Jadikan aku Bhayangkari kamu, Please!

33 4 13
                                    

Terima kasih untuk kalian yang sudah mengikuti cerita Langit dan Biru hingga di bab ini. Terus dukung cerita ini dan kisah-kisah lainnya yang segera meluncur. Semoga terhibur ya...selamat membaca...

**********

"Kenapa gak bilang kalo mau ke sini Mas? Tau gitu aku masak masakan kesukaan Mas," ucap Lisa pada Agung yang tiba-tiba pulang ke Bandung.

"Tidak perlu. Makan apa yang ada aja sudah enak kok." Matanya menelisik satu-persatu masakan yang terhidang di meja makan.

"Segini cukup?" tanya Lisa saat tangannya menuangkan nasi pada piring Agung.

"Cukup. Makasih ya." Sekilas menoleh pada Lisa lalu beralih pada ibu mertuanya yang duduk di kursi depan.

"Beneran Biru gak mau turun Ma?" tanya Agung pada oma. Kali ini gadis kecilnya benar-benar tidak bisa dibujuk. Bahkan kedatangan Agung pun tidak membuat gadis itu luluh.

"Mama gak ngerti lagi, Gung anakmu. Sudah seminggu ngurung diri di kamar. Turun cuma ambil makan. Bahkan Langit aja cuma didiamin. Kasian cucu mantu mama. Cape-cape pulang kerja mampir ke sini, eh malah dicuekin," keluh oma.

"Emang dia minta apa sih Mas sama kamu, sampai ngambek sejelek itu," Lisa menuangkan air minum pada gelas Agung.

Agung menghentikan gerakan sendoknya lalu tersenyum. Menatap lama wajah Lisa yang duduk di sampingnya saat ini. " Biru minta Mas menikah lagi!"

"Uhuk uhuk ..."

"Ma, hati-hati dong minumnya." Lisa mendekatkan segelas air minum pada oma yang baru saja tersedak.

"Kalo tidak?" tanya Lisa mengalihkan pandangannya kembali pada Agung.

"Dia akan menunda terus hari pernikahannya. Sedangkan Langit tidak ingin menunggu lagi."

"Ya sudah menikah saja," jawab enteng Lisa. Mata Agung melotot pada adik iparnya itu.

"Sama siapa? Siapa yang mau jadi istri Mas duda beranak satu ini. Belum lagi serangan peluru bisa datang dari mana saja. Apa ada yang setegar Lestari mendampingi Mas?" tanya Agung mengunci tatapannya pada Lisa. Lisa terdiam. Tidak akan ada jawaban jika itu mengenai kelebihan Lestari kakaknya.

"Ada!" jawab oma santai sambil mencubit bakwan goreng di piringnya. Lisa dan Agung serempak menoleh.

"Lisa. Cuma Lisa yang diinginkan Biru jadi istri kamu. Mama sudah dengar semua curhat cucu kesayangan mama itu. Cuma mama kaget aja kalo itu dijadiin syarat biar dia terima pinangan Langit," ucap oma lalu menggeser kursi makannya dan berdiri.

"Mama sudah selesai makan. Kalian lanjutkanlah pembicaraan yang tadi." Senyum oma mengedipkan sebelah matanya pada Agung.

Suasana tiba-tiba hening. Tidak ada lanjutan cerita seperti yang dikatakan oma beberapa saat yang lalu. Kedua insan itu terpaku dalam pikirannya masing-masing.

"Sa ..."

"Ya ..."

"Tante," teriak Biru yang menghentikan niat Agung saat akan berkata sesuatu pada Lisa.

"Bi ..." Agung menyapa dengan kerinduan pada putri kesayangannya.

"Pa ada apa di depan? Papa bawa anggota Papa ke sini ya?" tanya Biru yang baru saja melihat keriuhan dari balkon kamarnya di lantai dua.

Agung menggeleng. Keningnya mengerut heran. "Emang ada apa?"

Biru buru-buru berjalan ke arah pintu diikuti Lisa dan Agung di belakang. "Ini sungguh mencurigakan," benak Biru saat tak sengaja melihat sahabat-sahabat Geng Komiknya pun bergabung dalam kerusuhan itu.

Buruan Tembak Gue!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang