Summary:
Bagi seorang Jessica Veranda, senja adalah waktu yang amat istimewa. Jingga yang tergantung bersamaan dengan sang mentari menggelayut di cakrawala, membuat suatu pemandangan yang amat mengagumkan. Baginya, senja amat istimewa. Karena di waktu itu, seseorang yang begitu berharga baginya kembali datang dalam hidupnya.
-***-
Senja itu, ketika mentari berada di kaki langit, tengah sibuk melambai pada seluruh manusia di bumi. Ia berkata esok, ketika malam telah menghilang dan pagi mengetuk pintu bumi, ia akan kembali lagi. Dan janji itu selalu ia tepati. Meskipun terkadang gumpalan awan menutupinya, tetap saja sinarnya menembus. Memberikan kehangatan serta harapan-harapan baru bagi setiap insan.
Semilir angin berhembus, menelusuri setiap sudut bumi, menyentuh dengan lembut tiap manusia yang tengah berhamburan. Aku tak terlewat dari sentuhan angin tersebut. Senyumku terbentuk ketika angin menyentuh wajahku. Ini adalah hal yang selalu kusuka kala senja datang.
Aku selalu suka senja, bagiku senja selalu indah. Lembayung yang terlukis di kanvas bumi itu membuat senja selalu menjadi istimewa di mataku. Sebenarnya, entah itu pagi,senja, maupun malam, langit selalu indah di mataku. Apalagi jika rembulan dan mentari silih berganti menjadi lampu di bumi. Dan lagi, di kala langit kelam yang tadinya terlihat menyeramkan terhapuskan saat gemintang mulai melakukan pertunjukan kilauannya. Aku selalu terpaku, tapi senja berbeda.
Senja menjadi waktu di mana mentari pergi sejenak dari bumi dan rembulan datang mengisi singgasana di langit. Perpindahan waktu yang indah, perpisahan dan pertemuan yang amat indah. Karena itu senja amat istimewa di mataku. Walaupun pagi juga menjadi waktu perpisahan dan pertemuan itu terjadi, tapi tetap saja senja lebih istimewa.
Hari ini, seperti senja biasanya, aku menghabiskan waktuku di tepi danau. Walaupun selalu sendiri berdiam diri sembari menatap indahnya pergantian waktu, aku selalu menyukainya. Di saat-saat seperti inilah aku merenungkan banyak hal. Aku tentunya membutuhkan waktu untuk sendirian, tapi bukan berarti aku selalu suka kesendirian. Bagiku, ada kalanya aku membutuhkan waktu seorang diri untuk memikirkan banyak hal. Mengingat kesalahan apa saja yang telah kuperbuat lalu kucatat dalam pikiranku agar tidak melakukan hal yang sama. Dan senja adalah waktu yang tepat untuk melakukan hal itu.
Tapi, sebenarnya aku tidak selalu sendirian di kala menikmati senja. Biasanya, aku menghampiri anak-anak kecil yang tengah bermain, membagikan permen kepada mereka, dan ikut bermain. Kali ini aku hanya ingin menikmati tanpa ikut bermain dengan kumpulan anak yang tak jauh dari tempatku duduk. Aku juga ditemani oleh kameraku, alat yang amat berguna untuk mengabadikan memori selain kotak memori dalam otakku.
Karena senja kali ini bisa jadi senja terakhir di Jakarta, aku lebih banyak memotret sekitarku. Banyak objek menarik, seperti langit lembayung, anak-anak yang tengah bermain, pemuda-pemudi yang tengah asyik mengobrol dengan teman-temannya, dan sepasang kekasih yang saling mencintai. Objekku yang satu ini amat indah, sepasang suami-istri renta yang tengah tersenyum menikmati langit yang begitu indahnya. Sang wanita bersandar di bahu sang pria. Senyumku kian melebar.
Kini, objekku berpindah pada seseorang yang tengah berdiri memandangi danau. Aku terdiam, tanganku terhenti saat hendak menekan tombol. Senyumku sirna, pupilku sedikit membesar, dan irama detak jantung yang tak terkendali itu kembali menderaku.
Orang itu melihat ke arahku, segera aku mengalihkan pandanganku darinya, menurunkan kameraku, dan duduk kikuk di tempatku. Aku menggigit bibir bawahku kala rasa gugup itu kian bertambah. Kepalaku tertunduk, mataku hanya menatap kamera yang berada di pangkuanku. Ya Tuhan, rasa ini lagi.
Ketika aku tenggelam dalam kegugupanku, ku dengar suara dehaman di dekatku. Aku semakin gugup. "Halo, lama tidak berjumpa. Bagaimana kabarmu?". Suara itu...
![](https://img.wattpad.com/cover/38486769-288-k203035.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
RomanceBaginya, senja amat istimewa. Karena di waktu itu, seseorang yang begitu berharga baginya kembali datang dalam hidupnya