Hanya mengingatkan, genre book ini bukan shonen Ai apalagi BL:)
"Hm, rasanya enak sekali ya..."
"Apanya?"
"Soraru-san."
Sakata yang baru memberi satu langkah pada ruangan itu mau tak mau membiarkan daun pintu jati di belakangnya tertutup dengan sedikit tidak santai. Tunggu, rasanya konversasi barusan terdengar salah. Sepasang delima lantas menyawang penuh tanya pada sosok albino yang anteng menelan pasta yang dikunyah halus dalam mulut.
Tidak, tidak. Ia baru saja masuk. Jangan-jangan yang didengar dari mulut Mafumafu barusan memang dialog rumpang. Lagipula, mengapa pemuda bertato barkode itu diam saja seolah lepas tanggung jawab soal kalimat ganjil barusan??
Tidak, dia pasti hanya salah tangkap.
Saling tatap kedua pasang merah delima itu sekian sekon. Sama-sama membiarkan sang hening melalui mereka, hingga tiada pengisi ruang selain denting jam kayu besar di atas kepala sang Ketua OSIS.
"... Kau tidak berniat mengelaborasi lebih lanjut?"
Alis si albino bertaut, "Mengelaborasi apa?"
Detik itu juga, Sakata memutuskan untuk tidak melakukan interogasi lanjutan.
Mengusak helaian merah miliknya, Sakata berdecak selagi membawa diri mendekat ke arah meja Ketua OSIS. Jarak antara mereka hanya terpaut satu meja ketika bibir si merah terbuka, "Kau ini suka sekali mempersulit kerja orang lain, ya?"
Tak begitu peduli, Mafumafu kembali menyuapkan segulung pasta masuk ke mulut. "Mempersulit bagaimana?" Selagi mengunyah lisannya bicara.
Lihatlah wajah tanpa dosanya itu. Sakata bersyukur ia tidak membawa Urata, Shima, dan Senra. Kalau iya, tak sudi dirinya mengira berapa besar tagihan ganti rugi yang bisa saja mampir ke kotak pos besok pagi. Perangai sahabatnya memang begini, minta dimaklumi.
Maka setelah menarik napas begitu dalam, Sakata kembali memulai dialog. "Maashi menemukan obat-obatan yang kau maksud tempo hari pada beberapa anak berandal sekolah. Kemungkinan oknum memang melakukan penyebaran lewat berandalan. Entah dapat akses darimana, kami masih menyelidiki."
"Lalu? Kenapa kau lapor padaku?"
Sudut bibirnya berkedut. Ingat, Sakata. Kau sedang berhadapan dengan entitas paling absurd yang pernah kau kenal; Mafumafu. Apa yang kau harapkan darinya?
Sekali lagi menarik napas. Sedikit meninggi nada bicara si surai merah. "Kau ini posisinya sudah seperti atasan kami! Tentu saja aku harus melaporkan perkembangan yang ada dari mandat yang kauberi, bukan?"
"Kita antagonis, Sakata," potong si albino, "kau dan aku berdiri di sisi yang berbeda. Tentu saja kau tidak perlu melaporkan segalanya padaku."
Baiklah, sekarang Sakata jadi tambah bingung. Bukankah dia bergerak juga atas permintaan Mafumafu? Kenapa sekarang mendadak si pemberi tugas lepas tangan?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Phantomic Theatre [USSS]
Fiksi Penggemar[Book 1 Major Project Utaite Phantasmagoria Universe] "Aku ingin menjatuhkan sekolah ini." Sakata mengerjap, tak begitu mengerti jalan pikiran sahabatnya yang baru saja dilantik jadi ketua OSIS ini. "Bukankah kau tahu sendiri? memangnya kau puas den...