Selamat membaca!
-
-
-
-
-
-
-Dia Arshandra Alastair, anak yang begitu kekurangan kasih sayang. Bukan karena tidak memiliki keluarga, tetapi karena keegoisan keluarganya. Mereka mengabaikan anak itu sejak usia satu tahun, Arsha mendengar cerita itu dari seorang pelayan yang sudah bekerja lama di mansion ini. Arsha tidak pernah tahu apa kesalahannya sehingga keluarga Alastair tidak pernah melirik kearahnya.
Orang tua. Bahkan saudara, bagi Arsha mereka tidak lebih dari orang asing yang sayangnya memiliki ikatan darah yang sama.
Sampai pada akhirnya Arsha berada di titik terendahnya, dia tidak peduli lagi dengan mereka. Bagi dirinya jika mereka memang tidak menyukai keberadaannya itu terserah mereka. Arsha tidak peduli, selagi mereka masih memperlakukan dia selayaknya manusia maka Arsha masih bisa tinggal di kediaman Alastair.
Terkadang perasaan iri dan benci membendung kuat di dalam hatinya ketika melihat saudaranya di berikan kasih sayang oleh orang tua mereka, dan hati kecil Arsha begitu terluka melihat kebersamaan mereka, semakin lama luka tersebut semakin melebar. Dan Arsha tidak tahu obat apa yang dapat membuat hatinya kembali utuh.
06.00
Arsha menguap lebar, kemudian turun dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi. Hari ini dia sudah menyerah dengan keluarga. Arshandra sudah memutuskan jika dia akan merubah kehidupannya, agar menjadi lebih baik. Prosesnya memang terlihat melelahkan, namun Arsha tidak akan menyerah. Selagi dirinya masih hidup semuanya akan baik-baik saja.
Misi untuk Arsha.
1. Jauhi keluarga Alastair.
2. Jika cara pertama tidak berhasil, tinggalkan kediaman Alastair dan pulang ke rumah Opa.
3. Jangan memulai pembicaraan dengan anggota keluarga jika tidak di tanya.
4. Jangan menangis karena hal sepele.
5. Jangan memancing keributan agar tetap tenang dan damai.
6. Yang paling penting jangan pernah berharap apa-apa.Semangat Arshandra!
Arsha tersenyum lebar setelah melihat misi yang akan segera dia mulai.
Setitik air mata tiba-tiba menetes ke kertas yang dia pegang, hatinya tiba-tiba terasa sakit. Arsha bahkan masih ingat kejadian satu Minggu yang lalu, dimana keluarganya berlibur tanpa mengajak dirinya.
Masa-masa dulu adalah ingatan yang paling menyakitkan bagi Arhsa.
Papa tidak pernah meliriknya bahkan mengajaknya berbicara.
Mama selalu meliriknya namun tidak pernah mengucapkan sepatah katapun.
Ketiga abangnya begitu cuek dan dingin.
Dan untuk kakak perempuannya, Arsha tidak tahu. Karena kakaknya itu selalu diam-diam menatapnya, namun saat Arsha menoleh tatapan kakaknya begitu sinis.
Arsha tidak pernah di berikan senyuman hangat oleh Papa dan Mama.
Tidak pernah di ajak bermain oleh ketiga abangnya dan tidak pernah sekalipun di berikan perhatian oleh kakak perempuannya.
Karena mereka enggan untuk sekedar melihatnya.
Kehidupan Arsha terlalu hening, namun dari itu semua dia belajar banyak. Jika dia sendirian dia akan merasa lebih baik, karena dia selalu sendirian sehingga dia terbiasa tanpa ada orang lain di sekitarnya.
Hari ini dia resmi menjadi murid kelas 10 IPA 1 di Dirgantara High School dia sudah tidak sabar bertemu dengan orang-orang baru di sekitarnya. Sebenarnya sekolah sudah di mulai lima hari yang lalu, tetapi karena Arsha terserang demam dia tidak bisa masuk.
"Ekhem, kenalin gue Arshandra. Orang baik, rajin menabung dan tidak sombong. Salam kenal bestie." Ucapnya sambil melihat bayangannya sendiri di pantulan cermin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Arsha
Teen FictionArsha di abaikan dia tidak peduli, sungguh. Kemudian dia mengabaikan keluarganya kembali dan mereka tidak terima.