~ Kamu selalu menghilang dari radarku, bagaimana jika itu terjadi padaku? ~
•••
Pukul 18.00, Cinta dan Daffa telah selesai makan malam. Masih berada di meja makan, gadis pemilik bibir berbentuk hati itu, tidak beranjak pada posisinya
Sedangkan, Daffa membersihkan panci dan piring yang telah selesai digunakan.
Selesai mencuci piring, Dafa menghampiri Cinta. Mengelus lembut pucuk kepala sang kekasih.
"Yuk, aku antar pulang. Nanti dicariin Bunda." Daffa meraih tangan Cinta, menuntunnya lembut.
"Iya, Daffa."
"Maaf ya, hari ini aku nggak bisa ngajak kamu jalan-jalan di luar."
Ngedate seharian di luar sesuai janji mereka, pupus dan hanya menjadi wacana belaka. Dikarenakan seharian ini, hujan lebat turun. Sedangkan, mobil Daffa berada di rumah sang ayah.
Meski begitu, mereka tetap melakukan kencan sederhana, seperti maskeran, nonton film dan makan.
"Nggak apa-apa, Cinta tetap senang kok." Senyum Cinta mengambang tulus.
"Next time, ya, Sayang." Daffa mendekatkan tubuhnya, pada Cinta. Manik mata Daffa, menangkap kegugupan di manik terang sang kekasih.
"Iya, Daffa." Cinta membeku saat Daffa memegangi bahunya.
"Cuman Daffa? Nggak ada lanjutannya?" tanya Daffa, memasang wajah sedih.
"Iya, Daffa Sayang," ulang Cinta gugup, jantungnya berdebar.
Sampai Cinta merasa sesuatu yang basah dan lembut menempel di bibirnya. Kedua kelompak mata Cinta terpejam, mengikuti alur.
Daffa dan Cinta menarik wajah mereka, menarik napas di udara lalu kembali menyambut bibir masing-masing.
Cukup lama, hingga Daffa menyudahi itu. Takut, akan terbawa pada nafsu yang tidak bisa ia kendalikan. Ia juga masih ingin menjaga Cinta.
"Tunggu di sini!" ucap Daffa.
Cinta hanya berdiri dan membeo, pipi merah padam itu membuat Daffa gemas. Hubungan mereka sudah berjalan beberapa bulan, tapi Cinta masih sering salting dengan adegan mesra mereka sebagai sepasang kekasih.
Daffa kembali, mendekat pada Cinta. Melihat pakaian tipis yang Cinta kenakan, Daffa mengalungkan jaketnya di punggung Cinta, membungkus gadis itu.
Cup~
Daffa memberi kecupan singkat, sambil membantu Cinta untuk memasang jaket tersebut.
"Di luar pasti dingin."
"Makasih, Daffa."
"Dan satu lagi ...."
"Iya, Daffa?" Cinta menutup ritsleting dan memakai tudung kepala, aroma dari tubuh Daffa memenuhi indra penciumannya.
"Ini kunci serep." Daffa membuka telapak tangan Cinta, meletakan sebuah kunci di sana.
"Buat Cinta?"
"Iya, jadi kalau kamu datang ke rumah dan aku nggak ada, kamu langsung masuk aja. Jangan nunggu di luar lagi, aku nggak suka."
"Beneran, nggak apa-apa Cinta pegang kunci rumah Daffa."
"Nggak apa-apa, anggap aja rumah aku ini, rumah kamu sendiri."
•••
Cinta yang tadinya hanya mampir untuk melihat Daffa sebentar dengan dalih mengembalikan jaket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Apa Kabar, Cinta? (COMPLETED)
FanficSeperti semesta yang mempertemukan dua insan berbeda, menyatu dalam langit dan hangatnya mentari. Apa semuanya dapat berubah, jika Daffa tidak bertemu Cinta hari itu? Dunia Cinta berubah jadi lebih menarik, sejak pertemuannya dengan pria menawan be...