Cahaya remang-remang yang menerangi sebuah rumah bambu, memperlihatkan sekelompok orang tengah berkumpul di dalamnya. Seorang gadis mungil menatap bingung kedua pria tua yang ada di hadapannya.
"Apa yang ingin ayah jelaskan?"
"Kenapa saya dan Varen menjadi buronan kerajaan?" ucap Eila lagi.
Varen yang ada di belakang Eila juga ikut menatap serius kedua pria itu. Mereka menantikan penjelasan dari keduanya.
"Berlian yang kalian ambil itu, bukanlah berlian biasa," kata Pandya.
Mereka terdiam menatap satu sama lain. Tidak ada satu pun dari mereka yang membuka suara, berkomentar mengenai berlian itu. Namun, sorot mata mereka terlihat jelas menginginkan penjelasan lebih. Pandya menghembuskan napas kasarnya dan mulai menjelaskan tentang berlian itu.
Berlian itu merupakan berlian suci yang dapat memanggil burung Garuda, si burung penjaga perdamaian. Namun, untuk memanggil Garuda yang tertidur itu membutuhkan tujuh berlian suci yang tersebar di tujuh wilayah Arkara.
Pertama, berlian merah yang berada di kaki Gunung Basmanan. Kedua, berlian biru yang berada di Desa Amreta. Ketiga, berlian coklat yang berada di pemukiman tersembunyi, Basundran. Keempat, berlian kuning terang yang berada di Kerajaan Brata. Kelima, berlian hijau yang berada di hutan Cendhahan tempat Suku Wairoko tinggal. Keenam, berlian abu-abu yang berada di perbukitan Anila. Dan terakhir, berlain putih yang keberadaannya tidak diketahui hingga saat ini.
"Saya masih tidak mengerti mengapa Kerajaan Reswara menjadikan mereka buronan?" ujar Felisha bingung.
"Tunggu, paman bilang untuk membangunkan Garuda?" ucap Eila mendapat anggukan dari Pandya.
"Jika cerita ini berhubungan dengan kisah Kesatria Santika, itu artinya . . . ." Eila menggantungkan ucapannya dan mulai menatap Pandya.
"Benar, Raja Tarachandra tidak ingin ada seorang pun yang membangunkan Garuda ataupun mengetahui kisah ini. Ia tidak ingin kekuasaannya terusik," ujar Pandya melanjutkan kalimat Eila.
Varen tampak menyengit, memikirkan ucapan Pandya. "Kurasa ada yang aneh", kata Varen curiga. Seluruh pasang mata kini tertuju pada pemuda itu.
"Bukankah guru pernah bilang kalau Garuda hanya bisa dibangunkan oleh keturunan Santika saja. Dan jika seluruh keturunan Santika telah tiada itu artinya tidak ada lagi yang bisa membangunkan Garuda."
"Bukankah aneh jika raja khawatir ada yang membangunkan sang Garuda?" tambah Varen penuh curiga.
Pandya dan Jaladhin terdiam mendengar pemikiran pemuda itu. Sang pemuda seolah mengetahui pecahan teka-teki lain yang masih mereka sembunyikan di balik tatapan mereka. Begitu pula dengan Radev yang tampak terkejut mendengar pemikiran kritis Varen.
"Tidak"
Eila membantah ucapan Varen, memecah keheningan di dalam rumah bambu. Ekspresi gadis itu terlihat jelas sedang memikirkan ucapan Varen.
"Ada satu keturunan Santika yang masih hidup! Karena itu Raja menjadikan penemu berlian ini sebagai buronan! Dia khawatir satu-satunya keturunan Santika itu membangunkan Garuda!" ucap Eila yakin.
Eila menatap orang-orang di sekitarnya. "Kita harus menemukannya! Kita harus menemukan anak yang hilang belasan tahun lalu itu!" ujar Eila dengan penuh semangat.
Kedua pria tua yang ada di hadapannya tampak tidak terkejut dengan pemikiran Eila, berbanding terbalik dengan para remaja. Mereka seakan mengetahui jika selama ini ada satu keturunan Santika yang masih hidup.
Eila lantas mendekati ayah tersayangnya itu. "Ayah, kita harus menemukannya. Kita harus mengembalikan keadilan di Arkara. Kita tidak bisa membiarkan Tarachandra terus berbuat semena-mena!!" kata Eila meyakinkan Jaladhin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKARA, Kembalinya Sang Kesatria
FantastikEila yang bertemu dengan Varen mencuri sebuah berlian dari dalam gua misterius. Ia tak menyangka apa yang dilakukanya ini akan membawa dirinya dan Varen masuk ke dalam petualangan panjang. Tanpa sadar petualangan ini juga mengungkap fakta tentang d...