Tiga

751 78 4
                                    

Kedua tangan terlipat di depan dada, bibir mengerucut, mata yang menatap tajam kedepan, Jehan menyenderkan punggungnya pada sandaran mobil, merasa sangat kesal dengan si pengendara di sebelahnya.

"Engga usah sok galak, makin keliatan lucunya kalau lo gitu,"

Jehan menoleh, mengkerutkan dahi semakin
dalam, "Gue mau me-time, malah diculik." Dia berdecak keras, mengundang gelak tawa seseorang.

"Mana ada me-time Nathan sama Abim ngekor di belakang?," Ucapnya, "Lagian lo apa engga kangen sama gue? gue bela-belain loh dari bandara langsung ke kampus lo, supaya bisa ngelihat si bungsu yang super lucu ini." Tangan besarnya mengusap rambut Jehan pelan.

"Kangen, tapi jangan tiba-tiba juga dong munculnya," Kata Jehan.

"Maafin Bang Jass ya? besok-besok janji deh bakalan gue hubungin dulu." Dia Jason Ardan Daniswara— anak kedua dari keluarga Daniswara, kakak kandung Jehan juga Edna yang kebetulan beberapa bulan ini menghabiskan waktunya di negeri orang karena ada pekerjaan.

Jehan menghembuskan nafas, "Abang belum sempet pulang?"

Gelengan Jason berikan kepada sang adik, "Belum, kan gue udah bilang, dari bandara langsung ke kampus lo, mana nunggu hampir satu jam," Keluh Jason. "Tapi kalau engga gitu, nanti Samudra ngelunjak, lo engga bakalan dibiarin ketemu gue, dia umpetin terus, padahal kan gue kangen berat sama lo."

"Sial... merinding gue dengernya," Bulu kuduk Jehan berdiri, Jason jarang sekali menunjukan rasa sayangnya, gengsi pemuda itu sama persis dengan gengsi Samudra, jadi wajar Jehan merasa merinding mendengar penuturan tiba-tiba dari abangnya itu.

"Jangan gitu dih... gue beneran kangen lo ini," Melihat adiknya bergidik Jason memutar bola mata, tapi benar juga sih, dia sendiri merasa geli setelah menyadari apa yang dia ucapkan barusan.

Jehan mendengus, "Iyaa... percaya," Katanya, "Bang El sama Edna udah tau abang pulang? Bunda? Ayah?"

"Udah, udah abang telpon tadi," Sahut Jason melirik Jehan sebentar, "Samudra engga pa-pa kan suaminya diculik sebentar."

"Loh, abang engga telfon dia dulu?"

"Belum,"

"Ihh abang, gimana si?" Jehan menecebik kesal, merogoh sakunya, mengambil ponsel agar bisa menghubungi Samudra.

Jason terkikik, "Panik... panik," Dia mengompori, "Udah abang telfon tadi, dia bilang tadi sih mau ke rumah habis kelas, palingan udah nyantai tuh anak sekarang di rumah." Jelasnya menoleh pada adiknya yang menghela nafas lega.

"Gue pukul juga lo lama-lama," Jehan melirik sinis abangnya.

"Hahahah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hahahah... lagian takut banget," Sahut Jason.

Mendengus, Jehan menggaruk kepala bagian belakangnya, "Bukan masalah takut Abang, tapi ini tuh soal komunikasi, gue sama Sam udah punya komitmen kalau mau kemana itu hubungin satu sama lain, walaupun cuma sekedar bilang 'gue lagi disini' itu udah cukup," Jelasnya, "Kek sekarang ini, kan lo yang bawa gue, kalo bukan lo yang hubungin dia, biar gue yang ngehubungin."

𝐒𝐡𝐞𝐮𝐭𝐬𝐯𝐥𝐞𝐥𝐢 | 𝐉𝐚𝐞𝐤𝐨𝐨𝐤Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang