•2|

63 2 0
                                    


          Kedua keluarga itu saling memberikan senyuman terbaik sebagai sambutan pertama, Ibu langsung memeluk istri Dimas sementara Bapak langsung merangkul temannya yaitu Dimas.

Tian dan Jevi sudah mengobrol singkat dengan seorang pria dewasa yang datang membawa istri serta seorang bayi yang tengah didekap oleh sang istri.

Melihat itu Gia hanya bisa melongoskan pandangannya, ia merasa menjadi anak hilang disini sampai akhirnya ia melihat sesosok pria keluar dari mobil yang baru saja sampai di halaman rumahnya.

Mereka semua disana tersenyum kepada pria itu, Gia hanya bisa melihatnya sekilas karena tertutupi oleh keluarga disana. Dirinya merasa sangat bosan menunggu di pintu rumah, ia bingung apakah harus mendatangi keluarga Dimas dan bercipika cipiki? namun dia bukanlah tipe anak yang sok akrab seperti itu.

Ibu membawa rombongan tersebut masuk ke dalam rumah, Gia pun buru-buru masuk agar tidak terlihat dan saat keluarga besar itu telah duduk rapih barulah Gia datang menyalami satu persatu orang disana.

Ia duduk di sofa panjang sendirian dan tak lama masuklah seorang pria bertubuh tegap dengan setelan jas hitamnya, tubuhnya yang semampai membuat Gia harus mendongak untuk melihatnya.

Tampan. Gadis itu tidak bohong pasal penglihatan nya terhadap pria itu, dengan wajah tampan maskulin, kulit putih dan bersih tanpa jerawat sedikit pun, tetapi wajah itu semakin lama dilihat tampak dingin sekali, benar-benar tak tersentuh.

Setelah sekian lama perbincangan akan masa lalu tercurah di ruang tamu malam itu, Gia yang tadinya asik memakan kue di hadapannya pun langsung terdiam kala pembahasan tentang dirinya dan pria itu dimulai.

Ia meminum air putih dengan sangat pelan, rasanya air itu sulit sekali untuk dirinya telan.

"Kenalkan Agung, ini anak pertama saya bernama Jamal beserta istrinya Mawar, dan itu anak bungsu saya bernama Jaevan Aditya Pratama, dia yang akan kita kenalkan malam ini kepada anakmu"

"Iya Dimas, saya juga akan kenalkan keluarga kecil saya.. Ini anak tertua saya bernama Tian, lalu anak kedua saya bernama Jevi, mereka berdua ini telah berkeluarga. Dan itu anak bungsu saya juga yang bernama Egia Tarasiyah, tidak seperti anakmu yang sudah bekerja, anak gadis saya masih kuliah tingkat akhir"

Dimas serta istrinya menatap lembut Gia, mereka berdua tersenyum layaknya orangtua kandung gadis itu, hal tersebut membuat Gia tersenyum canggung.

"Gia, bagaimana kabarnya?" tanya istri Dimas pada Gia.

"Alhamdulillah, baik tante"

"Sudah sampai dimana perkuliahan mu, nak?" Mendengar pertanyaan itu Gua menelan salivanya berat.

"Bulan depan jadwalnya hendak sidang sempro te, sisanya akan menyesuaikan nanti"

Mereka disana mengangguk kepalanya singkat, ia merasa tertekan jika ditanya tentang kuliahnya dan merasa tabu untuk dibahas.

"Lalu bagaimana pendapat nak Jaevan tentang Gia?" tanya Ibu tiba-tiba, kedua wanita paruh baya disana hanya tertawa malu melihat Jaevan yang mendadak kaku.

Ibu to the point banget weh, pengen nangis ajaa -batin Gia kesal saat melihat Ibunya dan Ibu Jaevan begitu bahagia melihat kedua anak bungsunya tersiksa.

"Kelihatannya anak baik"

Mendengar itu Gia menatap tajam Jaevan, namun tidak berlangsung lama karena dia langsung memutuskan tatapan itu, kelihatan katanya? jawaban yang membuat Gia tersinggung.

"Gia anak yang cantik dan memiliki kepribadian yang baik, saya percaya hal itu bisa dijamin oleh didikanmu Agung.. Saya pribadi sangat berharap anak kita bisa memiliki hubungan yang lebih serius untuk kedepannya, karena itu pula kita bisa mengikat tali silaturahmi yang lebih erat"

Married with u?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang