Bab 16 - Cemburu Namanya

783 209 30
                                    

Masih ada yang nungguin?

Jujurly, cerita Dante lanjutan ini lebih kepada banyak masalah-masalah antara tokohnya.

Kalau yang pertama kan tujuannya karena masalah Dara aja yang diPHK. kalau ini enggak. Lebih kompleks laahh

BTW, ini visual tokoh yang bikin Dante terkaget-kaget yee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BTW, ini visual tokoh yang bikin Dante terkaget-kaget yee..

BTW, ini visual tokoh yang bikin Dante terkaget-kaget yee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak beda jauh kan sama ini?

Maksudnya sama yg warna cokelat di depan itu loh. Yang natap kalian penuh cinta...

---------------------------------------------------------


Mungkin aku cemburu, tapi aku tidak ingin semuanya menjadi buru-buru. Karena kuyakin waktu akan membuat kita Bersatu.

Menarik kedua sudut bibirnya simpul, Natta tahu mengapa ia mendapatkan panggilan mendadak di siang ini ke apartemen Dante. Selain karena memang ada sedikit perkerjaan yang ingin mereka bahas, walau tidak terlalu penting pembahasan itu, ada hal lain yang Natta yakin menjadi alasan utama mengapa Dante memanggilnya.

Sambil terus melangkah masuk gedung apartemen mewah ini, beberapa petugas keamanan menegur kedatangan Natta yang cukup mereka kenali. Bahkan pernah salah satu dari petugas keamanan tersebut bertanya langsung kepada Natta ada urusan apa hingga ia harus berulang kali bolak balik gedung apartemen ini. Namun setelah Natta menjelaskannya, kesalah satu petugas keamanan, akhirnya kini ketika Natta datang mereka semua tersenyum ramah dan sangat memahami atas kondisi Natta yang sedang dipanggil bosnya.

"Pasti karena itu," gumam Natta seorang diri disaat ia berada dalam lift menuju lantai paling atas di mana kamar Dante berada.

Ketika pintu lift terbuka, Natta melangkah perlahan ke arah salah satu pintu. Hingga belum sempat dirinya menekan bel, pintu tersebut sudah terbuka. Seolah-olah Dante sudah tahu bila Natta berada tepat di depan pintu kamarnya.

"Siang pak Dante," sapanya pelan.

"Sendirian?"

Natta terdiam. Dia melirik kiri dan kanan tubuhnya, lalu mengerutkan kening sembari menatap Dante. "Memang saya harus datang bersama siapa, Pak?"

SPOSAMI! DANTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang