√Gia POV|Aku mengecek kembali barang-barang yang hendak ku bawa kembali ke rumah milik keluargaku di kota, merasa tidak ada yang tertinggal, aku mencoba merebahkan diri sejenak sembari menunggu jadwal keberangkatan kereta yang akan berangkat sekitar 2 jam lagi. Perlu kalian ketahui, aku adalah seorang gadis biasa yang tinggal di sebuah kabupaten dan jarak untuk ke kota memakan waktu sekitar tiga jam, beruntungnya aku memiliki sebuah rumah disana.
Diriku benar-benar hampir terlelap sampai Ibu ku membuka pintu kamar dengan kasar, Ibu terkesan buru-buru sekali membuka pintu kamarku.
"Gii, ayo bangun!"
"Ibu apaan sih, aku ngantuk banget bu, mau tidur dulu" aku pun merangkul guling kesayanganku dengan erat, demi apapun mataku benar-benar perih dan aku butuh tidur.
"Nak Jaevan udah di depan nungguin kamu"
Perkataan Ibu sukses membuatku terbangun, "Maksud Ibu apa? Ngapain dia kesini" ucapku sewot tat kala memikirkan kejadian semalam.
Pria itu benar-benar meninggalkan ku sendiri dengan banyak tanda tanya, tiap kali diriku ingin bertanya, ia tidak pernah mau menggubris perkataan ku.
"Semalam kamu nggak dengar ya Ibu ngomong?! Sudah Ibu bilang kan, kalo kamu berangkat bareng Jaevan" Ibu benar-benar sarkas mengatakan itu kepadaku yang masih belum sepenuhnya sadar, pertanyaan nya saat ini adalah kapan Ibu berbicara hal itu kepada ku??
"Ahh, nggak. Bilangin ke dia, kalo aku bakal berangkat sendiri" ucapku lalu merebahkan kembali diriku dengan nyaman.
"Lagian aku udah pesen tiket kereta, sangkanya harga tiket itu murah apa?" lanjutku kesal.
Tok.. Tok...
Tak lama suara ketukan pintu berhenti sesaat setelah pintu kamar ku terbuka, siapa lagi kalau bukan Ibu yang membukanya.
"Maaf Ibu jika saya lancang, tapi saya disuruh Bapak untuk datang ke kamar membangunkan Gi" dengan suara beratnya, Jaevan mengatakan hal itu dengan ringan tanpa memikirkan diriku yang sudah terbangun tegap di luar kasur dengan wajah kaget.
"YA GUA BANGUN! PERGI DARI DEPAN KAMAR GUA, LANCANG BANGET LO!!" Teriakku berangas menolak Jaevan untuk masuk ke dalam kamar. Beraninya ia mau masuk dengan alasan ingin membangunkanku? Dasar cowok mesum.
Mau tak mau aku mengangkat koper dan tas ransel yang sudah aku siapkan lalu membawanya keluar kamar melewati Ibu dan Jaevan yang tengah berbincang di depan kamar ku.
"Kamu itu mulutnya dijaga si, perempuan apa laki kamu itu" ucap Ibu lalu memukul bahuku dengan keras, aku meringis kesakitan, merasa kesal dengan itu aku pun menarik semua barang ku keluar dengan kasar.
Tidak lama Bapak, Ibu dan Jaevan menyusul keluar, perbincangan mereka cukup lama hingga membuatku tidak sabar, beraninya pria itu sok ingin terlihat sebagai calon menantu idaman. Orangtuaku belum tahu saja, bahwa pria ini masih memiliki kekasih, bahkan keluarga besarnya pun telah dibohongi olehnya.
Aku berdecak memikirkannya, Jaevan adalah orang yang sangat ku hindari sampai detik pertemuan keluarga kami selanjutnya, aku akan mencari cara untuk menggagalkan rencana perjodohan gila ini.
"Masih lama nggak, ya? saya ada kelas siang ini" ucapku kesal, betah sekali mereka mengobrol.
Jaevan langsung berpamitan dengan kedua orangtuaku, "Maaf bikin kamu nunggu lama, ayo kita berangkat" Dia mengangkat koper milikku ke dalam bagasi.
Selagi pria itu memindahkan barangku, aku gantian berpamitan dengan Bapak dan Ibu.
"Gia, Bapak dan Ibu yakin kamu dapat menjaga nama baik keluarga kita, jadi tolong bersikap baik ke Jaevan, sesekali berkunjunglah ke rumah keluarga mereka dan sampaikan salam dari kami" pesan Bapak padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with u?
Lãng mạn"Keputusan lo nggak berarti disini, lagipula orang tua didalam akan tetap menjodohkan kita berdua" "Dan selagi itu semua terjadi, mainkan permainan ini lalu selesaikan dengan rapih" Jeno tidak membiarkan Wina untuk membalas perkataan pria itu, ia te...