"Selamat pagi."
Pagi ini pukul 07.15 Hali, Fang, dan Nio datang ke kafe sebelum berangkat ke sekolah.
"Hai Hali. Awal sekali kau kemari." Ucap Yaya.
"Kelas ku di mulai nanti pukul 09.00. Jadi aku ke sini dulu. Apa kafe nya sudah buka?" Tanya Hali.
"Sudah." Jawab Yaya.
Hali pun memilih tempat ia gunakan untuk duduk. Dan akhir nya ia putuskan duduk di meja yang dekat dengan kasir. Lalu meletakkan kepala nya di atas meja.
"Huh..." Hali pun menghela nafas atas kejadian yang menimpa nya tadi pagi.
"Hei. Apa yang terjadi kepada Hali?" Tanya Yaya.
"Dia bertengkar dengan ibu nya pagi tadi." Jawab Nio.
"Benarkah?" Tanya Ying yang muncul entah dari mana.
"Benar." Jawab Fang.
"Kak Yaya. Apa aku bisa pesan segelas air putih?" Tanya Hali yang masih meletakkan kepalanya di atas meja.
"Hanya air putih?" Tanya Yaya balik.
"Hn. Aku sedang tidak ada nafsu untuk makan." Jawab Hali.
----------------------
Saat bekerja di saat malam hari nya.....
"Hei Blaze! Ayo kita duduk di sebelah sini!"
Terlihat ada dua remaja yang sedang duduk di meja di lantai dua.
"Jadi, kau mengajak ku makan malam di sini?" Tanya salah seorang remaja tersebut yang berpakaian pendek tak berlengan dan celana pendek.
"Benar. Orang tua ku sedang keluar dan aku tidak bisa masak. Jadi aku mengajak mu untuk makan malam di sini." Ujar seorang gadis yang ada di depan nya atau kita panggil saja dia Lia. Dia adalah pacar Blaze.
"Kau tidak bisa masak?"
"Benar. Kau tahu 'kan? Orang tua ku sibuk bekerja dan tidak orang lain di rumah selain aku, dan orang tua ku karna aku hanya anak tungal." Ujar Lia.
"Aku akan mengajari mu masak nanti." Sahut Blaze.
"Benarkah? Terima kasih." Ucap Lia sambil tersenyum.
"Selamat datang. Maaf membuat mu menunggu." Ucap pelayan kafe perempuan yang tidak lain tidak bukan adalah Hali.
Blaze pun terbelalak setelah melihat pelayan kafe itu begitu juga Hali.
"A... Em... Silahkan di pilih pesanan nya. Jika sudah selesai silahkan panggil aku. Permisi." Ujar Hali yang lalu pergi.
Namun baru saja benerapa langkah Hali sudah di panggil.
"Kalau begitu aku ingin pesan es krim Turki nya 1, teopokki nya 1, omelet nya 1, sama nasi padang dengan lauk ayam goreng nya 1. Dan kau Blaze?" Ujar Lia.
"Sama seperti mu saja." Sahut Blaze.
"Baiklah. Semua yang ku pesan tadi jumlah nya 2 ya?" Ucap Lia.
"Es krim Turki nya 2, teopokki nya 2-"
Di saat Hali sedang menulis pesanan pelanggan, tiba tiba saja ada sesuatu yang menyentuh bahu nya.
Sontak Hali pun langsung menoleh kebelakang dan betapa terkejut nya dia ketika mendapati sesosok lelaki berpakaian koki yang tiba tiba di belakang nya.
"Makayahbalasdendam!" Latah Hali sambil menutupi wajah nya menggunakan kedua tangan nya.
"Hei Hali. Tenanglah. Ini aku. Nio." Ucap lelaki itu yang ternyata adalah Nio.
Setelah tahu kalau itu adalah Nio, Hali membuka kedua mata nya kembali lalu menetralkan kembali nafas nya yang tersengal sengal.
