Chapter 3

143 13 0
                                    

"kak aku lapar." Ucap agatha merasa kelaparan sementara sean dia terus meminum air karena ia berfikir dengan air saja dapat mengenyangkan perutnya. Di usia sean saat ini, ia dapat mengerti keadaan hidupnya yang kesulitan dalam keuangan.

Jennie berusaha tersenyum, ia tak ingin memperlihatkan kesedihan pada kedua adiknya.

" Kau lapar sayang? Kakak masak dulu, ya?"

" Yeah. Asikk." Seru agatha.

Jennie tersenyum lalupergi kedapur, ia mencari bahan makanan untuk di masak, mencari beras yang ternyata sudah habis tak ada apapun di kulkas hanya tersisa satu bungkus mie instant yang tersimpan di lemari kayu kuno itu.

Ia tak punya uang saat ini, ia belum mendapatkan gaji dari caffe tempat dirinya bekerja. Dan kemarin ia di pecat dari bar karena pak tua yang menggodanya kemarin mengadukan kalau pekerjaan yang jennie lakukan tidak becus dan lalai. Dan ia pun hanya mendapat setengah upah dari gaji biasanya di bar dan itu hanya cukup untuk bayar sewa tempat tingalnya yang sudah nunggak dua bulan.

Setelah selesai memasak mie, jennie memberikannya kepada kedua adiknya.

" Hanya ini yang bisa kakak berikan." Ucap jennie merasa bersalah.

" Tidak apa apa kak, ini sudah lebih dari cukup." Kata sean membuat jennie tenang.

" Tidak apa apa kak, aku lebih suka mie instant dari pada nasi." Respon agatha dengan wajah baby face nya. Jennie tersenyum lalu mengelus puncak kepala kedua adiknya itu.

" Kakak tidak makan?" tanya agatha polos.

" Kakak sudah makan di tempat kerja." Jennie berbohong ia sam sekali belum makan hari iini, dia menahan rasa laparnya ddemi kedua adiknya.

🥀

Jennie bekerja dengan sangat keras, ia membagi waktunya antara bekerja dan kuliah. Terkadang ia lembur hanya untuk tambahn gaji yang tak seberapa. Ia juga berusaha sangat keras belajar untuk mengembalikan nilainya yang sekarang turun drastis, mengejar beasiswa hingga akhir.

Hampir setiap hari jennie belajar di caffe, ia membawa buku ke tempat kerja dengan fikiran di saat caffe belum ada pengunjung ia lebih baik menghabiskan waktunya untuk belajar bahkan saat melayani pelanggan pun jennie sempat menghafal rumus dan strategi tata cara usaha bisnis berhasil. Perjuangan berharga, usaha yang ia lakukan tentu untuk dirinya, kedua adiknya dan kehidupannya.

Namun satu hal yang sempat jennie lupakan kesialan yang selalu terjadi setelah kejadaian di bar itu, saat dirinya bertemu dengan seorang lelaki brengsek yang memanfaatkan dirinya. Lelaki itu merebut ciuman pertamanya.

Huft.. dasar lelaki brengsek! Umpat jennie kesal mengingat itu. Jennie merasa sangat kesal kepada lelaki yang sangat tak tau diri, bukannya meminta maaf lelaki itu justru membela dirinya dan mengatakan bahwa jennie hanya salah paham.

Dunia ini memang sangat kejam, tak ada seorang pun yang berbuat baik secara Cuma Cuma. Semua orang berbuat baik karena menginginkan sesuatu seperti paman dan bibi jennie.

" Jenn..." panggil anna, dia teman bekerja jennie.

" Ada apa, na?"

" Apa kau tidak lelah? Kuperhatikan kau sangat bekerja keras."

" Aku baik baik saja. Aku tidak lelah sama sekali, aku hanya senang bekerja."

Anna tak tau masalah kehidupan jennie, hanya jennie seorang dirilah yang menyimpannya.

" Baiklah. Tapi kalau kau merasa lelah, beristirahatlah. Jangan terlalu memaksa."

" Ya, thanks anna."

JennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang