"Mas,"
Mahen mengernyit, dia menatap Aron dengan tatapan tanya. Baru saja keluar dari lift, keponakannya ini menghalangi jalannya untuk pergi ke kelas Marvin, karena memang sekarang masuk istirahat kedua pada jam 12 : 00.
"Aku pengen pindah sekolah." ungkapnya.
"Ada yang bully kamu? Kenapa pengen pindah?"
Aron menggelengkan kepalanya ragu, pertanyaan itu sama persis seperti Bundanya. Memang salah ya pindah sekolah tanpa alasan? Aron tidak mungkin mengakui bahwa dia merasa bersalah pada seseorang.
"Pokoknya aku pengen pindah. Mas Mahen bantu bujuk Bunda ya?"
"Kenapa ke saya? Minta ke Bunda sana."
Aron mendengus sebal, dia sudah memohon-mohon pada Bundanya tapi tidak disetujui karena alasannya tidak masuk akal. Cara satu-satunya itu hanya dengan bantuan Mahen untuk membujuk Bundanya.
"Aku udah bujuk Bunda, tapi tetep aja gak dibolehin pindah sekolah."
"Alasan kamu pengen pindah karena apa, hm?"
Aron mengigit bibirnya, mata bergetar takut mengingat rasa bersalahnya pada Faiz. Biar bagaimanapun, Faiz tetap teman pertama di bangku SMP.
"Gak perlu takut, jawab pertanyaan Mas."
"Mas Mahen gak perlu tahu. Pokoknya aku minta-"
"Minta apaan?!"
Mahen cukup terkejut dengan kehadiran Marvin yang tiba-tiba saja menyambar. Intonasi suaranya terdengar begitu penasaran dan tatapannya mengintimidasi.
"Bukan urusan lo njing! Gak sopan."
"Aron," tegur Mahen, karena bahasa Aron yang terkesan kasar di hadapannya.
"Maaf Mas, abis dia nyebelin banget."
Marvin terkejut mendengar panggilan itu, membawa embel-embel: Mas. Entah kenapa Marvin tidak suka mendengarnya, karena Aron terkesan sangat dekat dengan Mahen.
"Lo juga gak sopan manggil kepala sekolah pake Mas bukan Bapak!"
"Dia emang Mas gue kali." balas Aron.
Marvin mendengus sebal, dia tidak suka panggilan itu. Sangat menyebalkan untuk di dengar. "Ini sekolah, harusnya lo bi-"
"Udah-udah, ini kalian kenapa ribut di depan kepala sekolah? Gak takut di drop out?"
Aron mengalah, dia tahu Mahen mengincar Marvin sama seperti Dirga. Entah apa yang menarik dari Marvin, begitu pikirnya.
"Malam aku ke rumah Mas, pokoknya harus bantuin aku loh!"
"Terserah, kalau gak ada alasan yang masuk akal, Mas gak akan mau bantu."
"Mas nyebelin, udah gak sayang aku!"
Aron melangkah pergi darisana. Membiarkan Marvin dengan tatapan tak suka ke arahnya. Pasti dia sedang panas karena obrolannya dengan Mahen.
"Mas? Haha, jelek banget panggilannya."
Mahen mengernyit, dia menoleh ke arah Marvin. Ingin tahu maksud perkataannya itu. "Kamu kenapa?"
"Vin kesel!"
Dahi Mahen mengkerut, jujur saja dia belum mengerti situasinya. "Kenapa kesel?"
"Aron punya panggilan khusus."
Mahen tahu ada yang cemburu tapi dia harus memastikan dahulu, takutnya kepedean. "Saya memang di panggil Mas sama keponakan-keponakan saya, Vin. Gak ada panggilan khusus."

KAMU SEDANG MEMBACA
Raja bokep meet Principal [end]
Teen Fiction[ 21+ ] [ Comedy Romance ] [ M-preg ] Gegara nobar bokep di kelas sampai menghebohkan satu sekolahan karena memakai speaker sekolah ditambah di layar besar khusus presentasi, Si Raja bokep di panggil ke ruang kepala sekolah karena kelakuannya yang...