Chapter 6.

5.1K 497 7
                                    

Selama jam pelajaran di mulai Jessica hanya melamun memikirkan ucapan Tania yang terus mengiang-ngiang di otaknya.

Tidak di sangka jika di novel dan dunia nyata sangat berbeda. Banyak fakta yang terungkap di balik novel ini.

"Huh~ ini lebih rumit dari pada fisika." lirih gadis itu.

Kring~

Tidak terasa bel istirahat sudah berbunyi, Jessica tersentak sambil mengrejab linglung.

"Baik anak-anak, kita akhiri pembelajaran hari ini. Sampai jumpa minggu besok." ucap guru wanita itu lalu pergi meninggalkan kelas yang sudah ramai seperti pasar obralan.

Jessica menghela nafas. Ditimbang teman-teman sekelasnya pada ke kantin untuk mengisi perut, Jessica hanya ingin tidur saat ini untuk mengistirahatkan otaknya yang panas akibat dunia pararel ini.

Jessica menenggelamkan kepalanya di antara kedua lengannya. Ia memejamkan matanya akibat kantuk yang menyerang. Tidak lama, Jessica sudah tertidur pulas di dalam kelas yang sepi ini.

I'm not protagonis!

"Jessi kemana Rick? Tumben banget gak ke kantin bareng kita." celetuk Brian seraya memakan cemilan.

Alarick tidak menjawab, mata tajamnya terus menatap sekeliling mencari gadis mungil berparas cantik yang sudah memikat hatinya yang beku.

"Alarick! Aku bawain ini buat kamu." Arana tiba-tiba datang membuat keempat pemuda itu memutar bola matanya jengah.

Dengan seenaknya Arana duduk di samping Alarick. Ia membuka kotak bekal yang di bawanya dari rumah untuk di kasihkan pada sang pujaan hati.

"Alarick." panggil Arana merasa tidak di respon.

Alarick menoleh menatap datar gadis itu. "Lo tadi lewat kelasnya Jessica kan? Liat Jessi gak?"

Kedua tangan Arana terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. "Kenapa nanyai dia si? Aku kan ada di sini." ucap sebal Arana.

"Gue gak butuh lo." sarkas Alarick.

Delion, Caka, dan Brian meringis mendengar itu. Ketiganya merasa kasihan pada Arana yang terus di tolak oleh sahabat mereka. Tapi mereka bisa apa?

Kedua kelopak Arana berair siap menumpahkan kristal bening yang akan turun kapan saja. Kebenciannya pada Jessica semakin menjadi-jadi.

'Sebenarnya salah gue apa Jes? Kenapa lo ngerebut semua yang gue milikin?' batin Arana melirih.

Hatinya berdenyut nyeri setiap Alarick menolaknya terus menerus. Yang ada di pikiran Alarick hanya Jessica, Jessica, dan Jessica!

Arana mendorong kotak bekal itu di depan Alarick. "Makan ya kak, aku bangun pagi cuman buat masakin ini." ucap Arana memberusahaakan agar tersenyum.

Alarick mengambil bekal itu seraya mengagguk. "Gue makan, nanti."

Arana tersenyum kecut mendengar jawaban itu. Alarick memang menerima bekalnya tetapi cowok itu tidak memakannya.

"Yaudah aku pergi dulu." Arana bangkit dari duduknya, sebelum pergi ia sempat menatap Alarick yang kini sedang memainkan ponselnya.

I'm not protagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang