"Assalamu'alaikum gus, buku yang dipesan sudah sampai mau ditaruh dimana ya gus?"
Seorang lelaki bertubuh tinggi, berkulit putih itu menghentikan lantunan bacaan Al-Qur'an nya.
"Wa'alaikumsalam langsung dimasukkan didalam perpustakaan aja, biar nanti tinggal menata."
"Oh baik kalo begitu gus, saya pamit dulu. Assalamu'alaikum." Santri itu melenggang pergi.
"Waalaikumsalam."
Lelaki itu pergi untuk mengecek buku yang ia pesan beberapa hari lalu apakah sudah terjamin lengkap. Beberapa santri menyapanya hingga senyumannya terpancar jelas dari raut wajahnya.
"Permisi atas nama mas Nazeem Syafiq?" Tanya salah satu pengirim buku.
"Iya."
"Beberapa buku telah kami turunkan dan 250 al-qur'an tengah diturunkan oleh teman saya pak. Jadi untuk total semua buku sudah pas, 675 pcs." Jelas sang pengirim.
"Baik terimakasih mas."
"Sebagai bukti penerimaan diminta untuk mas bertanda tangan disini."
Nazeem pun menandatangani kertas tersebut dan karyawan itu pun pergi bersama dengan rekannya.
Lelaki ini adalah Nazeem. Muhammad Nazeem Syafiq An Nuaiman putra dari seorang kyai suatu pesantren ternama di daerah Jakarta. Ia memiliki paras rupawan dengan kulit putihnya dan wajahnya yang berseri hingga banyak santriwati yang mengagguminya.
"Mas Nazeem dipanggil ummi." Ujar Ayub.
"Katanya disuruh bantu ummi buat angkatin galon mas." Sahut Haiza.
Shollahudin Al-Ayubi dan Haiza Ummaya adalah adik dari Nazeem. Umur mereka berselisih 4 tahun, lebih tua Ayub. Kini Ayub sedang menjalankan sekolah SMA kelas 3 dan Haiza masih sekolah SMP kelas 2.
Nazeem pergi untuk menemui ummi didapur ndalem. Lelaki itu langsung mengangkat galon yang dimaksud ummi.
"Syukran mas Nazeem." Ujar ummi Khadijah.
"Iya ummi ku."
Ummi Khadijah membalikkan badannya dengan pisau yang hampir tercodong pada tubuh Nazeem, lelaki itu kaget.
"Astaugfirullah ummi pisaunya bikin kaget Nazeem aja."
"Afwan, ummi lupa." Tergeletaklah pisau itu diatas talenan kayu.
"Ummi mau bicara sama kamu nak."
"Bicara apa ummi?"
Wanita itu melangkahkan kakinya ke ruang tamu, diikuti Nazeem dibelakangnya. Disaat bersamaan pula abi Lukman datang. Jadilah mereka duduk bertiga.
"Sebaiknya dikasih tau sekarang saja, lebih cepat lebih baik." Ujar ummi sedangkan abi Lukman hanya mengangguk saja. Nazeem bingung tak mengerti maksud dari abi dan ummi.
"Jadi begini nak, ummi sama abi sudah menyiapkan calon untuk kamu. Dia adalah anak sahabat abi sewaktu masih dipesantren dulu. Abi dan sahabat abi telah menyepakati bahwa jika anak abi laki-laki maka akan dijodohkan anaknya." Jelas abi Lukman.
"Dia bukan santriwati namun ummi yakin bahwa kamu dapat menuntunnya ke dalam jalan yang lebih benar dan ummi yakin bahwa kamu juga dapat memberikan ilmu yang serupa dengan apa yang telah kamu pelajari." Sambung ummi Khadijah.
Nazeem menggaruk tengkuknya. "Nazeem nurut aja ummi, abi. Jika itu adalah pilihan kalian dan itu adalah pilihan yang telah Allah takdirkan untukku, ya aku mengikuti saja bagaimana baiknya."
"Alhamdulillah jika kamu menerimanya. Rencana abi sama ummi, dua hari lagi ingin mengunjungi mereka apa sekalian langsung saja kamu khitbah dia?" Tanya ummi Khadijah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nazeem
Teen FictionBertemu denganmu adalah zina yang tak sengaja ku perbuat. Melihatmu untuk pertama kalinya dan berbicara bersamamu untuk pertama kalinya ialah dosa yang ku ciptakan secara tak sengaja. Pertemuan tak terduga dihari itu mampu membuatku merasakan hal a...