maaf

727 61 52
                                    

Sanzu berhenti di sebuah rumah yang cukup mewah ini kali pertama dia pergi kerumah Haitani, wajahnya tidak berhenti menunjukkan kebahagiaan.

"Ran ini rumah emmhh." Entah mengapa sebuah kain membekap mulut Sanzu, yang membuat pemuda bersurai broken white itu tak sadarkan diri.

Sementara Ran menatapnya dengan malas, dia segera masuk kerumah di susul anak buahnya yang sedang menggendong Sanzu ala karung beras.

Sesampainya dia dikamar utama Ran sudah di sambut beberapa orang, terlihat dengan jelas tidak ada raut kesedihan dan keputusasaan melainkan wajah santai yang dia tunjukkan, namun siapa sangka bahwa hatinya sedang menangis. 'ini demi rahasia hidup Rin.'

"Keputusan bagus rahasia kebenaran siapa Rindou sebenarnya akan aku jamin aman." Ucap pemuda itu yang kini sedang memandang wajah Sanzu.

"Tidurkan dia diatas."

"Ingat mucho jauhi Rin dan mommy."

"Tentu."

Tak selang lama Shion, Mochi, Shout dan juga Kisaki datang. Ran yang ada di sana terlihat tidak terkejut sama sekali seakan dia sudah tau ini akan terjadi.

"Gimana kalo kita berbagi." Ucap Mucho, yang tentu saja mendapat persetujuan semuanya, kecuali Kisaki yang niat utamanya hanya mendokumentasikan saja. Untuk Ran sendiri dia tidak bisa menolak.

***

Sanzu terbangun dengan keadaan kepala masih pusing, namun siapa sangka di sampingnya sudah ada beberapa orang yang tak di kenal. Sedangkan seseorang yang dia kenal menatapnya malas.

"Ran apa maksudnya ini, kenapa aku ada di atas tempat tidur dan siapa mereka." Tanya Sanzu dengan nada sedikit bergetar, mau dipungkiri bagaimana pun Sanzu merasa takut berada di sini.

Sementara Ran dengan santainya berjalan perlahan menuju Sanzu, pemuda berkepang itu terlihat membawa beberapa pil, dengan tersenyum simpul dan memberikannya ke Sanzu. 'Sanzu maafkan aku, ini demi rin.'

"Minumlah pil ini, makan kau akan bahagia." Ran yang merasakan tubuh Sanzu bergetar lantas dia segera mengusap surainya, dan membiarkan pemuda itu bersandar di dadanya.

"Ran aku takut, aku mau pulang." Ucap Sanzu yang sedang memeluk tubuh Ran, namun siapa sangka pemuda itu kini tengah menyeringai.

"Ini tidak akan sakit jika kau mau minum pil ini." Jawab Ran yang kini tengah mencengkeram erat mulut Sanzu. "Buka mulutmu sekarang manis, aku tidak ingin kasar dengan mu."

Sanzu yang merasa cengkraman Ran semakin kuat, merasakan sakit bukan di wajah melainkan hati. Padahal dia sudah tulus mencintai pemuda itu tapi kini dia melukainya.

"Cih sialan."

Satu tamparan mendarat di pipi Sanzu, tanpa sadar pria bersurai broken white itu meneteskan air matanya, untuk sekian kalinya dia merasa di permainkan.

"Biarkan aku pergi sialan." Sanzu bangkit dari tempat tidur, tapi sayang Ran langsung membanting tubuh pemuda itu ke kasur king size, dan setelah itu sudah dipastikan Ran memukuli Sanzu hingga pemuda itu tak berdaya.

Ran yang melihat Sanzu sudah tidak melawan segera memberikan tiga butir obat perangsang.

Cup.

Ciuman mendadak di berikan Ran, pemuda itu terlihat menikmati setiap inci bibir Sanzu, terbukti dengan raut wajahnya yang begitu tenang, sementara Sanzu berusaha memuntahkan pil yang baru saja diminum namun gagal karena Ran terlebih dahulu menutup mulutnya dengan ciuman kasar.

"Mmmhhh... Ughhh."

Ran terus mengobrak-abrik isi mulut Sanzu, pria itu tidak hanya menghisap menyesap maupun mengigit Ran melakukan apapun yang dia tau tentang ciuman panas. Sampai akhirnya Sanzu terlihat kualahan, yang membuat Ran terpaksa melepaskan tautannya, terlihat benang saliva terhubung dari mulut ke mulut.

"Jadi jalang yang baik ya."

Belum sempat Sanzu bertanya Ran sudah pergi dahulu, tak selang lama mucho mochi shion Shout dan juga Kisaki datang.

