Jang Gyeong, 24 tahun, pelayan restoran di Jeonju. Dan aku sudah menemui kematianku.... sesuatu yang kutakuti...... dan sebisa mungkin aku selalu berjuang setiap harinya agar tetap hidup.... Jika aku menutup mata sekarang, aku tidak akan membukanya lagi.... Aku masih memiliki penyesalan karena belum membahagiakan orang tuaku. Namun aku bersyukur bisa menyelamatkan nyawa wanita itu...
Sebelum kematian
"Jang Gyeong! Bukankah kau bilang kau akan membayar hutangmu sebelumnya? Sudah seminggu berlalu, sekarang berikan uang itu atau kau kami hajar lagi!"
"Ta-Tapi bukankah aku sudah memberikannya minggu lalu?"
Aku mengusap darah yang keluar dari hidungku karena dipukuli oleh para preman kelas teri ini. Sembari membenarkan posisi kacamata, aku duduk bersandar pada dinding pagar untuk berbicara dengan mereka.
"Hutangmu itu 1.986.000 won, kau baru membayar 1,1 juta. Kau masih belum membayar bunga karena terlambat dan kau masih memiliki hutang 886 ribu"
Hah? Aku tak salah dengar? Bukankah aku berhutang pada kalian 1,35 juta termasuk bunga pinjaman 11% 148.500 seperti yang telah di sepakati. Kenapa hutangku jadi hampir 2 juta?
"Kenapa bisa kurang? Bukankah aku sudah menyerahkan 1,5 juta won pada orang suruhanmu itu? Bahkan aku melebihkan 2500 won. Hei kau, bukankah aku menyerahkannya padamu saat kau datang kerumahku sebelumnya?"
Aku menunjuk pada anak buah Choi Jin-Sang yang merupakan preman di wilayah ini. Aku sebelumnya sudah membayar tepat waktu karena tidak ingin terlilit oleh bunga pinjaman yang tidak masuk akal itu. Dia menganggap aku telat membayar 6 hari jadi ada tambahan 386 ribu, itu artinya bunga harian sebesar 6%. Gila, aku bahkan sudah membayarnya sebelum tempo pembayaran! Agar tidak terlibat masalah seperti ini.
"Jadi kau mengatakan kalau dia berbohong dan mengkorupsi uang pembayaranmu? Hei, Myung-Suk. Apa kau mengambil sebagian uang yang dia berikan?"
"Tidak, bagaimana bisa aku melakukannya! Kenapa kau malah menuduhku seperti itu!?"
Aku melihat wajah bajingan itu sedang menyembunyikan senyumannya. Tapi aku tidak berani meneruskannya"Ti-Tidak bukan begitu, tapi aku memang memberikan 1,35 juta won padanya ditambah bunga 11% itu 148.500. Aku menyerahkan 1.498.500 won sesuai dengan perjanjian sewaktu pinjaman dan memberikan tambahan 2500. Aku bahkan masih menyimpan struk penarikan dari atm. Kau bisa melihat tanggal penarikannya juga dari situ"
Masalah ini bermula gara-gara aku menyeberang tiba-tiba yang mengakibatkan sebuah mobil oleng dan menabrak seorang pelajar. Aku sudah membayar biaya rumah sakit pelajar tersebut dengan uang simpananku, namun aku kekurangan uang untuk mengganti biaya perbaikan pada mobil dan sang sopir. Makanya aku nekat meminjam pada lintah darat tersebut dan jadi seperti ini...
Aku mengambil dompet pada tas kerjaku dan mengeluarkan struk penarikan sebelumnya. Bukan karena aku menyimpan bukti penarikan, aku hanya mengumpulkan poin dari struk apapun agar bisa ditukar dengan uang. Hehehe, jaman sekarang sulit mencari uang jadi aku melakukan itu agar ada sedikit simpanan.
Note : 1 struk itu bernilai sedikitnya 1 poinnya, tergantung jumlah transaksi. Setiap 1000 won akan dapat 1 poin. Untuk menukarkan poin minimal 10 poin yang bisa ditukar dengan 1000 won.
"Sial, dia masih menyimpan struknya. Jika dia melapor pada polisi, kita akan di pidana"
"Bos, sekarang kita harus gimana?"
Mereka melirik kearah struk itu, namun mata mereka mengamati isi dompetku. Ada 1 juta won yang belum kubayarkan pada pemilik apartmen. Aku merasa aku perlu melawan, jadi aku memukul salah satu dari mereka. Namun, pandanganku menjadi kabur tiba-tiba
KAMU SEDANG MEMBACA
More!!
ActionCerita ini mengandung unsur kekerasan, ucapan kasar dan lain sebagainya. Harap pembaca bijak memilah kata dari cerita ini. Karakter dan tokoh dalam cerita ini hanya fiksi, latar tempat ataupun yang terjadi di dalamnya berbeda dengan kehidupan nyata...