Entah mengapa akhir-akhir ini aku sering sekali memikirkan kecantikanku. Aku khawatir akan kecantikan diriku sendiri, aku merutuki diriku sendiri, mengapa aku terlahir seperti ini?, mengapa aku tidak cantik seperti kebanyakan remaja lain diluar sana?, aku selalu merasa kurang, aku selalu merasa tidak layak, aku selalu merasa tidak akan ada yang mau denganku jika mereka lihat mukaku yang penuh dengan beruntusan, dan badanku yang gemuk serta banyak sekali Stretch Mark dibadanku.
Aku terus memikirkan hal itu, pagi pagi ketika aku bangun, siang ketika aku melakukan aktivitas, bahkan malam ketika ingin tidur. Aku selalu memikirkannya.
Rasanya kepalaku ini terlalu berisik, mereka terlalu banyak bicara, Aku pusing, akhirnya aku mencoba untuk tidur.Aku bangun dihari berikutnya, hari ini aku ada janji bersama temanku bertemu disalah satu mall dekat rumahku. Bapak mengantarku ke mall, katanya “hemat duit grab”. Sampailah aku di mall, bapak bertanya "harga tiket nontonnya berapa?” katanya, lalu aku menjawab “lima puluh”. Lalu bapak beri aku uang sebesar 70 ribu rupiah, setelah itu, aku masuk dan bermain bersama temanku, kami sudah lama tak bertemu, rasanya rindu ketika melihatnya. Kami banyak bercerita tentang keluarga, teman yang lain, keberhasilan orang, tentang film, dan apapun yang terjadi ketika kita tidak sempat bertemu. Tak terasa hari sudah petang, sudah waktunya kami pulang. Pulanglah aku ke rumah dengan berjalan kaki, ketika sampai dirumah aku makan, telfonan dengan saudara dimedan, lalu menonton film. Tak lama setelah itu, bapak pulang.
Ia tanya kembali pertanyaannya tadi siang "berapa harga tiket nontonnya?" Lalu aku jawab "lima puluh, kan tadi udah di-"Bapak memotong perkataanku.
"Yaudah santai aja gausah teriak teriak, kamu gatau sopan santun, teriak teriak, bapak kan cuma nanya, tinggal jawab aja, emangngya itu film baru kok mahal amat tiketnya, ini jawabnya aja teriak teriak, anak gak jelas. masih untung dikasih makan. udah sana pergi, males liat badanmu, sana pergi, kampret!" ya, bapakku berkata seperti itu.
aku diam, kepalaku kembali berbicara hal hal yang sebenarnya sudah tak kupikirkan tadi. mereka kembali membicarakan tentang berat badanku, mukaku yang jelek, kesalahanku dimasa lalu, hal hal yang memalukan, saat saat aku menangis, saat dimana dadaku merasa sesak dan tidak ada yang bisa membantu. rasanya ingin menangis dan berteriak sekeras-kerasnya, tapi apa kata tetangga nanti jika aku seperti itu?
aku naik, berjalan ke kamar, lalu aku mengambil gitar dan menuju balkon, aku bernyanyi dengan tatapan kosong. rasanya hampa. ntah mengapa aku malah bermain gitar disaat perasaanku sudah sesak begini. hari sudah gelap, matahari sudah terbenam. Aku kembali ke kamarku, menangis, menutupi mukaku dengan guling kesayanganku lalu menangis. pikiranku masih tetap sama, masih berisik. aku menangis di lantai dekat meja belajarku. rasanya sesak. ingin sekali berteriak.
lalu entah bagaimana, tiba tiba aku mengambil air dan meminum semua obat yang ada di kamarku. aku meminum semuanya secara langsung, tanpa jeda. Lalu aku bercerita ke temanku tentang apa yang terjadi, lalu respon mereka begini
[7/8, 20:49] saya: nvm
[7/8, 20:50] saya: udah deh gausah dipikirin
[7/8, 20:50] teman 1: Iya ga usah, yang penting lo harus tau aja kalau gw sayang ama lu
[7/8, 20:50] teman 2: me tootanpa pikir panjang, aku menangis deras, aku berpikir ternyata selama ini aku yang kurang bersyukur, aku selalu melihat ke arah lain, padahal didepanku banyak orang yang ternyata sayang denganku, banyak orang yang peduli denganku, aku menyesal karena sudah meminum obat yang seharusnya tidak perlu aku minum, aku nyesal sudah berencana yang tidak tidak untuk diriku sendiri. Aku menyesal telah mencoba mengakhiri hidupku hanya untuk melihat apakah banyak orang yang peduli denganku ketika aku mati.