[08]

265 26 5
                                    

"Dari mana saja, kau?!"

》___°•.•°•.•°___《

⚠️typo warn⚠️
.
.
.
Call coming🤞
.
.
.

Seperti yang diduga. Name disambut oleh ayahnya yang selalu mengekang Name di setiap kegiatan yang Name lakukan. Tak hanya itu, jika ayahnya menunggunya pulang, maka Name tidak akan tidur malam dengan tenang.

Dengan sisa keberaniannya, Name membisiki ayahnya. "Tolong jangan sekarang, Cavino dan Ken akan menginap malam ini. Besok adalah hari yang sangat penting."

Name yang dirumah dan diluar adalah perbedaan yang signifikan. Ketika di rumah ia akan berbicara dan berlaku seformal mungkin. Namun ketika di luar Name akan berbicara dan berlaku seperti biasa.

"Oh? Merayu? Terserah padamu, Name. Intinya kau dijodohkan dengan putra bungsu tuan Haitani. Tiada penolakan jika kau mau semua hasil kerja kerasmu terbayarkan." Begitulah kata ayah Name. "Dan jangan melakukan hal-hal yang menjatuhkan martabat keluarga." Sambungnya kemudian.

"Baiklah. Akan saya lakukan sebisa mungkin." Jawab Name.

"Assalamu'alaikum! Name. Ada kamar kosong?" Ujar Cavino seraya memasuki rumah Name bersama Ken. "Oh. Malam, om!" Ujar Ken menyalami ayah Name.

"Malam. Oh iya, boleh titip Name dan rumah? Saya ada pekerjaan di luar kota." Jawab ayah Name pada sapaan Ken sebelumnya. "Sana tidur! Malam mulai naik." Sambung ayah Name seraya meninggalkan pelataran rumah keluarga Edogawa.

》___°•.•°•.•°___《

"Makasih! Kalo ga ada k'lean gua pasti habis dimarahin ayah."

"Hahah kalem. Keak sama siapa aja,lu!" Ucap Cavino disusul kekehan ringannya. Jujur, Name merasa nyaman jika berada di dekat Ken dan Cavino.

"Name, kamar lu masih yang dulu, kan?" Tanya Ken memastikan keberadaan kamar Name. Karena biasanya ayah Name akan mengganti posisi kamarnya. Mengingat Name dulu pernah bertukar kamar dengan Yuka-adik Name-karna Yuka mengira botolnya dibawa oleh sang kakak.

"Nggak. Ada 3 lokasi kamar cadangan gue. Kamar Yelena, kamar Diko sama kamar Andre."

"Wait! Andre? Siapa?" Tanya Cavino cepat.

"Sepupu cowo gue. Yang di Amrik." Yup. Karena keluarga Edogawa merupakan pebisnis inter, adik ayah Name menikah di Amerika. "Andreas Octaviano. Anaknya canggungan." Jelas Name.

"Oh! Anaknya tante Lilian kan!" Gas Cavino sedangkan Ken hanya menatap dengan artian 'kok lu bisa tau? Oh iya lu kan cenayang' sambungnya kemudian dengan tatapan datar.

"Dan Ken mulai berfikir bahwa gue adalah cenayang. Iya kan! Itu kan isi pikiran lu, Pin!" Sambar Name sebelum Cavino membuka mulutnya untuk bersuara. "Iya! Udah ketebak itu dari muka lu."

    Flashback off

"Name, bangun. Ashar" terlihat Rindou sedang mencoba membangunkan Name dari tidurnya. Sekiranya Rindou adalah orang yang malas membangunkan seseorang. Siapapun itu.

"Ngghh.... apa?" tanya Name dengan suara serak khas bangun tidurnya.

"Ashar. Mau sholat sendiri apa sama gua?" tanya balik Rindou saat Name menggeliat /bahasa Indo nya molet paan si?\. "Sendiri? Yaudah, gue-"

"Bangunin kek! Gue mau ambil wudhu!" potong Name saat Rindou nyaris meninggalkannya sendirian. "Lagian ini jam berapa lu batu bangunin gue? Jam- hah?! HAAAAHH?! JAM 5.20!!! Wah parah lo Rin! Jam segini lu baru bangunin guee?!"

'Lo yang kayak kebo Name, gue udah bangunin lu dari setengah jam yang lalu' ucap batin Rindou.

"Udah ambil wudhu, blom?!" Sambar Name saat melihat Rindou hendak keluar kamarnya. "Sini sekalian. Meskipun udah ambil mesti batal. Orang lu megang gue." Sambar Name.

"Kadang gue heran kenapa ada makhluk se lucu elu. Bukannya tadi udah sholat? Heheh dasar." Sahut Rindou dengan nada ejekan di akhir kalimatnya.

"Wah! Biadab lu. Sini!" Perdebatan pun tak terelakkan, hingga pada bagaimana jadinya Rindou bisa mengiyakan semua perkataan Name hari itu.

》___°•.•°•.•°•.•°___《

"Jadi bagaimana keputusan bapak?" Tanya Kitaichi Aran, direktur Shan company.

"Baiklah, saya setuju untuk bekerja sama dengan perusahaan bapak." Sahut Ran dengan matang.

"Ahaha. Terima masih sudah mau bekerja sama dengan perusahaan saya, Pak Haitani. Saya sangat senang mendapat partner kerja yang optimis seperti bapak. Oh saya rasa sudah cukup pertemuan kita kali ini, pak. Sampai jumpa lain waktu."

"Baik, baik. Sampai jumpa, Pak Kitaichi." Jawab Ran sebelum mengantar pria tersebut menuju lantai dasar.

"Halo? Kakucho. Saya ada tugas untuk kamu. Besok pukul 7, pada stasiun TokyoC7, pria paruh baya dengan plat nomer × ××× ×× akan menuju kota Hyogo. Tolong buntuti dengan segala kemampuanmu, Kakucho Hitto."
















Loha! Maaf untuk cerita yang pendek ini. Kangen Call ngga? Hn? Ngga? Yaudah gapapa. Btw maaf belum bisa numpuk draf karna sekarang lagi musim pts dan saya kurang enak badan. Mungkin saat keadaan membaik saya akan berusaha menumpuk draf dan meningkatkan kualitas cerita saya. Sekian yang dapat saga haturkan kurang lebihnya saya mohon maaf sampai jumpa Rabu depan!

Pernikahan Paksaan||Haitani Rindou × ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang