Part III

33 2 0
                                    

" Gimana kalau kita ngerjain di Kitchen Factory, luamayan sambil nongki tipis tipis," ide Ayunda membuat Shafa menghentikan aktifitasnya.

" Kenapa harus ngerjain tugas disana sih yun?" tanya Shafa dengan nada malas.

" Yah cari suasana baru ajalah, biar kita fresh, nggak bosen sambil lihat keramaian bener nggak?" ucap Ayunda meminta dukungan yang lain.

" Boleh aja, sekali sekali gak pa-pa kan Shaf," ujar yang lain.

" Ya udah nanti aku ijin Abi dulu, atau kalau nggak aku minta temenin sama Ismail," Ayunda tertawa dengan nada mengejek.

" Ya ampun Shaf, kita ini dah 20 tahun lho, dah masa masanya mandiri masak iyah masih tergantung sama orang tua,"

" Lagian Shaf, jadi wanita itu harus mandiri jangan tergantung sama laki laki, nanti yang ada pas nikah malah kita ditindas sama laki laki, emangnya kamu nggak bisa apa setir mobil sendiri?" Shafa tersenyum tipis.

Bukan sekali dua kali kalau dia selalu diremehkan seperti itu. Bahkan baginya hal itu sudah menjadi wajar.

" Nanti kalau aku bisa datang, aku chat kalian, kayaknya aku pamit dulu, Abi dah jemput aku," Shafa memasukan laptopnya kedalam backpack hitam miliknya.

" Kalau kamu nggak datang, kita coret yah nama kamu dari kelompok kita," ujar Ayunda sedikit ketus.

" Boleh saja coret nama aku dari kelompok, nanti aku bikin sendiri laporannya sebagai tugas individu, toh hampir semua percobaan yang kita lakukan semua aku yang handle," Finna tertawa lebar saat melihat wajah Ayunda berubah menjadi gusar.

" Jangan Shaf, gak pa-pa kok kalau kamu nggak bisa kita nggak maksa," ucap yang lain.

" Ya udah kalo gitu aku pamit yah, Assalamualaikum," Shafa dan Finna berjalan beriringan meninggalkan ketiga temannya.

" Hih, gemes aku sama si Ayunda, bisa bisanya dia ngejekin kamu kayak gitu, emang dia bisa apa sih,"

" Sstt," Shafa meletakan jari dibibirnya.

" Jangan ghibah," lanjutnya.

Finna memajukan bibirnya karena sebal dengan ucapan Shafa. Sementara Shafa hanya tertawa kecil melihatnya.

" Shafa," saat mereka hendak berbelok dari koridor utama sebuah suara menghentikan langkah mereka.

Seorang pemuda berkemeja navy dengan sedikit berlari menghampiri mereka. Pemuda itu tak lain adalah Amar.

" Assalamualaikum," ucap Shafa saat Amar sampai didepan mereka.

" Wailakumsalam," Finna tergelak mendengar ucapan Amar. Sementara Shafa menyenggol lengannya agar gadis itu berhenti tertawa.

" Ada apa yah Amar?" tanya Shafa dengan sopan sembari menundukan matanya.

" Mau pesan snackbox buat besok, 12 pcs anter kerumah yah," Shafa hanya mengangguk tanpa menjawab.

" Mau ada acara apa Mar?" tanya Finna penasaran.

" Perasaan sering banget pesen kue sekarang," ucap Finna lagi dengan nada menyindir.

Amar berdecak tidak suka mendengar ucapan Finna yang telak banget. Finna memang benar, dia gak punya alasan lain untuk ngobrol sama Shafa selain pesan kue bikinan Shafa.

" Mau dikirim jam berapa?" tanya Shafa.

" Jam makan siang deh, jam 11 atau 12an gitu,"

" Isinya mau apa aja?"

" Terserah kamu, apa aja yang kamu bikin enak kok," ucap Amar sedikit ngegombal.

" Huh gombal Mar," celetuk Finna menimpali ucapan Amar.

ShafaWhere stories live. Discover now