu; Alvin janji sama ibu, kalau Alvin akan selalu jadi orang yang ikhlas dan selalu tersenyum meski hati dalam keadaan terluka.

Mengingat itu, Alvin mengurungkan niatnya untuk bunuh diri, mengembalikan posisi kakinya menjadi semula.

⏺️⏺️⏺️⏺️

Bela memberikan pertanyaan kepada sang suami. Saat itu suaminya baru pulang dari tempat kerja. Bukan sekali dua kali Aldinata pulang kerja larut malam. Tapi sudah satu bulan terakhir jika dihitung. Sifatnya itu membuat Bela curiga, khawtir suaminya bermain gila dengan perempuan lain.

"Ada meeting lagi hari ini?" Wanita cantik yang sedang duduk di sofa dengan busana seksi sama sekali tidak menarik perhatian Aldinata. Suaminya itu hanya menoleh sekilas saat diajak bicara. Sia-sia saja perjuangan Bela malam ini, niatnya untuk menggoda sang suami gagal.

Yuk! Balikan MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang