Happy Reading!!
Ruangan dengan luas empat kali empat meter itu terasa sesak. Raut bingung tergambar jelas di wajah sang pemilik kamar, niat hati ingin mengepak barang namun apa daya yang dia punya hanyalah tas punggung zaman sekolah.
Sementara sosok pria yang sedari tadi duduk di kursi kayu kembali merotasikan bola matanya bosan kala menangkap hilir mudik Sakura yang tak kunjung selesai. Gadis itu sibuk memilih barang berharga yang akan dimasukkan ke dalam tas butut miliknya.
"Sudah berapa kali ku bilang kau tidak perlu membawa barang apapun Sakura."
"Terus aku pakai baju apa di sana?"
"Aku bisa membelikanmu," Sasuke berdiri, memutar kursi kayu lantas kembali duduk, dengan begini ia lebih leluasa melihat segala tingkah si gadis. "Kau mau apa, kemeja, kaos, celana, rok, bahkan dalaman sekalipun akan ku beli."
Sasuke memiringkan tubuhnya kala menangkap atensi guling melayang yang akan menimpuk kepalanya. Ia terkekeh pelan lantas menggulirkan iris hitamnya pada si gadis yang tengah memerah.
"Pipimu merah," Sasuke menyeringai tipis. "Kau tersipu hanya karena aku berkata akan membelikanmu dalaman?" godanya.
"Dasar sesat," Sakura memalingkan wajahnya sedikit kesal, seharusnya Sasuke tak perlu memperjelas semuanya, dasar pria bodoh itu. "Mulutmu lemas sekali, kau pasti sering menggoda perempuan di luar sana kan?"
"Aku hanya suka menggodamu."
Sakura menengadahkan kepalanya mengabaikan jantungnya yang berdebar keras. "Ya Tuhan tolong ambil jiwa Sasuke yang ini."
Sasuke mendelik tak terima. "Kau mendoakan kematianku?"
"Jika kau berpikir begitu, ya begitulah jadinya."
Sasuke berdecak pelan sekaligus mengakhiri percakapan tidak jelas mereka. Pria itu dengan tenang mengamati si gadis dengan kekeras kepalaan tengah memasukkan beberapa potong baju yang menurutnya sudah lusuh.
"Sakura."
"Hm?"
"Kau mau tinggal di rumahku?"
"Tidak."
"Kenapa?"
Sakura menghembuskan napasnya pelan. "Aku masih punya cukup malu untuk tidak memasuki rumah orang lain seenaknya."
"Kau menyindirku?"
"Jadi kau merasa?" Sakura tertawa renyah membuat Sasuke diam-diam turut menarik sudut bibirnya. "Sudah malam lebih baik kau keluar dan segera tidur."
"Sasori mengunci pintu kamar dan di luar hujan deras. Terlalu dingin untuk tidur di ruang tengah, jadi disinilah aku," jelas Sasuke panjang lebar.
"Seenak jidatmu saja membuat keputusan," Sakura beranjak berdiri, melangkah empat langkah lantas menarik lengan besar Sasuke. "Keluar, aku bisa memberimu tumpukan selimut.
"Sakura."
"Apa lagi?!" ujarnya sedikit kesal.
"Mau menikah denganku?"
Tarikan pada lengan Sasuke perlahan mengendur. Atensi Sakura tertuju sempurna pada pria yang kini masih belum beranjak dari duduknya dan sedikit mendongak ke arahnya. Hal ini agaknya membuat dirinya mendapat keuntungan untuk menyelami iris hitam yang biasanya malas-malasan kini terlihat punuh ketegasan meskipun ia ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vibrasi
Ficção AdolescenteGetaran yang ia rasakan kali ini sungguh melampau batas, terasa asing, mendebarkan dan menyenangkan. Disclaimer @Masashi Kishimoto