"Oke. Jantung aman. Kau ini! Kau hampir membuat jantung ku kambuh lagi." Ujar Hali yang kesal karna Nio membuat penyakit jantung nya hampir kambuh.
"Dan kau membuat pena ku hilang sekaligus membuat pesanan nya tercoret." Sambung Hali.
"Ya maaf." Ucap Nio yang terkekeh kecil sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
"Memang nya ada apa kau memanggil ku?" Tanya Hali yang mengambil pena nya yang mengikat rambut nya lalu menulis ulang pesanan dari orang yang ada di depan kakak nya itu.
"Aku cuma mau tanya. Toilet nya di sebelah mana ya?" Tanya Nio.
"Kamu tinggal jalan ke dapur, lurus terus dan di sana ada toilet umum." Jawab Hali.
Satu minggu kemudian......
Seperti biasa, hari ini Fang berangkat sekolah awal bahkan lebih awal dari biasa nya karna sekarang baru pukul 05.55. Sampai sampai si Fang harus memanjat pagar agar bisa masuk ke dalam sekolah.
Namun saat Fang mau masuk ke dalam kelas nya dan Hali, Fang di kejutkan dengan sesosok gadis yang menggantung dengan luka tusuk tepat di dada kiri nya.
Dan ternyata itu adalah sahabat terbaiknya sekaligus sahabat sejak kecil yaitu Hali.
"H-Hali. A-apakah i-itu H-Hali?" Ucap Fang terbata bata karna shock dengan apa yang ia lihat sekarang.
"AYAH!!" Fang langsung berlari ke ruangan Kepala Sekolah karna ayahnya sudah berangkat ke sekolah bersama diri nya
------------------------
Kring... Kring...
Terdengar suara telefon rumah yang berdering dari rumah yang Hali tempati.
"Halo?"
"....."
"Benar. Ini keluarga nya Hali. Memangnya ada apa ya?" Tanya kakak kedua Hali yakni Gempa yang mengangkat telefon nya tadi.
"....."
"Baiklah. Kami akan ke sana." Ucap Gempa yang lalu menutup telefon nya.
"Kenapa Gem?" Tanya ibu nya yang nama nya Lisa.
"Itu. Kita semua di suruh ke sekolah nya si sialan itu." Jawab Gempa dengan malas.
"Memangnya kenapa?" Tanya Lisa lagi.
"Ada kasus yang melibatkan anak sialan itu." Jawab Gempa.
"Ck! Apa yang dia si anak sialan itu lakukan lagi? Ya sudah cepat bersiap sana."
-------------------
"Permisi. Disini ruangan Kepala Sekolah?" Tanya Lisa kepada salah guru yang ada di lorong/koridor.
"Anda tinggal berjalan lurus dan di ujung jalan ini ada ruangan Kepala Sekolah." Jelas guru itu.
"Baiklah. Terima kasih." Ucap Lisa yang lalu melanjutkan jalan nya menuju ruangan Kepala Sekolah bersama ke enam anaknya.
----------------------
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!"
Lisa pun membuka pintu ruangan Kepala Sekolah lalu masuk ke dalam ruangan Kepala Sekolah di susul keenam anak nya.
"Ada apa ya Bapak memanggil kami? Gempa tadi bilang kalau ada kasus di sini sampai melibatkan Hali." Ujar Lisa to the point.
"Benar. Tadi putra ku si Fang menemukan sosok gadis yang bergantungan dengan luka tusukan tepat di dada kirinya." Ujar Kepala Sekolah a.k.a ayah nya Fang.
"Kalau begitu, siapa pelaku nya?" Tanya Lisa lagi.
"Pelaku nya belum di ketahui." Jawab ayah Fang.
Brak!
#Berasambung#
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Seperti Hantu Yang Tak Terlihat
RastgeleCerita ini mengisahkan tentang hidup seorang gadis yang bernama Halilintar. Ia seperti hantu yang tak terlihat di kehidupan keluarganya. Apakah Halilintar akan menghilang tanpa diketahui oleh keluarganya? Apakah Halilintar akan mendapatkan kasih sa...