"Terserah kalian mau apakan tubuhnya tapi ingat yang terakhir adalah giliran ku." Walau mulutnya berkata seperti itu namun dalam hati Ran hanya ingin memastikan Sanzu baik-baik saja serakah di periksa empat orang sekaligus. "Aku rahasia itu tetap tertutup rapat, bahasa Rindou bukan saudara ku."

***

Sementara ditempatkan Rindou pemuda itu terlihat sedang berada di kafe dengan seseorang yang tidak dia kenal.

"Apa maksud dari surat ini." Terlihat urat nadi keluar dari wajah Rindou, sedangkan seseorang yang berada dihadapan Rindou hanya tersenyum simpul.

"Akhirnya aku menemukanmu keponakan ku." Pria itu tak bisa membendung rasa rindu yang selama ini terpendam. "Aku sudah mencari mu lebih dari lima belas tahun, kau begitu mirip dengan bunda mu."

Bukanya membalas ataupun melawan Rindou justru terdiam membisu, dia bingung harus bagaimana, terlihat dengan jelas isi dari surat itu yang menunjukkan akte kelahirannya.

Tertulis jika dia bukan anak kandung dari nona Haitani dan juga saudara Ran Haitani, terlebih ternyata umurnya satu tahun lebih muda dari Ran, tak hanya itu di dalam surat terdapat tulisan dan juga flashdisk yang belum terbukti kebenarannya.

"Tidak tidak tidak tidak tidak ini semua bohong mommy ku adalah Kanna Haitani, dia tidak mungkin mommy nya Rin, Rin dari keluarga Haitani kau pasti bohong." Rindou mendorong tubuh Pria disampingnya.

Tak perduli Rindou terus memukulnya, pria itu hanya membalasnya dengan pelukan hangat serta tepukan pelan di punggung.

"Ketahuilah Rin orang yang selama ini kau anggap ibu adalah pembunuh ibumu."

Mendengar perkataan berusaha membuat tubuh Rindou seketika tak bertulang. Pemuda itu bingung harus percaya atau tidak tapi yang jelas bukti itu nyata, dia bukan anak dari kanna Haitani melainkan anak dari Kiyome Takashi.

Didalam dekapan pria itu, Rindou hanya bisa menangis. Ini terlalu sulit untuk di percaya terlebih mommy nya selalu memanjakannya dan tidak membeda-bedakan dia ataupun Ran, ternyata orang asing bahkan pembunuh.

"Tolong ceritakan semuanya, aku ingin tau kebakaran semuai ini." Sambil menyesap teh hijau, Rindou berusaha menenangkan diri.

Sementara lawan bicaranya terlihat sedikit ragu, ini terbukti dengan dia yang terus menekan pangkal hidung. Sambil menghela nafas berat, dia berusaha membuang keraguannya dan akhirnya dia mau bercerita.

"Kak Kiyome ya, atau bisa kau bilang ibu dia itu orang yang tanggung, dia bekerja siang malam demi keluarga, dia punya impian ingin membuat keluarganya hidup tanpa kesusahan karena itu dia rela banting tulang demi impian bodohnya itu. Samapi akhirnya ada suatu perusahaan yang mengangkat ibumu menjadi sekertaris." Sambil menyesap kopi dia melirik Rindou yang terlihat sedang menahan air mata.

"Itu adalah perusahaan Haitani, awal ibumu bekerja semua berjalan lancar sampai dimana papamu dengan jahatnya mengambil keperawanan ibumu, dan dengan tak elitnya selama ibumu hamil keluarga tidak ada yang tau, kami tau setelah ibumu meninggal dan kau sudah dibawa pergi. Tapi mereka melupakan bahwa bukti kelahiran dan identitas mu, Paman dengan mati-matian membuat akte kelahiran ini dengan saksi dokter yang membantu persalinan."

Brak...

Terlihat darah mengalir dari tangan Rindou, untuk sekian detik pemuda itu merasa detak jantungnya tidak beraturan ini sakit, sesak dan perih jika kenyataannya ini adalah kebenaran jadi selama ini dia hidup dengan pembunuhan ibunya, lantas apa kasih sayang yang dia dapat hanya topeng semata.

Apa semua telah tau termasuk Ran? Ada cuma dia orang bodoh yang hidup mengemis cinta, jika cinta adalah kebohongan maka penghianatan adalah ilusi.

"Rin paman ada untukmu."

"Akan aku balas orang-orang yang telah menyakiti bundaku."

Darah dibalas darah, nyawa dibalas nyawa, air mata dialas air mata semua yang telah ditanam harus dipetik, penderita yang selama ini di tanggung harus di balas.

"Mommy, Ran kalian harus menderita."







Oke jangan bingung ya sama alurnya

Command and like aku tunggu

Bye bye

can you love me sanzu (Ran x Sanzu x Rindou) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang